Om swastiastu
Saya hanyalah seorng manusia biasa yag tak luput dari kesalahan di dunia ini, dan saya adalah seorang yang senang akan ke indahan dan kedamaian, dimana kata kata indah terdapat dalam Weda ( Canakya Niti Sastra ) yang bisa memberikan kententraman hati kita. Semoga Sloka dan Maknanya ini dapat memberikan rasa Kebahagian dan Kedamaian didalam dunia.
BAB I Sloka 16.
Visadapyamrtam grahyam
Amedhyadapi kancanam
Nicadapyuttaman vidyam
Stri-ratnam duskuladapi
Artinya:
Saringlah Amerta meskipun ada dalam racun, ambilah emas meskipun ada
di dalam kotoran. Pelajari ilmu pengetahuan keinsyafan diri walaupun
dari seorang yang masih anak-anak atau orang kelahiran rendah. Dan juga
meskipun seorang wanita lahir di keluarga yang jahat dan hina, tetapi
kalau ia berkelakuan mulia bijaksana ia patut diambil sebagai istri.
BAB II Sloka 6.
Na visvaset kumitre ca
Mitre capi na visvaset
Kadacit kupitam mitram
Sarva guhyam prakasayet.
Artinya
: janganlah menaruh kepercayaan kepada teman jahat/kumitra. Juga
jangan terlalu percaya kepada teman dekat sekalipun, sebab kalau ia
marah, segala rahasia anda akan dibukanya.
BAB II Sloka 7.
Manasa cintitam karyam
Vacasa na prakasayet
Mantrena raksayed gudham
Karya capi niyojayet
Artinya
: Pekerjaan/rencana apapun berada dalam pikiran, jangan sama sekali
anda keluarkan dalam kata-kata. Simpanlah dalam-dalam di dalam pikiran
anda, dan diam-diam lakukan pekerjaan tersebut dengan penuh
kemantapan.
BAB II Sloka 13.
Slokena va tadardhena
Tadarddharddhaksarena va
Avandhyam divasam kuryad
Danadhyayana-karmabhih.
Artinya
: isilah waktu setiap hari dengan menghafalkan satu sloka satu ayat,
atau setengah sloka, atau seperempat sloka ataupun satu huruf dari
sloka tersebut. Atau isilah hari-hari anda dengan bersedekah, belajar
kitab-kitab suci dan kegiatan bermanfaat lainnya. Dengan demikian
hari-hari anda akan menjadi berarti.
BAB II Sloka 19.
Duracari duradrstih
Duravasi ca durjanah
Yan maitri kriyate pumsa
Sa tu sighram vinasyati
Artinya
: Kalau seseorang berteman dengan orang yang tingkah lakunya tidak
baik, dengan orang yang penglihatannya jahat, dengan orang yang tinggal
di tempat-tempat kotor dan tidak suci, bergaul dengan penjahat, segera
menemui kebinasaan.
BAB III Sloka 7.
Murkhastu parihartavyah
Pratyakso dvipadah pasuh
Bhinatti vakyasulyena
Adrsyam kantakam yatha
Artinya
: Menjauhlah dari orang bodoh jahat dalam rupa binatang berkaki dua.
Bagaikan duri tidak kelihatan ia menusuk dengan pisau tajam
kata-katanya.
BAB III Sloka 8.
Rupa yauvana sampanna
Visala kula sambhavah
Vidyahina na sobhante
Nirghandha iva kimsukah
Artinya
: Ada orang yang tampan, dalam keadaan yang masih muda, serta lahir di
keluarga bangsawan terhormat. Tapi kalau ia miskin dengan pengetahuan
keinsyafan diri, sebenarnya orang begini sama sekali tidak berarti
apa-apa, bagaikan bunga kimsuka kemerahan menarik tapi tidak berbau
wangi.
BAB III Sloka 9.
Kokilanam svaro rupam
Nari rupam pativratam
Vidya rupam kurupanam
Ksama rupam tapasvinam
Artinya
: Burung tekukur menjadi indah menarik karena suaranya, seorang istri
menarik karena kesetiannya kepada suami, orang yang rupanya buruk
menjadi menarik karena ilmu pengetahuannya dan karena memiliki sifat
maha pengampun pendeta menjadi menarik.
