tag:blogger.com,1999:blog-3409403702107296282024-03-12T21:01:37.136-07:00RAMALAN dan KEBANGKITAN HINDUKekuatan Ramalan Zaman Dulu dan Pastu Merupakan Awal dari Kebangkitan Hindu di Nusantara iniUnknownnoreply@blogger.comBlogger57125tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-65637181841130903212015-01-01T22:10:00.006-08:002020-06-25T22:29:59.963-07:00 Akibat Pindah Agama Menurut HINDUOm Swastiastu...<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"
><span style="text-align: justify;"
>Pindah agama kadang juga disebabkan kurang peduli orang tua terhadap
anak-anaknya terutama yang kurang mengetahui dan memahami tentang
HINDU. Ini banyak terjadi di nusantara ini terutama bagi anak gadis
yang di ambil non Hindu, tapi tidak menutup kemungkinan juga dari
laki-laki Hindu berpindah ke lain hati dengan alasan berbagai macam
yang mungkin kalian sudah tahu sendiri. </span
></span
></span
>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"
><span style="text-align: justify;"
>Prinsip predana ikut purusa disalah artikan. Jika anak perempuan
harus ikut suami walau suami beragama bukan Hindu. Padahal yang
dimaksud adat bahwa istri ikut suami adalah</span
>
bukan agamanya melainkan mengikuti adat yang masih berdasarkan
Hindu.</span
></span
><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a
href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3qW6yoyZQG0ax75Rd3_atm19uyLlE9UyfgoRkDxmcKuEEzs5kf2xTwrLwALTEVfcdGyo6Q4wuGyO2gIylEXpRgoHqJDldCFgbIZiJl-GIXZvdUd-f2-8SlXdUENxGTRSvCI__iJHityoh/s1600/36583_3796986178985_1419478923_n.jpg"
style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"
><img
border="0"
height="232"
src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3qW6yoyZQG0ax75Rd3_atm19uyLlE9UyfgoRkDxmcKuEEzs5kf2xTwrLwALTEVfcdGyo6Q4wuGyO2gIylEXpRgoHqJDldCFgbIZiJl-GIXZvdUd-f2-8SlXdUENxGTRSvCI__iJHityoh/s1600/36583_3796986178985_1419478923_n.jpg"
width="320"
/></a>
</div>
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span"> </span></span>
<br />
<span style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span"> </span></span>
<div class="MsoPlainText" style="margin: 0in 0in 6pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"
>Untuk itu saya akan membahas di dalam blog ini akibat berpindah agama,
yang mungkin dapat bisa memberikan pencerahan dalam hati kalian wahai '
generasi Muda Hindu Nusantara ' . Banyak sekali kejadian kejadian saya
temukan setelah berpindah agama malah menjelek-jelek kan agamanya yang
terdahulu dengan mengganggap keyakinannya yang sekarang "Lebih Benar"
tanpa tau akibat dari perpindahannya itu.</span
></span
>
</div>
<div class="MsoPlainText" style="margin: 0in 0in 6pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"
><span><a name='more'></a></span><span class="Apple-style-span"><br /></span
></span>
</div>
<div class="MsoPlainText" style="margin: 0in 0in 6pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"
>Hukuman atau Akibat bagi yang meninggalkan Hindu Sesuai Weda antara
lain :</span
></span
>
<div
class="MsoPlainText"
style="margin: 0in 0in 6pt 0.25in; text-align: justify;"
>
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"
>1. Setelah Ajal Tiba Atamannya Tidak akan pernah mencapai alam
kebahagiaan, kesempurnaan, dan tujuan tertinggi yaitu moksa.</span
></span
>
</div>
<div
class="MsoPlainText"
style="margin: 0in 0in 6pt 0.25in; text-align: justify;"
>
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"
>Kata-kata ini tersurat dalam
<b
>Bhagavadgita Xvi.23 "Ia yang meninggalkan ajaran-ajaran kitab Suci
Veda, ada dibawah pengaruh kama (napsu) tidak akan mencapai
kesempurnaan, kebahagiaan dan tujuan tertinggi</b
>".</span
></span
>
</div>
<div
class="MsoPlainText"
style="margin: 0in 0in 6pt 0.25in; text-align: justify;"
>
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"
>Mantram ini memberikan tuntunan agar kita jangan meninggalkan kitab
suci veda hanya karena menuruti nafsu (kama) maka ybs tidak akan
selamat.</span
></span
>
</div>
<div
class="MsoPlainText"
style="margin: 0in 0in 6pt 0.25in; text-align: justify;"
>
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"
>Bisa jadi orang yang meninggalkan Hindu di dunia ini dia bahagia,
tetapi dapat dipastikan kelak Atmannya akan terseret ke lembah
<span class="yshortcuts" id="lw_1255156085_7">Neraka</span> Dalam
<b
>Bhagavadgita XVI.19 disebutkan juga : " Mereka yang kejam membenci
Aku, adalah manusia yang paling Hina, yang Aku campakkan tak
henti-hentinya penjahat itu ke dalam kandungan raksasa".</b
></span
></span
>
</div>
<div
class="MsoPlainText"
style="margin: 0in 0in 6pt 0.25in; text-align: justify;"
>
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"
>Kalau kita renungkan mantram ini menekankan orang yang pindah agama
atau keluar dari agama Hindu sama artinya membenci
<span class="yshortcuts" id="lw_1255156085_8">Brahman</span>, sehingga
kelak atmannya patut dicampakkan lembah neraka. Itu akibat
perbuatannya sendiri seperti tersirat dalam
<b
>Atharwa veda II.12.6 " Perbuatan jahat orang yang berdosa membuat
kehidupannya tersiksa"</b
></span
></span
>
</div>
<div
class="MsoPlainText"
style="margin: 0in 0in 6pt 0.25in; text-align: justify;"
></div>
<div
class="MsoPlainText"
style="margin: 0in 0in 6pt 0.25in; text-align: justify;"
>
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"
>2. Setelah Ajal Tiba Atmannya akan tenggelam ke lembah Neraka.</span
></span
>
</div>
<div
class="MsoPlainText"
style="margin: 0in 0in 6pt 0.25in; text-align: justify;"
>
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"
>Dalam
<b
>Manawa Dharma sastra VI.35 " Kalau ia telah membayar 3 macam
hutangnya (Kepada Brahman, leluhur dan orang tua) hendaknya ia
menunjukkan pikiran untuk mencapai kebebasan terakhir. Ia yang
mengejar kebebasan terakhir ini tanpa menyelesaikan tiga macam
hutannya akan tenggelam ke bawah</b
>.</span
></span
>
</div>
<div
class="MsoPlainText"
style="margin: 0in 0in 6pt 0.25in; text-align: justify;"
>
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"
>Karena dia sudah meninggalkan agama Hindu berarti dia tidak bisa lagi
membayar 3 macam hutangnya (tri Rna) , karena mereka tdk mengakui
adanya Tri Rna ini. Sering kita melihat orang yang pindah agama saat
orang tuanya meninggal dia memakai pakaian adat, dia melakukan
sembahyang Hindu saat orang tuanya di aben, padahal dia sudah bukan
hindu.</span
></span
>
</div>
<div
class="MsoPlainText"
style="margin: 0in 0in 6pt 0.25in; text-align: justify;"
>
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"
>Keluarga mereka menerima seolah-olah tidak ada beban, demikian pula
masyarakat tidak perduli melihat hal tersebut. Kalau dikeluarganya
mengerti Hindu tentunya yang pindah agama tersebut tidak akan
diperbolehkan menyembah orang tuanya, karena akan menghambat jalannya
<span class="yshortcuts" id="lw_1255156085_9">Atman</span> orang tua
menuju alam Leluhur dan alam para Dewa.</span
></span
>
</div>
<div
class="MsoPlainText"
style="margin: 0in 0in 6pt 0.25in; text-align: justify;"
></div>
<div
class="MsoPlainText"
style="margin: 0in 0in 6pt 0.25in; text-align: justify;"
>
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"
>3. Setelah Ajal Tiba Atmanya tidak akan ketemu jalan menuju
Swargaloka.</span
></span
>
</div>
<div
class="MsoPlainText"
style="margin: 0in 0in 6pt 0.25in; text-align: justify;"
>
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"
>Dalam
<b
>Bhagavad gita III.35 " Lebih baik mengerjakan kewajiban sendiri
walaupun tiada sempurna daripada dharmanya orang lain yang dilakukan
dengan baik, lebih baik mati dalam tugas sendiri daripada dalam
tugas orang lain".</b
></span
></span
>
</div>
<div
class="MsoPlainText"
style="margin: 0in 0in 6pt 0.25in; text-align: justify;"
>
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"
>Kita sebenarnya telah beragama hindu sejak Atman, Roh dan Jiwa
diceptakan Brahman, bukan saat kita dilahirkan, karena kita percaya
dengan reinkarnasi / samsara punarbhawa. Berarti sejak Brahman
menciptakan kita selama itu pulalah kita telah beragama Hindu. Bisa
jadi kita atman telah berusia ribuan tahun, berarti karma wasana sudah
melekat juga sejak ribuan tahun.</span
></span
>
</div>
<div
class="MsoPlainText"
style="margin: 0in 0in 6pt 0.25in; text-align: justify;"
>
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"
>Kalau seseorang beragama Hindu sejak Atman diciptakan Brahman, lalu
pindah ke agama lain, maka karma wasana di agama lain tidak ada
artinya, karena dikumpulkan dalam waktu singkat kendati pun dilakukan
dengan disiplin dan ketat.</span
></span
><br />
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"><br /></span
></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"
><a
href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_qM-u8OJ4_70ndMsaqsS1uDS51wYqsE-l83j1UNoyM0nJOTI99P6PUOdG1JK_ZricGJVit0OkrMJtHAr59ZzvyioSKGJ2r2jMwd-wm3CAmIOd4PoMzorFvpuxzRm81-jgJDu6M2Z6cJXc/s1600/hindu-is-my-life.jpg"
style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"
><img
border="0"
height="240"
src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_qM-u8OJ4_70ndMsaqsS1uDS51wYqsE-l83j1UNoyM0nJOTI99P6PUOdG1JK_ZricGJVit0OkrMJtHAr59ZzvyioSKGJ2r2jMwd-wm3CAmIOd4PoMzorFvpuxzRm81-jgJDu6M2Z6cJXc/s1600/hindu-is-my-life.jpg"
width="320" /></a></span
></span>
</div>
</div>
<div
class="MsoPlainText"
style="margin: 0in 0in 6pt 0.25in; text-align: justify;"
>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: black; mso-themecolor: text1;"
>Sejak dalam kandungan kita telah beragama Hindu. Nenek moyang kita
juga beragama Hindu. Bahkan seluruh umat manusia pada awalnya beragama
Hindu seperti disebut dalam bhagawad Gita berikut :</span
>
</div>
<div
class="MsoNormal"
style="margin-top: 0cm; text-align: justify;"
></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<br />
<span style="color: black; mso-themecolor: text1;"
>Sribhagawan uwaca</span
>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"
><span style="color: black; mso-themecolor: text1;"
>Imam wiwaswaite yogam, proktawan aham awyayam, wiwaswan manawe
praha, manur ikswakawe’ brawit. Ewam paramparapraptam, imam
rajarsayo widuh, sa kalena ‘ha mahata, yogo nastah parantapa. Sa ewa
‘yam maya te’dya, yogah proktah puratanah, bhakto ‘si me sakha cati,
rahasyam hy etad uttamam (BG.1-3)</span
></b
>
</div>
<div
class="MsoNormal"
style="margin-top: 0cm; text-align: justify;"
></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<br />
<span style="color: black; mso-themecolor: text1;">Artinya;</span>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"
><span style="color: black; mso-themecolor: text1;"
>Sri Bhagawan bersabda</span
></i
>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"
><span style="color: black; mso-themecolor: text1;"
>Ajaran abadi ini (weda) Aku turunkan kepada WIWASWAN, wiwaswan
mengajarkan kepada MANU dan Manu menerangkan kepada IKSWAKU.
Demikian diteruskan turun temurun, para Raja resi mengetahuinya,
ajaran ini lenyap di dunia bersamaan dengan berlalunya masa yang
amat panjang. Yoga yang tua itu pulalah (weda) yang kuajarkan
kepadamu sekarang sebab engkau adalah pengikut dan kawan-Ku,
sesungguhnya ini sangat rahasia.</span
></i
>
</div>
<div
class="MsoNormal"
style="margin-top: 0cm; text-align: justify;"
></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<br />
<span style="color: black; mso-themecolor: text1;"
>MANU (yang menerima ajaran kitab Weda pertama kali) adalah leluhur
umat manusia sehingga seluruh keturunannya disebut MANUSIA. Kitab Weda
yang diajarkan kepada beliau-beliau inilah yang kembali diajarkan
kepada Umat manusia saat ini.</span
>
</div>
<div
class="MsoNormal"
style="margin-top: 0cm; text-align: justify;"
></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<br />
<span style="color: black;"
>Seperti dikatakan sendiri oleh beliau dalam Bagawad Gita. XV.15
berikut :</span
><i style="mso-bidi-font-style: normal;"
><span style="color: black; mso-themecolor: text1;"
>”<span style="mso-spacerun: yes;"> </span
><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"
>Weda ntakrid wedawid ewa ca ‘ham</b
>/
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"
>Akulah pencipta weda dan Aku yang mengetahui isi weda</b
>.</span
></i
><span style="color: black; mso-themecolor: text1;"
><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kitab Weda disebut juga<span
style="mso-spacerun: yes;"
> </span
><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"
><i style="mso-bidi-font-style: normal;">sastrawiddhi</i> </b
>atau<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">sastra brahman</i></b
>
karena berasal dari Hyang Widdhi/Brahman/Tuhan YME.</span
>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<i
><span style="color: black;"
>Mereka yang mencela dan menyimpangkan kitab Weda, dan tidak
mengikuti ajaran Weda adalah orang-orang bodoh<span
style="mso-spacerun: yes;"
> </span
>yang tidak tahu jalan kebenaran dan kehilangan kesempatan untuk
mengetahui kebenaran abadi</span
></i
><span style="color: black; mso-themecolor: text1;">
(BG.III.32)</span
>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<span style="color: black;"
>Sedangkan mereka yang selalu mengikuti ajaran Weda dan selalu
melaksanakan perintah-perintah kitab Weda dengan penuh keyakinan dan
bebas dari kepentingan duniawi akan dibebaskan dari perputaran karma
(dibebaskan dari Hukum Karma dan Reinkarnasi) seperti sabda Sri
Krisna dalam Bagawad Gita.III.31 berikut :</span
>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b
><span style="color: black;"
>Ye me matam idam nityam anustisthanti manawah, sraddhawanto
‘nasuyanto mucyante te’pi karmabhih</span
></b
><span style="color: black; mso-themecolor: text1;">.</span>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i
><span style="color: black;"
>Mereka yang selalu mengikuti ajaran-Ku dengan penuh keyakinan dan
bebas dari keterikatan duniawi, mereka juga akan dibebaskan dari
belengu karma. (bebas dari kelahiran kembali/Reinkarnasi).</span
></i
>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<b
><span style="color: black;"
>Ananyas cintayanto mam, ye janah paryupasate, tesam
nityabhiyuktanam, yogaksemam wahamy aham.(BG.IX.22)</span
></b
>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i
><span style="color: black;"
>Mereka yang selalu menuja-Ku, merenungkan Aku selalu, kepada
mereka Ku bawakan segala apa yang mereka tidak punya dan akan Ku
lindungi segala apa yang mereka telah miliki.</span
></i
>
</div>
</div>
<br />
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"
>Setelah Sodara baca tentang Pemahaman di atas, Sejatinya kita
semestinya bisa bertahan dalam mengendalikan diri baik Perempuan
maupun Laki-laki karena dengan Berpindah agama akan menyebabkan dan
mengakibatkan sesuai dgn KARMA kita di dunia ini. </span
></span
>
</div>
<div
class="MsoPlainText"
style="margin: 0in 0in 6pt 0.25in; text-align: justify;"
>
<span style="font-size: small;"
><span class="Apple-style-span"><br /></span
></span>
</div>
</div>
<span style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span"> </span></span>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com152tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-74277403923877644072014-09-02T21:43:00.003-07:002014-09-02T21:49:37.644-07:00BEKERJA Menurut HINDUI GN Nitya Santhiarsa<br />
<br />
“Bekerjalah demi kewajibanmu, bukan demi hasil perbuatan itu, jangan
sekali pahala menjadi motifmu dalam bekerja, jangan pula hanya berdiam
diri tidak bekerja”-Bhagawadgita II.47 <br />
<br />
“Bekerjalah seperti apa yang telah ditentukan, sebab bekerja lebih baik
daripada tidak bekerja, dan bahkan tubuh pun tidak berhasil terpelihara
jika tanpa bekerja”-Bhagawadgita III.8<br />
<br />
“Seperti orang bodoh yang bekerja karena keterikatan atas kerja
mereka, demikianlah orang yang pandai bekerja tanpa kepentingan pribadi
(tanpa pamrih) dan bekerja untuk kesejahteraan manusia dan memelihara
ketertiban sosial “Bhagawadgita III-25<br />
<br />
”Mereka mempersembahkan semua kerjanya kepada Brahman dan, bekerja tanpa
motif keinginan apa-apa, mereka tak terjamah oleh dosa, laksana daun
teratai tak basah oleh air” Bhagawadgita V-10<br />
<span class="fullpost"> <br />
Keempat sloka suci di atas menjadi prinsip dasar ajaran Karma Yoga atau
bekerja menurut Hindu, yakni bagaimana umat Hindu menjalani hidup yang
semestinya dan memenuhi segala kebutuhan hidupnya agar hidup di dunia
secara sejahtera (jagadhita) dan menikmati kebahagiaan. Kegiatan pokok
manusia selama hidupnya adalah beristirahat (termasuk tidur) dan
bekerja (bekerja dalam hal ini meliputi berbagai aktifitas seperti
beribadah, belajar, dan berusaha), dimana pada umumnya sepertiga waktu
untuk istirahat dan duapertiganya untuk bekerja. </span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyP13M1EVbYf87mG0FJZ85H24ZO1SCEzPJ2BpygpxyicWKMwpipeTA5bkTRIY3Br0FVbMvRcLM0NS7IbIKNimi8-JfJdlNH0Ysp8KEFT0aUgaqrGhxHB2dYJCNI8fPoMrhYTIq7lGJvknU/s1600/10595724_818453781507206_792470459_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyP13M1EVbYf87mG0FJZ85H24ZO1SCEzPJ2BpygpxyicWKMwpipeTA5bkTRIY3Br0FVbMvRcLM0NS7IbIKNimi8-JfJdlNH0Ysp8KEFT0aUgaqrGhxHB2dYJCNI8fPoMrhYTIq7lGJvknU/s1600/10595724_818453781507206_792470459_n.jpg" height="282" width="400" /></a></div>
<span class="fullpost"><br />
Bagi umat Hindu, bekerja adalah kewajiban (swadharma), bekerja adalah
suatu keharusan, baik itu karena memang perintah dari Tuhan maupun
karena tuntutan untuk kelangsungan hidup di dunia. Jika ada yang
menghindari bekerja padahal dia sanggup misalnya menjadi pengangguran
atau hidup bermalas-malasan berarti dia berkhianat kepada perintah Tuhan
dan menelantarkan potensi dirinya, sehingga menjadi manusia yang
membebani lingkungannya. Lebih parahnya lagi, hidup menganggur dan malas
merupakan pintu gerbang menuju kejahatan, kenapa demikian? Itu karena
pikiran orang yang menganggur mudah dirasuki oleh kekuatan sadripu dan
saptatimira sehingga tidak mampu lagi mengendalikan hawa nafsu serta
mudah tergoda melakukan kejahatan. <br />
<br />
Lebih jelas lagi, sesuai dengan keempat sloka di atas, bekerja yang
diwajibkan adalah: pertama, bekerja untuk Tuhan, bekerja adalah ibadah,
dan bekerja adalah suatu persembahan kepada Tuhan; kedua, bekerja tanpa
pamrih atau bekerja tanpa kepentingan pribadi; dan ketiga, bekerja tidak
terikat pada hasil kerja dan pahala; kemudian, keempat, bekerja untuk
kesejahteraan manusia dan memelihara ketertiban sosial. Jadi ada empat
macam prinsip bekerja yang diwajibkan dalam ajaran Hindu, dimana empat
prinsip ini merupakan satu kesatuan, tidak dapat dipisahkan.<br />
<br />
Mari kita bahas satu persatu, pertama, bekerja untuk Tuhan, atau bekerja
sebagai persembahan kepada Tuhan. Yang dimaksud dengan ini adalah
bekerja sungguh-sungguh dengan sebaik-baiknya dan dengan seluruh
kemampuan seperti halnya kerja seorang maestro menghasilkan karya
masterpiece atau monumental, karena Tuhan adalah Maha Baik yang hanya
menerima persembahan yang baik dan benar. Bekerja adalah bagian dari
beribadah, seperti sembahyang, bekerja adalah kewajiban setiap manusia,
bahkan bekerja adalah upaya memenuhi panggilan Tuhan dan menjalankan
perintah dan kehendak-Nya. Meskipun sibuk dan fokus pada pekerjaan namun
tidak pernah lupa kepada Tuhan, seperti ditunjukkan dengan sebelum dan
sesudah bekerja selalu ingat mengucapkan doa permohonan dan puji
syukur. <br />
<br />
Bekerja tanpa pamrih, bekerja seperti ini sama seperti di atas, yaitu
sebagai konskuensi kerja merupakan bentuk persembahan kepada Tuhan,
seperti halnya melakukan yajna maka bekerja harus didasarkan niat yang
tulus ikhlas, tanpa pamrih, tidak merasa terpaksa, namun karena memang
senang melakukannya, sesuai dengan keahlian dan kemampuan, serta
menyadari manfaat pekerjaannya baik bagi dirinya maupun orang lain.