BAB IV Sloka 4.
Yavat svastho hyayam dehe
Yavan mrtyus ca duratah
Tavad atma-hitam kuryat
Pranante kim karisyam
Artinya
: Selama badan masih kuat dan sehat dan selama kematian masih jauh,
lakukanlah sesuatu yang menyebabkan kebaikan bagi roh anda, yaitu
keinsyafan diri. Pada saat kematian menjelang apa yang bisa dilakukan ?
BAB IV Sloka 15.
Anabhyase visam sastram
Ajirne bhojanam visam
Daridrasya visam gosthi
Vrddhasya taruni visam
Artinya
: Ilmu pengetahuan ( kitab-kitab suci ) yang tidak diterapkan dalam
praktek adalah racun, makanan yang tidak dicernakan adalah racun, bagi
orang miskin pesta/kumpul-kumpul dan pertemuan-pertemuan adalah racun,
dan untuk orang tua, wanita muda adalah racun.
BAB V Sloka 10.
Anyatha vedapandityam
Sastramacaramanyatha
Anyatha vadanacchantam
Lokah klisyanti canyatha.
Artinya
: Meremehkan kebijaksanaan ajaran Veda, menghina tingkah laku/kegiatan
yang sesuai dengan ajaran-ajaran sastra/Veda, menjelekan orang yang
selalu berkata-kata lembut bijaksana, tidak lain lagi inilah yang
menyebabkan kekalutan dunia.
BAB V Sloka 11.
Daridraya-nasanam danam
Silam durgati-nasanam
Ajnana-nasim prajnya
Bhavana bhaya-nasini.
Artinya
: Kedermawanan menghapuskan kemiskinan, perbuatan yang baik
menghilangkan kemalangan kecerdasan rohani menghapuskan
kegelapan/kebodohan, dan bhaya atau rasa takut bisa dihilangkan dengan
merenungkannya baik-baik.
BAB V Sloka 17.
Nasti meghasaman toyam
Nasti catmasamam balam
Nasti caksuh samam tejo
Nasti canna samam priyam.
Artinya
: Tidak air yang menyamai air hujan, tidak ada kekuatan yang lebih
dari kekuatan diri sendiri, tidak ada sinar yang melebihi sinar
matahari dan selain beras tidak ada sesuatu lain yang lebih disenangi
orang.
BAB X Sloka 9.
Yasya nasti svayam prajnya
Sastram tasya karoti kim
Lokanabhyam vihinasya
Darpanah kim karisyati
Artinya
: Bagi mereka yang tidak mempunyai budi pekerti yang baik dalam
dirinya, apa yang akan dilakukan dengan kitab suci? Bagaikan orang yang
buta, apa gunanya cermin bagi orang buta ini.
BAB XI Sloka 8.
Na veti yo yasya guna-prakarsam
Sa tam sada nindati natra citram
Yatha kirati kari-kumbha-labdaham
Muktam prityajya vibharti gunjam.
Artinya
: Hal ini tidak usah membuat heran, bahwa orang yang belum mengetahui
sesuatu dengan sebenarnya selalu menjelek-jelekan hal yang belum
diketahui secara jelas. Seperti halnya permaisuri para kirata ( golongan pemburu pada zaman purba ) menolak permata dari kepala gajah, sebaliknya memakai perhiasan biji gunja ( biji-bijian yang terdapat di semak belukar.
BAB XI Sloka 10.
Kaham krodham tatha lobham
Svadam srnggara kautukam
Ati nidrati seva ca
Vidyarthi hyasta varjayet
Artinya : Seorang brahmacari/pelajar
kerohanian hendaknya meninggalkan delapan kecenderungan berikut, yaitu
: hawa nafsu, amarah, loba, kenikmatan lidah, rasa cenderung berhias,
bermain-main, terlalu banyak tidur dan terlalu banyak bekerja.