Bekerja tanpa kepentingan pribadi maksudnya bekerja bukan karena
dorongan hawa nafsu dan egoisme semata namun untuk menjaga martabat
atau harga diri serta untuk memperoleh eksistensi diri karena
dibutuhkan oleh orang banyak.<br />
<br />
Bekerja tanpa terikat pahala, hal ini juga kosekuensi dari kerja sebagai
persembahan kepada Tuhan, maka kita sadar bahwa Tuhan itu Maha Tahu dan
Maha Kasih, Beliau pasti membalas perbuatan baik dengan pahala baik
yang berlimpah, dan membalas perbuatan jahat dengan hukuman yang
setimpal, mekanisme ini sudah merupakan kepastian dimana mekanisme ini
disebut dengan hukum karmapala. Sadar dan meyakini tentang hal ini, maka
setiap orang tidak usah terlalu sibuk memikirkan atau berhitung pahala
sebagai hasil bekerja, misalnya selalu berpikir untung rugi dalam
melakukan perbuatan baik, dalam berbisnis. Model berpikir ini tepat,
namun kurang tepat jika diterapkan dalam relasi sosial dan kemanusiaan.
Setiap manusia diharapkan menggunakan logika, rasa dan kebijaksanaan
dalam menyelesaikan suatu urusan.<br />
<br />
Selanjutnya, bekerja untuk kesejahteraan semua (sarvodaya menurut versi
Gandhi), di atas sudah disebutkan bekerja bukan untuk kepentingan
pribadi, jadi buat kepentingan siapa? Jawabannya jelas, bekerja untuk
kepentingan semua, kepentingan bersama, kepentingan umum, kepentingan
rakyat, kepentingan kemanusiaan dan tentunya kepentingan Dharma. Mengapa
demikian? Itu karena keadilan, ketertiban dan kedamaian sangat lekat
dengan kebersamaan, kesetaraan, keseluruhan, dan kemanusiaan, dimana
keadilan, ketertiban dan kedamaian adalah kondisi idaman setiap orang
dan kesejahteraan dan kebahagiaan hanya dapat terwujud dimana keadilan,
ketertiban dan kedamaian tercipta terlebih dulu. Inilah hubungan bekerja
tanpa kepentingan pribadi dan bekerja untuk kesejahtraan semua.
Kepentingan pribadi tidak selalu sejalan dengan kepentingan semua, jadi
kepentingan pribadi bisa jadi suatu saat merusak upaya untuk mewujudkan
kesejahteraan dan kebahagiaan. <br />
<br />
Umat Hindu di Bali terutama yang menjalankan Karma Marga Yoga sekarang
ini mengalami persoalan dilematis akibat perubahan pola masyarakat, dari
masyarakat agraris menuju masyarakat industri, yaitu terkait dengan
persoalan manajemen waktu dan manajemen keuangan. Pada masyarakat yang
agraris, umumnya waktu kerja seragam mengikuti pola kerja atau musim,
teratur dan porsinya lebih kecil dibandingkan waktu istirahat. Kita
lihat waktu kerja kaum petani, mereka bekerja di siang hari, waktu kerja
teratur berulang dengan pola yang sama serta fleksibel penerapannya,
rata-rata mereka bekerja sekitar 8-10 jam perhari. Jadi hanya sepertiga
waktu harian dan sisanya adalah waktu untuk istirahat yang dapat
digunakan untuk beribadah, kegiatan sosial dan urusan keluarga.
Sedangkan pada masyarakat industri, waktu kerja lebih ketat dan tepat
waktu, waktu kerja lebih bervariasi bisa siang bisa malam, bahkan waktu
libur pun menjadi waktu kerja, serta waktu kerja per hari meningkat
tajam menjadi dua pertiga bagian dan sisanya untuk istirahat. Jadi
porsinya terbalik, waktu kerja porsinya lebih besar dari waktu
istirahat. <br />
<br />
Kebudayaan Bali berkembang karena waktu luang yang cukup tersedia dalam
pola masyarakat agraris, dan ketika memasuki era industri terjadi
guncangan (shock) pada tradisi atau kebiasaan orang Bali dalam bekerja
maupun dalam beribadah. Selama ini ada kesan di kalangan orang non Bali
bahwa di Bali itu banyak libur, karena orang Bali mengikuti dua sistem
kalender sekaligus yaitu kalender nasional dan kalender Bali. Kalender
nasional memiliki waktu libur demikian kalender Bali memiliki waktu
libur sehingga jumlah waktu libur di Bali lebih banyak dibandingkan
waktu libur nasional. Belum lagi permohonan ijin tidak masuk kerja
karena melakukan kegiatan yajna dan ada undangan menghadiri karya yajna.
Untuk meluruskan pandangan miring ini, maka orang Bali harus segera
mengamalkan ajaran Karma Yoga di atas, karena ajaran ini sangat adaptif
baik dengan pola masyarakat agraris maupun masyarakat industri. Kata
kuncinya adalah bekerja (sesuai ajaran karma yoga) adalah beribadah. Ini
mampu menghilangkan dualisme yang bertentangan antara bekerja dan
beribadah. Selama ini kebanyakan orang Bali memisahkan antara
kepentingan kerja dan kepentingan beribadah, sehingga alokasi waktupun
dibuat berbeda, padahal bisa disinergikan menjadi satu kesatuan. <br />
<br />
Untuk masalah ritual yajna, berusahalah mengatur waktu keduanya, mungkin
sulit mengatur waktu kerja, sehingga aturlah waktu upacara yajna agar
dilaksanakan di luar jam kerja dengan berpatokan pada padewasan (hari
baik) yang diyakini. Demikian juga pelaksanaannya diusahakan singkat
dan padat asalkan sesuai dengan tatwa, susila dan tradisi yang ada. Jadi
berusahalah seminimal mungkin minta ijin tidak bekerja berkaitan dengan
ritual yajna.<br />
<br />
Kemudian tentang manajemen uang, biaya hidup makin lama makin mahal,
sedangkan uang makin sulit didapatkan, maka persaingan semakin meningkat
dan banyak orang akhirnya menjadi kecanduan kerja. Di samping itu
menyebabkan banyak orang bersikap pragmatis, bekerja demi uang atau
ujung-ujungnya duit. Jarang ada orang yang mau kerja gotong royong,
kerja sosial atau ngayah , semua diukur dengan uang, semua bantuan ada
upahnya, lebih parahnya makin banyak orang yang tidak peduli bagaimana
cara mendapatkan uang yang halal, tidak peduli lagi sumber uang
darimana, apakah dari perbuatan yang baik atau dari hasil kejahatan,
yang penting dapat uang banyak! Kemudian, uang yang diperoleh ternyata
cukup banyak dibelanjakan untuk gaya hidup konsumtif, pamer kemewahan
dan bahkan untuk kegiatan negatif seperti mabuk-mabukan, prostitusi dan
konsumsi narkoba. Fenomena ini adalah cikal bakal rusaknya moral
masyarakat secara luas dan masiv, sukar sekali memperbaiki kondisi
masyarakat yang seperti ini! Untuk mengatasi hal ini carilah pekerjaaan
yang halal, hendaknya uang dikelola dengan bijak, hiduplah sederhana dan
hemat sekaligus penuh kasih dan dermawan, sehingga harta milik terjaga
dan berkembang dengan baik. Om, Namo Siva Budha ya namah swaha!<br />
(I GN Nitya Santhiarsa, Ketua Forum Peduli Dharma, staf dosen Universitas Udayana).</span> Unknownnoreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-55881179618137390992014-08-24T21:19:00.002-07:002014-08-24T21:19:57.426-07:00Bhisma dan Rasa Nasionalisme Dari : Luh Made Sutarmi<br />
<br />
Om Swastiastu<br />
<br />
Saya menampilkan seorang Tokoh dalam Mahabrata yang terkenal rasa Nasionalisme, Beliau adalah BHISMA. untuk mari kita Simak Semoga bisa memberikan manfaat utk Negeri kita ini.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7ynR0KX7k04LZ93KYGU6u4XH96uGQ5dIBIRxF9Hn25L_uCS6arCCJQ8dQYe8WqvcA8FaQwapR3fozeFn8UonSjeHsoHy8A2vv6bgbqOGtG4yvu2bBl54raq3V9EA7u5TQ_w9Jot1ec_kE/s1600/Bheeshma-Mahabharat-3D-Animation-Movie.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7ynR0KX7k04LZ93KYGU6u4XH96uGQ5dIBIRxF9Hn25L_uCS6arCCJQ8dQYe8WqvcA8FaQwapR3fozeFn8UonSjeHsoHy8A2vv6bgbqOGtG4yvu2bBl54raq3V9EA7u5TQ_w9Jot1ec_kE/s1600/Bheeshma-Mahabharat-3D-Animation-Movie.jpg" height="200" width="320" /></a></div>
<br />
Bhisma dalam perbaringan, dikitari anak panah. Matanya mulai kabur,
namun tajam menatap Hastina. Pergantian penguasa telah terjadi. Kini
Yudistira telah diangkat menjadi Raja Hastina yang baru. Duryodana dan
Sakuni telah musnah karena otaknya dibebani oleh pikiran penuh korupsi
dan kekuasaan yang ingin mengambil hak orang lain. Otak demikian, telah
lama diracuni oleh simpton-simpton yang meresahkan. Dan dibutuhkan
tantangan kognitif untuk membersihkannya. <br /><span class="fullpost">Saat
ini, ketika tantangan kognitif makin tinggi dan resep jitu untuk
meningkatkan daya otak masih terus dicari, sebagian mencoba mendapatkan
daya konsentrasi dan motivasi melalui pendekatan tradisional dan modern.
Nikotin dan kafein juga sempat disinggung dalam laporan Newsweek selain
stimulan seperti Adderall dan Ritalin. Dua produk terakhir diciptakan
untuk meningkatkan level dopamin otak. Ini cairan yang melahirkan
motivasi dan perasaan dihargai.</span><br />
<a name='more'></a>Kearifan yang dapat ditarik dari
uraian di atas adalah di satu sisi merupakan keinginan sah untuk menjadi
lebih pintar, tetapi di sisi lain hal itu secara ilmiah juga menghadapi
kendala. Jalan tengah yang dapat diambil lebih kurang adalah terus
berusaha meningkatkan kepintaran, tetapi di sisi lain setiap insan juga
bijak menerima bakat yang telah dianugerahkan kepadanya. Seseorang yang
kenyataannya lebih memiliki kecerdasan musikal bisa saja memendam
keinginan untuk menjadi seorang atlet. Namun, mungkin ia harus
mengeluarkan upaya ekstrabesar untuk mencapai keunggulan (excellence).
Itu pun kalau memang bisa.<br /><br />Dalam renungan kali ini, kita hendak
melihat rasa penasaran Bhisma akan keheningan menyendiri dalam
keremangan pagi, dia merindukan kasih para ibu, untuk ikut mencerdaskan
para bayi yang lahir, agar memiliki semangat nasionalisme untuk mengabdi
seperti dirinya. Merindukan kebahagiaan rakyat dan keajegan tatanan
negara.<br /><br />***<br />Pagi yang cerah itu, seorang ibu datang
menghampiri Bhisma di padang Kuruksetra, bayang-bayang tubuhnya yang
tertepa sinar matahari pagi melesat menimpa wajah Bhisma. Bhisma
tersenyum, serta berkata, “Siapa gerangan dirimu wahai, Ibu?”<br /><br />“Hormatku
padamu kakek, hamba adalah sosok yang selalu mengagumimu? Lalu apa
yang Anda inginkan kepadaku?. Hamba ingin berbakti pada kerajaan dan
ingin menjadi warga negara yang baik, bagamaimana caranya, kakek?” <br /><br />Bhisma
tersenyum, “Nak engkau harus memupuk dalam pikiran dan kecerdasanmu
tentang bakti, sebab orang yang berbhakti dengan mantap dan tidak
tergoyahkan kepada-Ku, dialah yang amat Kucintai, demikian Krishna
berucap anakku.”<br /><br />“Lalu bagaimana caranya kakek?” kata wanita
itu. Bhisma berkata lagi, “Anakku, engkau adalah penerus di kerajaan
ini, dari rahimmu akan lahir putra dan putri yang bijak, manakala engkau
selalu ingat kepada Tuhan, misalnya,” Bhisma menarik napas dalam-dalam
dan berkata kembali, “engkau dapat memetik bermacam-macam buah di dunia.
Engkau dapat mengumpulkan kekayaan, emas, dan harta benda. Dapat pula
engkau meraih kehormatan, kedudukan, dan kewibawaan. Tetapi, Tuhan telah
mengatakan bahwa semua hal ini bersifat sementara, nilainya tidak
kekal. Satu-satunya hal yang permanen dan mempunyai nilai sejati yang
dapat kau peroleh di dunia ini ialah kasih Tuhan. Cinta Tuhan ini luar
biasa, tidak ternilai. Merupakan harta yang nilainya tidak dapat
dihitung. Engkau harus berusaha keras menemukan cara-cara untuk
memperoleh kasih Tuhan yang sangat berharga ini.” <br /><br />Wanita itu
mengangguk, lalu bertanya kembali, “Dalam keadaan jaga seperti sekarang
ini pengaruh pikiran dan indera sangat kuat, bagaimana mengatasi ini,
kakek?” <br /><br />Bhisma menarik nafas dalam-dalam dan berkata, “Ya,
memang anakku, dalam keadaan jaga pengaruh pikiran dan indera sangat
kuat. Namun dalam keadaan mimpi mungkin indera tidak berpengaruh, tetapi
pengaruh pikiran tetap ada. Dalam keadaan tidur nyenyak (sushupi)
ketika kesadaran berada pada tingkat kausal, pikiran lenyap.”<br /><br />Bhisma
menambahkan, “Anakku, engkau tidak dapat selamanya mendasarkan
pengalamanmu hanya atas prinsip ketuhanan yang diwujudkan dengan nama
dan rupa. Aspek wujud dan aspek tanpa wujud sama pentingnya bagi seorang
bhakta. Ibarat kedua sayap burung atau kedua kaki untuk berjalan.
Tujuan dapat dicapai dengan kedua kaki itu, yaitu dengan wujud dan tanpa
wujud. Dengan meletakkan satu kaki di depan yang lain, kaki yang
melambangkan wujud ditopang oleh kaki lainnya yang melambangkan tanpa
wujud. Perlu kita sadari bahwa penjelmaan Tuhan dengan wujud hanya
bersifat sementara, sedangkan aspek ketuhanan tanpa wujud bersifat
kekal, ada di mana-mana dan tak berubah.” <br /><br />Wanita itu, termenung,
dan diam, lalu berbisik pelan. “Terimakasih kakek, hamba telah mendapat
pencerahan yang abadi, semoga engkau bahagia.” Om gam ganapataye namaha<br />
<br />
<span class="fullpost">Sumber : Raditye Hindu </span>Unknownnoreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-50152677063555908642014-07-31T01:22:00.004-07:002014-07-31T01:24:18.252-07:00Mantram dan Sloka Ke Esaan Tuhan menurut HinduOleh <a data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100001463696853" href="https://www.facebook.com/vedanta.yoga">Vedanta Yoga</a> pada 4 September 2011 pukul 16:47<br />
<br />
<i><b>OM Swastyastu</b></i><br />
--- Ya Tuhan, Semoga Engkau selalu memberikan perlindungan ---<br />
<br />
Dalam ajaran Hindu ada Panca Sradha (lima keyakinan) yaitu :<br />
<br />
1. Percaya adanya Brahman / Entitas Tuhan yang berada di luar jangkauan pemikiran dan indra.<br />
2. Percaya adanya Atman / Roh yang ada di semua makhluk.<br />
3. Percaya adanya hukum Karmaphala (Karma=perbuatan, phala=hasil/buah) yaitu hukum sebab akibat.<br />
4. Percaya adanya Punarbhawa / Reinkarnasi yaitu putaran roda kehidupan.<br />
5. Percaya adanya Moksha yaitu pembebasan dari keterikatan.<br />
<br />
Maaf, malaikat bukanlah Dewa, padanan dari malaikat menurut arti kata
sejauh yang saya ketahui adalah Bhatara, yaitu kekuatan pelindung yang
memiliki tugas-tugas tertentu untuk memastikan bekerjanya jagat raya
ini.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Tuhan dalam ajaran Hindu tidaklah spesifik, bukan suatu sosok
tertentu yang terpisah dari jagat raya ini. Dia adalah pemilik segalanya
sekaligus Dia adalah segalanya, sumber segala sumber dan tujuan akhir
dari segalanya. Dia hening, tenang tak tergoyahkan, tak tersentuh, tetap
seimbang, tak terpikirkan.<br />
<br />
Ketika Dia menunjukkan salah satu kekuatan Nya, manusia mellihatnya
sebagai Sinar. "Dewa" berasal dari akar kata "Div" yang berarti sinar.
Maka sinar suci Nya yang dapat di tangkap oleh manusia inilah disebut
"Dewa" dan untuk dapat dibedakan sesuai sifat dari sinar suci tersebut
maka diberikanlah sebutan-sebutan atau nama. Kekuatan dari sinar suci
ini, diidentifikasi dan diberikan sebutan "Bhatara" berikut juga dengan
sebutan dan nama.Mantram dan Sloka tentang Ke_Esa_an Tuhan.<br />
<br />
<i><b>EKAM SAT WIPRA BAHUDA WADANTI, AGNIM YAMAM MATARISWANAM. </b></i><br />
<i><b>( Reg Weda Mandala I Sukta 164, mantra 46 )</b></i><br />
Tuhan itu hanya satu adanya, oleh para Resi disebutkan dengan berbagai nama seperti: AGNI, YAMA, MATARISWANAM.<br />
<br />
<i><b>EKAM EWA ADWITYAM BRAHMAN. </b></i><br />
<i><b>( Upanishad IV.2.1.)</b></i><br />
Tuhan itu hanya satu tidak ada duanya.<br />
<br />
<i><b>NARAYANAD NA DWITYO 'ASTI KASCIT. </b></i><br />
<i><b>( Narayana Upanishad.)</b></i><br />
Narayana tidak ada dua- Nya yang hamba hormati.<br />
<br />
<i><b>Sumeta visva ojasa patim divo</b></i><br />
<i><b>ya eka id bhur atihir jananam,</b></i><br />
<i><b>sa purvyo nutanamo aji gisan</b></i><br />
<i><b>tam vartanir anu vavrta eka id</b></i><br />
<i><b>(Sama Veda, 327)</b></i><br />
Marilah datang bersama, engkau semua, dengan semangat kuat pada Penguasa Langit.<br />
Dia yang hanya Esa, tamu semua orang.<br />
Dia yang purba ingin kembali baru. Kepada-Nyalah semua jalan perpaling, Sesungguhnya Dia Esa belaka.<br />
<br />
<i><b>Yo nah pita janita yo nidhata,</b></i><br />
<i><b>dhanani veda bhuvanani visva,</b></i><br />
<i><b>yo devanam namadha eka eva,</b></i><br />
<i><b>tam samprasnam bhuvana yantyanya</b></i><br />
<i><b>(Rg Veda X. 83. 3).</b></i><br />
Oh, Bapa kami, Pencipta kami, pengatur kami yang mengetahui semua keadaan, semua apa yang terjadi,<br />
Dia hanyalah Esa belaka memikul nama bermacam-macam dewa.<br />
Kepada Nyalah yang lain mencari-cari dengan bertanya-tanya.<br />
<br />
<i><b>Indram mitram varunam</b></i><br />
<i><b>agnim ahur atho divyah</b></i><br />
<i><b>Ekam sad vipra bahudha vadantyagnim yarnam mata-risvanam ahuh</b></i><br />
<i><b>(Rg Veda 1.164.46).</b></i><br />
Mereka menyebut Indra, Mitra, Varuna, Agni dan Dia yang bercahaya,
yaitu Garutman yang bersayap elok, Satu Kebenaran itu (Tuhan) orang
bijaksana menyebut dengan banyak nama seperti Agni, Yama, Matarisavan.<br />
<br />
<i><b>Tad evagnis tad adityas</b></i><br />
<i><b>tad vayus tad u candramah,</b></i><br />
<i><b>tad eva sukra tad brahma</b></i><br />
<i><b>ta apan sa prajapatih</b></i><br />
<i><b>(Yajur Veda 32.1).</b></i><br />
Agni adalah Itu, Aditya adalah Itu,<br />
Vayu adalah Itu, Candrama adalah Itu,<br />
Cahaya adalah Itu, Brahman adalah Itu,<br />
Apah adalah Itu, Prajapatilah Ia.<br />
<br />
<i><b>OM TWAM SIWAH TWAM MAHADEWAH, </b></i><br />
<i><b>ISWARAH PARAMESWARA,</b></i><br />
<i><b>BRAHMA WISNUSCA RUDRASCA, </b></i><br />
<i><b>PURUSAH PARIKIRTITAH,</b></i><br />
Engkau disebut Siwa, Mahadewa, Iswara, Parameswara, Brahma dan Wisnu dan juga Rudra.<br />
Engkau adalah asal mula dari segala yang ada.<br />
<br />
Banyak orang yang menanyakan kepada orang lain, dimanakah Tuhan? Ada
yang mengatakan, Dia tidak ada, yang lainnya mengatakan Dia berbahaya.
Wahai umat manusia, ketahuilah bahwa Dia-lah yang menebus dosa-dosa umat
manusia dan memberikan kehidupan, Dia adalah Tuhan. <i><b>Rgveda : 2.12.5</b></i><br />
<br />
<br />
Tuhan memiliki ribuan kepala, ribuan mata demikian pula ribuan kaki.