BAB XIII Sloka 2.
Gate soko na kartavyo
Bhavisyam naiva cintayet
Vartamanena kalena
Pravartante vicaksanah
Artinya
: Jangan bersedih terhadap apa yang sudah berlalu, jangan pula risau
terhadap apa yang akan datang, orang-orang bijaksana hanya melihat masa
sekarang dan berusaha sebaik-baiknya.
BAB XIII Sloka 9.
Jivantam mrtavan-manye
Dehinam dharma-varjitam
Yato dharmena samyukto
Dirgha-jivi na samsayah
Artinya : Orang yang perbuatannya tidak sesuai dengan dharma,sebenarnya ia sudah mati, walaupun masih hidup. Seorang dharmatma yaitu orang yang perbuatannya sepenuhnya sesuai dengan dharma, sebenarnya ia masih hidup, walaupun sudah mati.
BAB XIV Sloka 16.
Susidhomausadhom dharmam
Grhachidram ca maithunam
Kubhuktam kusrutam caiva
Matiman na prakasayet
Artinya
: Orang bijaksana tidak akan mengungkapkan keamat-manjuran obatnya,
kegiatan saleh yang dilakukan, kejelekan keluarga, hubungan dengan
istri, makanan jelek dan kata-kata kotor.
BAB XVI Sloka 17.
Priya-vakya-pradanena
Sarve tusyanti jantavah
Tasmat-tadeva vaktavyam
Vacane kim daridrata
Artinya
: Setiap orang akan menjadi senang kalau diberikan kata-kata yang
manis menarik. Oleh karena itu, perlu sekali berbicara yang manis
menarik. Sesungguhnya apa kekurangan berkata-kata manis?
BAB VII Sloka 1.
Arthanasam manastapam
Grhe duscaritani ca
Vancanam capamanam ca
Matiman na prakasayet
Artinya
: Orang bijaksana hendaknya tidak mengatakan kepada orang lain tentang
kehancuran harta bendanya, tentang kesedihan pikirannya, tentang
kelakuan istrinya yang jelek, tentang penipuan yang dilakukan oeh orang
lain kepada dirinya, atau kalau ada orang yang membuatnya malu.
BAB VII Sloka 4.
Santosa trisu kartavyah
Svadare bhojane dhane
Trisucaiva na kartavyo
Dhyayane japa danayoh
Artinya
: Hendaknya orang merasa puas terhadap tiga hal ini, yaitu : terhadap
istri sendiri, terhadap makanan dan terhadap kekayaan yang didapat
dengan cara yang halal. Tetapi terhadap tiga hal, yaitu : mempelajari
ilmu pengetahuan suci, ber-japa/memuji nama-nama suci Tuhan dan berdana-punya, haruslah orang tidak merasa puas.
BAB VII Sloka 12.
Natyantam saralair bhavyam
Gatva pasya vanasthalim
Chidyante saralas tatra
Kubjas tisthanti padapah,
Artinya
: Janganlah hidup terlalu lurus atau terlalu jujur, sebab begitu Anda
pergi ke hutan Anda akan melihat bahwa pohon-pohon yang lurus ditebang,
sedangkan pohon-pohon yang bengkok dibiarkan hidup.
Catatan : Ada saat-saat diperbolehkan berbohong disebut Pancanrta.
Om Shanti Shanti Shanti om..
Sumber : http://www.hukumhindu.or.id/canakya-niti-sastra-sloka-sloka-indah/
Om Shanti Shanti Shanti om..
Sumber : http://www.hukumhindu.or.id/canakya-niti-sastra-sloka-sloka-indah/
No comments:
Post a Comment
Boleh berkomentar panjang lebar, silahkan!Tulisan ini mungkin sinis tapi mudah-mudahan bisa memberi pengertian dan kesadaran untuk lebih mencintai Agama,Tanah Air, Bangsa dan Nusantara. Mencintai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Darma Mangrwa, budaya serta peninggalan-peninggalan leluhur seperti Candi-candi, Pura, Puri, Purana ataupun yang lainnya.