Ia tersebar di seluruh penjuru bumi, memiliki 10 jari yaitu Panca Maha
Butha dan Panca Tanmantra yang juga berada di luar jagat raya ini.<br />
<i><b>Rgveda : 10.90.1</b></i><br />
<br />
<br />
Bagi mereka yang pikirannya dipusatkan kepada Yang Tak Terwujud,
kesulitannya lebih besar, karena sesungguhnya jalan dari Yang Tak
termanifestasikan sukar dicapai oleh orang yang mempunyai badan
jasmani.<br />
<i><b>Bg 12-5</b></i><br />
<br />
<i><b>Bhagavata Purana 10.40.7</b></i><br />
Para bhakta berdoa, “Yajanti tvam maya vai bahu murtyeka murtikam,
Tuhanku, meskipun Anda mewujudkan diri dalam berbagai macam rupa dan
bentuk, tetapi Anda tetap satu tiada dua, dan kami hanya menyembah
diri-Mu saja”.<br />
<br />
Banyak gelar lagi yang dipersembahkan oleh umat Hindu kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai:<br />
Sang Hyang Parameswara (Raja Termulia),<br />
Parama Wisesa (Maha Kuasa),<br />
Jagad Karana (Pencipta Alam) dan lain- lainnya.<br />
Sebagai Pencipta Ia bergelar Brahma (Utpati),<br />
sebagai Pemelihara dan Pelindung (Sthiti) Ia disebut Wisnu dan<br />
Dalam fungsi atau kekuasaan- Nya mengembalikan segala isi alam ini kepada sumber asalnya (pralina) Ia bergelar Siwa<br />
<br />
Tuhan yang Esa ini dipuja orang dengan berbagai cara, di berbagai
tempat dan dalam berbagai aspek dan perwujudannya. Dewa-dewa itu adalah
aspek dari Yang Esa. Hindu menggunakn simbul eksternal ketika berdoa.
Orang Hindu akan mengatakan bahwa gambar membantu pikirannya dalam
berkonsentrasi pada yang dipujanya. Ia tahu, seperti anda juga tahu,
bahwa gambar dan patung bukan Tuhan. Patung tidak bisa berada
dimana-mana seperti Tuhan.<br />
<br />
Dari Penjelasan diatas ada pertanyaan yang mesti di pertegas agar tidak salah tafsir oleh generasi muda nantinya, pertanyaan ini muncul dari seorang non Hindu, <br />
<br />
<i><b></b></i><b><span data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.0.$end:0:$0:0">ini gimana maksudnya ya?? jelasin dunk..</span></b><br />
<b><span data-ft="{"tn":"K"}" data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body"><span class="UFICommentBody" data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0"><span data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.0"><br data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.0.$end:0:$3:0" /><span data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.0.$end:0:$4:0">1. ( Upanishad IV.2.1.)</span></span><span data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.3"><span data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.3.0"><br data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.3.0.$end:0:$1:0" /><span data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.3.0.$end:0:$2:0">Tuhan itu hanya satu tidak ada duanya.</span><br data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.3.0.$end:0:$3:0" /><br data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.3.0.$end:0:$5:0" /><span data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.3.0.$end:0:$6:0">2.
Tuhan memiliki ribuan kepala, ribuan mata demikian pula ribuan kaki. IA
TERSEBAR di seluruh penjuru bumi, memiliki 10 jari yaitu Panca Maha
Butha dan Panca Tanmantra yang juga berada di luar jagat raya ini.</span><br data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.3.0.$end:0:$7:0" /><span data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.3.0.$end:0:$8:0">Rgveda : 10.90.1</span><br data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.3.0.$end:0:$9:0" /><br data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.3.0.$end:0:$11:0" /><span data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.3.0.$end:0:$12:0">Tuhan katanya 1 tapi kok tersebar yo??</span></span></span></span></span></b><br />
<br />
<b><span data-ft="{"tn":"K"}" data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body"><span class="UFICommentBody" data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0"><span data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.3"><span data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.3.0"><span data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.3.0.$end:0:$12:0">Penjelasnnya sebagai berikut tentang Upanishad IV.2.1 dan Regveda 10.90.1 : </span></span></span></span></span></b><br />
<b><span data-ft="{"tn":"K"}" data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body"><span class="UFICommentBody" data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261506337203443:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0"></span></span></b><span data-ft="{"tn":"K"}" data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261533083867435:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body"><span class="UFICommentBody" data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261533083867435:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0"><span data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261533083867435:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.$end:0:$0:0">Tuhan adalah Kepribadian yang Esa, namun Tuhan adalah sumber dari semua ciptaan dan meresapi semua ciptaan_Nya tanpa kecuali.</span><br data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261533083867435:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.$end:0:$3:0" /><span data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261533083867435:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.$end:0:$4:0">itu
kenapa Beliau dikatakan memiliki ribuan kepala,mata, dan kaki. ya
karena Tuhan tidak terbatas, ada dimana mana sebagai segala hal yang
tidak dapat dihitung jumlahnya, oleh itu kenapa Tuhan disebut Maha Kuasa dan
Tak Terbatas.</span></span></span><br />
<br />
<span data-ft="{"tn":"K"}" data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261533083867435:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body"><span class="UFICommentBody" data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261533083867435:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0"><span data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261533083867435:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.$end:0:$4:0">Yang intinya mengartikan bahwa Semua Mahluk di Bumi maupun di angkasa sana, Beliau selalu ADA dalam berbagai nama dan bentuknya baek positif maupun negatif yg tak terbatas (</span></span></span><span data-ft="{"tn":"K"}" data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261533083867435:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body"><span class="UFICommentBody" data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261533083867435:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0"><span data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261533083867435:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.$end:0:$4:0">sifat-sifat Tuhan yang Maha Mulia, Maha Kuasa, Maha Pengasih dan tiada terbatas ) , karena</span></span></span><span data-ft="{"tn":"K"}" data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261533083867435:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body"><span class="UFICommentBody" data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261533083867435:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0"><span data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261533083867435:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.$end:0:$4:0"> kekuatan manusia untuk menggambarkan Sang Hyang Widhi sangat terbatas
adanya. Maka Maha Rsi-Maha Rsi kita hanya mampu memberi sebutan dengan banyak
nama menurut fungsiya. </span></span></span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSqlOnnQmIF8siD9VUmSOxahNYrTLNT_GPN1zmpZ5mIzqKuVph7Zzao01WmRNiR5zmPxHeHWJCB57YCPPtV61k7FZP28uSQDmZzLUDP4VjPYAkBYMoriAZlbVFtz5wvvwPAJQv7fqHK_FV/s1600/trimurti.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSqlOnnQmIF8siD9VUmSOxahNYrTLNT_GPN1zmpZ5mIzqKuVph7Zzao01WmRNiR5zmPxHeHWJCB57YCPPtV61k7FZP28uSQDmZzLUDP4VjPYAkBYMoriAZlbVFtz5wvvwPAJQv7fqHK_FV/s1600/trimurti.gif" height="215" width="400" /></a></div>
<br />
Sebagai dikatakan dalam pustaka suci Weda:<br />
<br />
<b>“EKAM EVA ADWITYAM BRAHMAN”</b><br />
yang artinya “Hanya satu (Ekam eva) tidak ada duanya (Adwityam) Hyang Widhi (Brahman) itu”<br />
<br />
<b>“EKO NARAYANAD NA DWITYO’STI KASCIT”</b><br />
artinya “Hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya”. Dalam lontar
Sutasoma juga disebut “Bhineka Tunggal Ika, tan hana Dharma mangrwa”,
yang artinya, “Berbeda-beda tetapi satu, tidak ada dharma yang dua”.
Juga dikatakan<br />
<span id="more-72"></span><br />
<b>“EKAM SAT WIPRAH BAHUDA WADANTI”</b>, artinya “Hanya satu
(Ekam) Sang Hyang Widhi (Sat), namun orang bijaksana (viprah)
menyebutkan (wadanti) dengan banyak nama (bahuda)<br />
<br />
<span data-ft="{"tn":"K"}" data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261533083867435:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body"><span class="UFICommentBody" data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261533083867435:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0"><span data-reactid=".1.1:3:1:$comment260910287263048_261533083867435:0.0.$right.0.$left.0.0.1:$comment-body.0.$end:0:$4:0">Mungkin itu dulu yang bisa saya sampaikan dari Tulisan teman kami yang sangat bermanfaat ini.</span></span></span><br />
<br />
<i><b>OM Shanti Shanti Shanti OM </b></i><br />
--- Ya Tuhan, Semoga Damai di Hati, Damai di Dunia, Damai untuk selamanya ---<br />
<br />
Referensi tambahan:<br />
<a href="http://taksu.wordpress.com/2009/07/23/widhi-tatwa-filsafat-tentang-sang-hyang-widhi/" rel="bookmark">Widhi Tatwa (Filsafat Tentang Sang Hyang Widhi)</a>Unknownnoreply@blogger.com67tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-24743237638895785502014-07-30T00:11:00.001-07:002014-07-30T00:13:25.629-07:00KISAH CANDI PRAMBANANCandi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di
abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai
Balitung.<br />
Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari
Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan
pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak
17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini
dibangun taman indah.<br />
<br />
Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan
masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung
Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang
meminta Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam.
Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa
menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk suasana seperti pagi
hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian mengutuk
Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi
Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti
dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap
candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat,
yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu.
Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi
sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.<br />
Memasuki
candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda
akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa,
sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri
Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah
yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang
diceritakan di atas.<br />
<br />
Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah
utara candi Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi
arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan
Candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca
Brahma.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYSVVruBTFjJTCZl3fcY4jblK9V8EFT7blSeC5sgelUY94Yqie2vftB8hGS47hp3sKykZJmJFoJinHKAzwGDGrKyjs5SSkXZNg1KrzoPM4N41LS-lgKRcbzNHY2CYDBztdqTkb6u1OqkV6/s1600/10530747_829624577071164_7976558095608724984_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYSVVruBTFjJTCZl3fcY4jblK9V8EFT7blSeC5sgelUY94Yqie2vftB8hGS47hp3sKykZJmJFoJinHKAzwGDGrKyjs5SSkXZNg1KrzoPM4N41LS-lgKRcbzNHY2CYDBztdqTkb6u1OqkV6/s1600/10530747_829624577071164_7976558095608724984_n.jpg" height="306" width="400" /></a></div>
<br />
Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda
yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang
sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan
burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih,
bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok
itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti ‘terbit‘ atau
‘bersinar‘, biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir
Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan
ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan
mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).<br />
Kemampuan
menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan
digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk
lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari
inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk
lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk
dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah
Krut atau Pha Krut.<br />
<br />
Prambanan juga memiliki relief candi yang
memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita
Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik
adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon
kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief
pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini
membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki
kearifan dalam mengelola lingkungannya.<br />
<br />
Sama seperti sosok
Garuda, Kalpataru kini juga digunakan untuk berbagai kepentingan. Di
Indonesia, Kalpataru menjadi lambang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi).
Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali mengembangkan konsep Tri Hita Karana
untuk pelestarian lingkungan dengan melihat relief Kalpataru di candi
ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan pada gunungan yang
digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa relief yang
ada di Prambanan telah mendunia.<br />
Kalau cermat, anda juga bisa
melihat berbagai relief burung, kali ini burung yang nyata.
Relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural sehingga para
biolog bahkan dapat mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah
satunya relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) yang mengundang
pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya terdapat di Pulau
Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. Lalu, apakah jenis itu
dulu pernah banyak terdapat di Yogyakarta? Jawabannya silakan cari tahu
sendiri. Sebab, hingga kini belum ada satu orang pun yang bisa
memecahkan misteri itu.<br />
<span class="_c24"></span>Unknownnoreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-48470226431163312852014-07-13T01:19:00.003-07:002014-07-13T01:26:40.680-07:00Daerah Istimewa Bali VS Otsus untuk Bali yang berdaulat Om Swastiastu...<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Semakin rumitnya bangsa ini, diam diam pergerakkan itu semakin halus. Kali ini saya sangat berbangga sekali dgn sodara kita Dr. Arya Wedakarna yang berani berbicara blak blakan tentang masa depan Hindu. Untuk itu saya akan tampilkan Video beliau tersebut, semoga kita sebagai Generasi Muda Hindu di Bali maupun di Indonesia menjadi sadar akan arti Hindu yg sesungguhnya.</span> </div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><b>BUKA MATA...</b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><b>BUKA TELINGA...</b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><b>BUKA HATI..</b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><b>PIKIRKAN DAN RENUNGKAN... </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="color: red;"><i><span style="font-size: large;"><span style="font-size: small;">Mari kita Simak Videonya di bawah ini..</span></span></i></span></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-size: small;"> </span><b> </b></span></div>
<center>
</center>
<center>
</center>
<center>
</center>
<center>
</center>
<center>
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="//www.youtube.com/embed/LsHGLZL6SpA" width="420"></iframe></center>
Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-67694975321067349362014-05-07T19:56:00.002-07:002014-05-07T19:59:56.087-07:00Kerajaan Pasudan / Padjadjaran, Sebuah Kilas Balik Sejarah.Om Swastiastu<br />
<br />
Apa Kabar semua Pemuda Pemudi Hindu Nusantara? Melalui Dumay yg tidak keliatan jelas menjadi jelas, Kali ini saya akan memuat tulisan karya seorang teman facebooker yg menurut saya perlu di publikasikan tentang sejarah Pasundan ato biasa di sebut Pajajaran dgn Prabu Siliwangi yg terkenal hebat. banyak versi ceritanya untuk itu mari kita Simak.<br />
<br />
PRABU JAYADEWATA (1482 – 1521)<br />
( PRABU SILIWANGI ) Jayadewata secara resmi diangkat sebagai raja Kerajaan Pajajaran yang bertahta di Pakuan saat berusia 81 tahun. Saat pengangkatannya, dilakukan 2 kali<span class="text_exposed_show"> penobatan. Dari penobatannya pertama sebagai penguasa Galuh beliau diberi gelar Ratu Purana Prabu Guru Dewapranata. Sedangkan untuk penobatannya sebagai penguasa Sunda-Galuh, beliau diberi gelar Sri</span><br />
<span class="text_exposed_show"> Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata .</span><br />
<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm24S_SD-64U7rfM1LL1zcJQrvULBnXZn3xvWuI2m2FzfmLHTDJiy_MrZgRIu-7A1BG5Iht-qbTnT6rkromrcwEXdeEdRC8bEJ4__vIYZExU82ZrJ9_OvSxP-B8fUhFNogvA1NVQHJ30ZZ/s1600/1897854_10202030100455787_5083668615811288182_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm24S_SD-64U7rfM1LL1zcJQrvULBnXZn3xvWuI2m2FzfmLHTDJiy_MrZgRIu-7A1BG5Iht-qbTnT6rkromrcwEXdeEdRC8bEJ4__vIYZExU82ZrJ9_OvSxP-B8fUhFNogvA1NVQHJ30ZZ/s1600/1897854_10202030100455787_5083668615811288182_n.jpg" height="256" width="400" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
Peta Kekuasaan Kerajaan Pajajaran </div>
<br />
<span class="text_exposed_show">Dari beberapa kali pernikahannya, Sri Baduga Maharaja dikabarkan memiliki 13 orang anak yang rata-rata menjadi raja / penguasa yang menyebar ke seluruh Tatar Pasundan.<br /> Karena sepak terjang Jayadewata saat menjadi Prabu Anom maupun setelah menjadi Raja Pajajaran begitu hebat dan dikagumi oleh seluruh rakyatnya serta dianggap sebagai raja di tatar Sunda yang terbesar setelah era kekuasaan kakeknya (Prabu Niskala Wastukancana), maka banyak para pujangga Sunda menceritakan tokoh ini ke dalam bentuk sastra (seperti dalam Kropak 630 sebagai lakon pantun). </span><br />
<span class="text_exposed_show">Melalui bahasa pujangga-pujangga tersebut Jayadewata digelari Prabu<br /> Siliwangi (berasal dari kata “silih” yang berartimenggantikan dan “wangi” yang diambil dari gelar kakeknya yaitu Prabu Wangi / Prabu Anggalarang /Prabu Niskala Wastukancana). Jadi, penggunaan gelar Prabu Siliwangi ini sebenarnya bukan merupakan gelar resmi, dan sang raja pun tidak pernah menggunakan gelar ini untuk menunjukkan jati dirinya (seperti yang tertulis pada prasasti-prasasti). </span><br />
<span class="text_exposed_show">Pemakaian sebutan Prabu Siliwangi lebih bersifat kesusastraan, dan kebiasaan dari rakyat di zaman itu yang merasa tabu (tidak boleh) untuk menyebut secara langsung nama atau gelar sesungguhnya dari sang raja yang berkuasa dalam percakapan mereka sehari-hari.<br /> Wangsakerta (ahli sejarah dari Cirebon sekaligus penganggung jawab dari penyusunan Sejarah Nusantara) mengungkapkan bahwa Siliwangi bukan nama pribadi,<br /> seperti tulisannya :<br /> </span><br />
<span class="text_exposed_show">"Kawalya ta wwang Sunda lawan ika wwang Carbon<br /> mwang sakweh ira wwang Jawa Kulwan anyebuta Prabhu<br /> Siliwangi raja Pajajaran. Dadyeka dudu ngaran swaraga<br /> nira"<br /> (Hanya orang Sunda dan orang Cirebon serta semua<br /> orang Jawa Barat yang menyebut Prabu Siliwangi raja<br /> Pajajaran. Jadi nama itu bukan nama pribadinya).<br /> </span><br />
<span class="text_exposed_show">Jayadewata merupakan Prabu Siliwangi yang sangat terkenal atau yang selama ini sering diceritakan<br /> kemahsyurannya didalam cerita-cerita sejarah Pajajaran dan masyarakat Sunda.<br /> Di saat kekuasaanya, Pajajaran mengalami masa kejayaannya ( kretayuga ), dimana sosial ekonomi<br /> rakyatnya cukup sejahtera serta Pakuan yang menjadi ibukota kerajaan mencapai puncak perkembangannya. Sang Maharaja memperkuat sistem pertahanan Pakuan secara spektakuler yaitu dengan cara memperkokoh parit yang mengelilingi kerajaannya sepanjang 3 kilometer di tebing Cisadane (parit tersebut pertama kali dibuat oleh Rakeyan Banga). Sedangkan bekas tanah galian dari proyek itu kemudian dijadikan benteng yang memanjang di bagian dalam, sehingga jika musuh menyerang dari luar akan terhambat oleh parit kemudian benteng tanah. Kemudian Sang Maharaja membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, yaitu bukit Badigul di daerah Rancamaya (Bogor). Tempat tersebut dijadikan sebagai tempat upacara keagamaan dan menyemayamkan abu jenazah dari raja-raja tertentu. Beliau juga memperkeras jalan dengan batu-batuan tertentu dari keraton hingga gerbang Pakuan, kemudian dilanjutkan lagi hingga ke Rancamaya (kurang lebih 7 km). Gerbang Istana depan dinamakan Lawang Saketeng, sedangkan gerbang istana belakang<br /> dinamakan Lawang Gintung. Untuk pelestarian lingkungan alam, Sang<br /> Maharaja membuat semacam hutan lindung yang berfungsi sebagai reservoir alami. Hutan tersebut<br /> ditanami pohon samida, pohon tersebut kemungkinan hanya boleh ditebang jika kayunya diperlukan untuk kepentingan upacara kremasi.<br /> </span><br />
<span class="text_exposed_show">Karya besar dari Sri Baduga Maharaja yaitu pembangunan telaga besar yang bernama Sang Hyang<br /> Talaga Rena Mahawijaya di hulu sungai Ciliwung (Rancamaya, Bogor). Telaga tersebut berfungsi sebagai tempat pariwisata dan penyuburan tanah. Karya-karya lainnya dari Sri Baduga Maharaja antara lain membuat jalan ke Wanagiri, membuat“kaputren” (tempat isteri-isteri-nya),“kesatrian” (asrama prajurit), satuan-satuan tempat (pageralaran), tempat-tempat hiburan, memperkuat<br /> angkatan perang, serta menyusun Undang-Undang Kerajaan Pajajaran. Undang-undang yang disebut<br /> Sanghiyang Siksakandang Karesian ini dirumuskan berdasarkan sistem pemerintahan Sri Baduga Maharaja yang sangat adil, Undang-Undang ini disusun pada<br /> tahun 1518. Sri Baduga Maharaja memiliki ahli syair yang bernama Buyut Nyai Dawit , sedangkan ahli pemerintahan dipegang oleh Adipati Pangeran Papak.Kebijakan yang paling menarik di saat kekuasaan dari Sri Baduga Maharaja adalah dengan membuat penetapan batas-batas kabuyutan (daerah yang dianggap suci dan dijadikan pusat pendidikan) yang dinyatakan sebagai "lurah kwikuan" atau disebut juga desa perdikan (desa bebas pajak) di daerah Sunda Sembawa, Gunung Samaya, dan Jayagiri. Tindakan ini diambil karena Sri Baduga Maharaja merasa harus menjalankan amanat dari kakeknya (Prabu Anggalarang / Prabu Niskala Wastukancana). Bahkan amanat tersebut<br /> diabadikan dalam prasasti yang terbuat dari tembaga sebanyak 5 keping. Prasasti tersebut kemudian<br /> ditemukan di Kabantenan. (isi dari prasasti itu lihat Kerajaan Sunda sub- Prabu Anggalarang).<br /> Penduduk di lurah kawikuan tersebut dibebaskan dari 4 macam pajak, yaitu "dasa" (pajak tenaga perorangan), "calagra" (pajak tenaga kolektif / kerja bakti), "kapas timbang" (kapas 10 pikul) dan "pare dongdang" (padi 1 gotongan). Selain di 3 buah desa kawikuan, Sri Baduga Maharaja juga memerintahkan kepada para petugas muara agar dilarang untuk memungut bea. Raja ini menganggap, tidak perlu memungut pajak pada mereka yang selalu berbakti dan membaktikan diri kepada<br /> ajaran-ajaran dan yang terus mengamalkan peraturan dewa.<br /> </span><br />
<span class="text_exposed_show">Dalam hal memperkuat angkatan perang, Prabu Siliwangi ini membentuk satuan tentara dengan tugas<br /> yang jelas. Misalnya Bhayangkara (prajurit keamanan), Pamarang (prajurit yang ahli memainkan pedang) dan Pamanah (prajurit ahli memanah). Dan terakhir Pasukan Elite Pengawal Raja, Puragabaya .Dengan pembagian tugas tersebut menjadikan Pajajaran memiliki armada<br /> perang yang tangguh.Sedangkan untuk pertahananan di dalam kerajaan, Sri Baduga Maharaja selalu menekankan kepada rakyatnya agar berpedoman setia kepada kebiasaan dan keaslian leluhur, jika hal itu dilaksanakan dengan baik, maka beliau meyakini bahwa Pajajaran tidak akan kedatangan musuh. Beliau sangat menganjurkan kepada semua pendeta dan pengiringnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemahsyuran Pelabuhan Muara Jati sebagai<br /> pelabuhan internasional makin berkembang saat Raden Walangsungsang (anaknya dari Subang Larang), menetap di Cirebon dan mendirikan Pakuwuan Cirebon Larang di Cirebon pesisir. Langkah yang dilakukan Raden Walangsungsang dalam mengelola Pelabuhan Muara Jati waktu itu (tugas warisan dari Ki Gedeng Tapa yang telah wafat) di antaranya adalah membentuk satuan penjaga keamanan untuk mengamankan Pelabuhan Muara Jati yang semakin ramai. Setelah daerah itu semakin maju, akhirnya Raden Walangsungsang diangkat sebagai raja daerah Kerajaan Cirebon Larang oleh Sri Baduga Maharaja.Sebagai kerajaan yang memperoleh pendapatan dari hasil niaga, Pajajaran saat itu merasa cemas dengan hubungan harmonis antara Cirebon Larang (yang dipimpin oleh anaknya yang bernama Raden Walangsungsang) dan Demak. </span><br />
<br />
<span class="text_exposed_show">Pada saat itu, armada Laut Demak sering berada di pelabuhan Muara Jati. Sri<br /> Baduga Maharaja khawatir apabila kehadiran armada Demak dapat mengganggu jalannya perniagaan<br /> Pajajaran. Sekitar abad ke-15 di Nusantara, Pajajaran dan Demak termasuk kerajaan yang memiliki jalur perdagangan sangat ramai. Demak yang terkenal kuat dalam angkatan lautnya, saat itu tengah mengalami beberapa kekalahan dari Portugis yang telah menguasai selat Malaka. Berita kekalahan ini membuat Sri Baduga Maharaja merasa perlu mengadakan hubungan kerjasama dengan Portugis.<br /> Seperti yang kita tahu, Pajajaran merupakan penguasa di Selat Sunda dan Portugis berkuasa di Selat<br /> Malaka. Sebagai penguasa di 2 selat yang menjadi jalan masuk perniagaan dan bangsa asing ke Nusantara, tentunya keputusan Sri Baduga Maharaja ini sangat<br /> cemerlang. Kerjasama antara Pajajaran dan Portugis sangat tepat dilakukan untuk menguasai jalur niaga di Nusantara. Kerjasama ini dilakukan bukan maksud menggalang kekuatan untuk menyerang Demak, melainkan hanya upaya antisipasi apabila Demak membantu Cirebon melakukan serangan dalam upaya pembebasan diri dari Pajajaran. Rupanya, Sri Baduga Maharaja sudah dapat mencium gelagat dari Raden Walangsungsang dalam upaya memerdekakan diri. Untuk memuluskan rencananya, maka Sri Baduga Maharaja mengutus Surawisesa (putera mahkota Pajajaran) untuk mengadakan kerjasama dengan Alfonsod’ Albuquerque (Laksamana Bunker Portugis di Malaka).<br /> </span><br />
<span class="text_exposed_show">Pada tahun 1512, Surawisesa mengunjungi Malaka dan akhirnya perjanjian bilateral resmi antara<br /> Pajajaran – Portugis, dengan hasil kesepakatan adalah Portugis berjanji untuk membantu Kerajaan Pajajaran bila diserang oleh pasukan Demak dan Cirebon, serta ingin menjalin hubungan dagang. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1513, Pajajaran didatangi oleh duta-duta dari Portugis dengan menumpang 4 buah kapal. Salah seorang dari rombongan Portugis tersebut bernama Tome Pires yang bertindak sebagai juru catat perjalanan. Tome Pires sendiri mencatat mengenai kekuasaan dari Sri Baduga Maharaja adalah “the kingdom of Sunda is justtly governed” (Kerajaan Sunda / Pajajaran diperintah dengan adil). Kerjasama kali itu baru merupakan tahap penjajakan.<br /> Kebijakan-kebijakan dari Prabu Siliwangi itulah yang menunjukan kemakmuran, kebesaran, dan kejayaan Pajajaran pada masa kekuasaannya. Raja ini menerapkan motto hidup “silih asah, silih asih, silih asuh“ . Dengan kebijakan dan strategi-strategi itu pula, kita dapat mengakui bahwa Prabu Siliwangi ini adalah seorang raja yang mampu memimpin kerajaan dan juga seorangyang ahli strategi perang, sehingga saat itu Pajajaran tidak dapat disusupi oleh musuh. Karena itulah, orang pada zaman itu seakan teringat kembali kepada kebesaran mendiang kakek buyutnya (Prabu Maharaja<br /> Lingga Buana) .</span><br />
<br />
<span class="text_exposed_show">Dalam Carita Parahyangan, pemerintahan Sri<br /> Baduga dilukiskan demikian :<br /> "Purbatisi purbajati, mana mo kadatangan ku musuh<br /> ganal musuh alit. Suka kreta tang lor kidul kulon wetan<br /> kena kreta rasa. Tan kreta ja lakibi dina urang reya, ja<br /> loba di sanghiyang siksa"<br /> (Ajaran dari leluhur dijunjung tinggi sehingga tidak akan<br /> kedatangan musuh, baik berupa laskar maupun penyakit<br /> batin. Bahagia sejahtera di utara, selatan, barat dan<br /> timur. Yang tidak merasa sejahtera hanyalah rumah<br /> tangga orang banyak yang serakah akan ajaran agama).<br /> </span><br />
<span class="text_exposed_show">Namun kebesaran yang dimiliki Pajajaran saat itu tidak serta merta membuat sang raja merasa tenang, hal ini dikarenakan pada saat itu banyak Rakyat Pajajaran yang beralih ke agama Islam dengan meninggalkan agama lama. Mereka oleh sang Maharaja disebut "loba" (serakah) karena merasa tidak puas dengan agama yang ada, lalu mencari yang baru. Meskipun merasa kesal, tetapi Sri Baduga Maharaja hanya bisa menyindir tanpa melakukan tindakan “fisik” atau mengeluarkan perintah larangan, karena beliau menyadari bahwa memilih agama merupakan hak bagi setiap rakyatnya. Dengan demikian beliau tetap memperlakukan adil bagi rakyatnya yang telah memeluk<br /> agama Islam.Untuk lebih mempererat kerjasama dengan Portugis, pada tahun 1521 Sri Baduga Maharaja kembali menugaskan Surawisesa untuk menemui Portugis di Malaka. Penugasan ini dilakukan beberapa bulan sebelum sang Maharaja wafat. Sri Baduga Maharaja wafat pada tanggal 31<br /> Desember 1521 dalam usia yang sangat sepuh yaitu 120 tahun. Kekuasaan Kerajaan Pajajaran diserahkan pada puteranya yang bernama Surawisesa (anak dari Kentring Manik Mayang Sunda).<br /> Ketika sudah dikubur selama 12 tahun, makam Sri Baduga Maharaja digali kembali atas perintah dari<br /> Surawisesa. Kemudian kerangkanya diangkat untuk dikremasi. Setelah itu, abu jenazahnya tadi kemudian ditaburkan di Rancamaya, Bogor ( kini sudah dijadikan lapangan golf serta perumahan mewah). Selain di Rancamaya, sisa abu jenazahnya itu kemudian dibagikan kepada raja-raja daerah (bawahan Pajajaran) untuk dipusarakan di tempat kabuyutan daerah itu. Karena itulah, maka tidak perlu heran apabila di beberapa tempat banyak yang mengklaim sebagai<br /> tempat dari makam Prabu Siliwangi.</span><br />
<br />
<span class="text_exposed_show">Sumber : </span><br />
<span class="text_exposed_show">https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10202030100455787&set=a.1736852142835.2088436.1284563882&type=1&theater</span><br />
<span class="text_exposed_show">Foto : Ferry Mustika</span>Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-87873111233511122242013-11-14T00:29:00.003-08:002013-11-14T20:17:24.040-08:00MAHAYOGISVARA MPU BARADAHOm Swastiastu...<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Generasi muda yang saya banggakan, artikel ini di tulis oleh Hendrick <span class="messageBody" data-ft="{"type":3,"tn":"K"}"><span class="userContent">, yang disadur dari Majalah Sinar Dharma Vol 9 No. 1-2/2555 B.E Maret-Oktaber 2011.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="messageBody" data-ft="{"type":3,"tn":"K"}"><span class="userContent">Yang menceritakan tentang Kisah perjalanan Mpu Bradah hingga terjadinya Lumpur Lapindo akibat </span></span><span class="messageBody" data-ft="{"type":3,"tn":"K"}"><span class="userContent"><span style="line-height: 115%;"><span class="Apple-style-span"><span class="apple-style-span"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Manusia
yang semakin rakus sehingga tidak lagi bersahabat dengan alam dan juga
sekitarnya. Sudah selayaknya manusia mawas diri agar tidak
mengeksploitasi alam berlebihan.</span></span></span></span></span></span></span></div>
<div class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}">
<br /></div>
<div class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}">
<b><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3,"tn":"K"}"><span class="userContent">“Terdapat
pertapa Buddhis dari aliran Mahayana, guru yang paham akan Tantra dan
pemimpin para yogi, yang tinggal di tengah-tengah kuburan di Lemah
Citra, pelindung dunia. Yang sampai di Bali dengan menapak air laut. Mpu
Bharada (Baradah)namanya, paham akan masa lalu, masa kini dan akan
datang. Berkenan di hatinya dimohon belas kasihnya membagi bumi. Yang
perbatasannya ditandai dengan air kendi dari angkasa. Barat timur hingga
samudera, utara selatan tidak jauh. Bagaikan jauh terpisah oleh samudra
bumi Jawa milik raja.”</span></span></span></b><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3,"tn":"K"}"><span class="userContent"></span></span></span></b><br />
<a name='more'></a><b><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3,"tn":"K"}"><span class="userContent"> (Negarakertagama)<br /> <br /> Di antara
sederet nama-nama para tokoh Buddhis / Bodhisattva di masa lampau,
terdapat seorang guru besar bernama Mpu Baradah (Mpu Bharada) yang
merupakan seorang Mahasiddha. Kisah kebajikan dan kesaktiannya bahkan
dapat dikatakan menyamai kisah-kisah para 84 Mahasiddha Buddhis di
Jambudvipa (India). Mpu Baradah lahir di daerah kekuasaan Kerajaan
Medang Kamulan, Jawa Timur. Terlahir di tengah-tengah keluarga brahmana
yang merupakan siswa penganut ajaran Buddha. Ayahnya adalah seorang
pendeta (pandita) Buddha bernama Mpu Lampita atau Danghyang Tanuhun,
putra dari Danghyang Bajrasatwa (Vajrasattva). Mpu Baradah adalah yang
termuda di antara lima bersaudara.<br /> <br /> Mpu Baradah adalah guru dari
Raja Airlangga (Erlangga) pendiri Kerajaan Kahuripan. Airlangga adalah
putra pasangan Udayana raja Bali dengan Mahendradatta, seorang putri
dari Kerajaan Medang Kamulan. Berdasarkan cerita rakyat, putri mahkota
Airlangga menolak menjadi raja dan memilih hidup sebagai pertapa bernama
Dewi Kili Suci. Airlangga yang tidak menghendaki terjadinya perebutan
kekuasaan antara dua putranya, mengutus Mpu Baradah pergi ke Bali agar
salah satu putranya bisa diangkat menjadi raja di Bali. Ini dilakukannya
mengingat dirinya juga putra raja Bali.<br /> <br /> Mpu Baradah
menyeberangi Selat Bali dengan menaiki daun kekatang (keluih) menuju ke
Bali. Penasihat dari Raja Bali Sri Dharma Udayana Warmadewa, yaitu
pendeta Buddha Mpu Kuturan, kakak Mpu Baradah, tidak menyetujui
permintaan Raja Airlangga. Tidak ada jalan lain, Raja Airlangga akhirnya
mau tidak mau harus membagi kerajaannya di Jawa menjadi dua. Dengan
siddhinya, Mpu Baradah terbang membawa sebuah kendi berisi air. Kucuran
air kendi itu berubah menjadi anak sungai yang sekarang dikenal sebagai
Sungai Porong di Delta Brantas.<br /> <br /> Demikianlah Kerajaan Medang
Kamulan terbelah menjadi dua, Jenggala (Singosari) dan Panjalu (Kediri).
Kisah pemisahan kerajaan ini disebutkan dalam kitab Negarakertagama dan
Serat Calon Arang. Negarakertagama pupuh 76/3 dan pupuh 77/2 menyebut
Lemah Citra sebagai desa perdikan ke-Buddha-an dan menurut kebiasaan,
desa perdikan sebagai anugerah raja diberi pikukuh berupa prasasti.<br /> <br />
Sima swatantra kasogatan Lemah Tulis terletak di daerah Trowulan,
Mojokerto. Arya Baradah juga dikaitkan dengan penyucian dan pemberkatan
Sima (tempat tinggal bhiksu) Prajnyaparamitapuri di Kamal Pandak dan
dongeng terjadinya Kali Porong. Prasasti Wurare yang berada di lapik
arca Buddha Mahaksobhya (Joko Dolog) mencatat:<br /> <br /> “Dahulu terdapat
pandita utama, Arya Bharada yang mahatahu. Memiliki pengetahuan serta
siddhi. Mahamuni di antara para Muni (suciwan Buddha). Seorang mahayogi
utama, mengasihi semua makhluk. Seorang siddha yang mahawira. Tiada
ternoda oleh segala nafsu dan klesha (kekotoran batin).”<br /> <br /> Pada
masa akhir hidupnya, Mpu Baradah tinggal di tempat pembakaran mayat
bernama Wurare. Pergi ke Gunung Wilis, mencapai Nirvana dan pergi ke
alam para Vidyadhara dengan tubuh fisiknya bersama-sama putrinya,
Wedawati. Kemudian putranya, Mpu Yajnaswara, melanjutkan gaung Dharma
ayahnya di Lemah Tulis.<br /> <br /> Di daerah Porong Sidoarjo dulunya
terdapat situs purbakala yang berupa candi .Candi ini bernama Candi
Pradah, yang merupakan peninggalan Mpu Baradah. Di situs penting di Desa
Siring dan Renokenongo ini juga ditemukan Prasasti Watumanak. Warga
Siring dan Renokenongo menyebut situs itu sebagai Punden Prada. Mpu
Baradah membuat candi di daerah Porong Sidoarjo untuk pemujaan terhadap
Sang Hyang Batara Ismaya atau Batara Kartika atau yang dikenal dengan
nama Semar, Smarasanta, Jnanabhadra dan Badranaya. Semar di sini
kemungkinan adalah Bhiksu Jnanabhadra yang membantu dalam penerjemahan
Sutra Mahaparinirvana. Jnanabhadra juga dikait-kaitkan dengan nama Sekar
Jagad. ranah kepercayaan Jawa, Jnanabhadra adalah nama lain dari
‘Janggan Smarasanta’ alias Semar. Figur tokoh simbulisasi ‘gambaran’
konsep sistim religi Jawa yang mampu ‘momot momong mangkat’ berbagai
sistim religi lain. Semar atau Hyang Ismaya adalah pamomong jagad,
demikianlah konsep kepercayaan Jawa.<br /> <br /> Secara umum banyak pengamat yang menyimpulkan bahwa Semar melambangkan Kebenaran yang hakiki dan<br />
dengan demikian ia adalah jaminan kemenangan serta keselamatan. Semar
adalah sosok yang tidak terpersonifikasikan. Semar adalah gambaran cinta
kasih, ini mengingatkan kita pada Nirvana atau Dharmakaya itu sendiri,
sehingga dapat dikatakan bahwa bhiksu Jnanabhadra telah mencapai
ke-Buddhaan dan Mpu Baradah membangun candi untuk menghormatinya.<br /> <br />
Namun bencana Lumpur Lapindo menghancurkan kompleks candi yang
merupakan warisan leluhur dari kerajaan Jenggala. Kawasan Porong selain
dikenal kaya gas bumi, juga menjadi pusat situs-situs peninggalan
Majapahit, seperti Candi Pari yang sekarang lokasinya berdekatan dengan
area semburan lumpur. Konon hancurnya Candi Prada diyakini penduduk
sekitar sebagai salah satu faktor terjadinya bencana lumpur, karena Mpu
Baradah sebenarnya membangun Candi Prada untuk menahan terjadinya
bencana luapan lumpur dengan siddhi-nya.<br /> <br /> Pada zaman Airlangga
berkuasa telah diketahui bahwa di bawah daerah Porong dan sekitarnya ada
gunung lumpur yang sewaktu-waktu dapat menyembur keluar. Untuk
menghindari semburan lumpur tersebut, Prabu Airlangga meminta bantuan
Mpu Baradah. Kemudian Mpu Baradah menasihati raja agar membuat candi di
atas gunung lumpur tersebut. Mpu Baradah kemudian bersemedi dan memberi
kekuatan pada candi tersebut untuk menangkal semburan. Dengan demikian
daerah tersebut aman dan menjadi hunian penduduk yang kian<br /> hari kian ramai.<br /> <br /> Hipotesis bencana erupsi gunung lumpur pada masa Jenggala dan Majapahit didasarkan dan diteliti melalui lima tesis:<br /> 1. </span></span></span></b><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3,"tn":"K"}"><span class="userContent">T</span></span></span><b><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3,"tn":"K"}"><span class="userContent">esis bencana “banyu pindah” 1334 M dan bencana “pagunung anyar” 1374M yang tercatat pada Kitab Pararaton;<br />
2. </span></span></span></b><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3,"tn":"K"}"><span class="userContent">T</span></span></span><b><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3,"tn":"K"}"><span class="userContent">esis suryasengkala peristiwa keruntuhan Majapahit “sirna ilang
krtaning bhumi” yang berarti tahun 1400 Saka/1478 M, tercatat dalam
Serat Kanda dan Babad Tanah Jawi, dan secara leksikal dan gramatikal
dapat didefinisikan ulang sebagai “musnah hilang sudah selesai pekerjaan
bumi” (berkonotasi kemusnahan akibat bencana kebumian/geologi);<br /> 3. </span></span></span></b><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3,"tn":"K"}"><span class="userContent">T</span></span></span><b><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3,"tn":"K"}"><span class="userContent">esis peristiwa “guntur pawatugunung” pada tahun1403 Saka/1481 M yang
telah banyak ditafsirkan para ahli sebagai bencana letusan gunung api
(atau dalam hal ini gunung lumpur) yang berkaitan dengan “sirna ilang
krtaning bhumi” berdasarkan saat kejadian yang berdekatan atau
sebenarnya bersamaan;<br /> 4. </span></span></span></b><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3,"tn":"K"}"><span class="userContent">T</span></span></span><b><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3,"tn":"K"}"><span class="userContent">esis folklor “Timun Mas” yang berkembang
pada masa Jenggala dan Kediri yang isi ceritanya sangat mirip dengan
peristiwa kejadian erupsi gunung lumpur, sehingga cerita rakyat ini
bernilai dichtung und wahrheit (antara ceritadan kenyataan) untuk
menggambarkan proses kejadian alam; dan<br /> 5. </span></span></span></b><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3,"tn":"K"}"><span class="userContent">T</span></span></span><b><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3,"tn":"K"}"><span class="userContent">esis geologi wilayah
Jenggala dan Majapahit yang menunjukkan bahwa kedua kerajaan ini
berlokasi di depresi Kendeng bagian timur yang di atasnya sebagian
ditutupi oleh delta Brantas dan bersifat elisional. Suatu sistem
elisional akan mendorong terjadinya gejala diapir dan erupsi gunung
lumpur.</span></span></span></b><br />
<br /></div>
<div class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}">
<br /></div>
<div class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}">
<b><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3,"tn":"K"}"><span class="userContent">Semoga bermanfaat.</span></span></span></b></div>
<div class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}">
<b><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3,"tn":"K"}"><span class="userContent">Om shanti shanti shanti om... </span></span></span></b></div>
Unknownnoreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-77172556069596794492013-08-07T02:08:00.001-07:002013-08-07T02:12:40.986-07:00Kalo Konsepnya reinkarnasi, knp jumlah penduduk dunia terus bertambah? <div class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Om swastiastu..</span></span></span></span></span></div>
<div class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"></span></span></span></span></span></div>
<div class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"></span></span></span></span></span></div>
<div class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Banyaknya pertanyaan pertanyaan yang muncul tentang reinkarnasi membuat saya ingin menulis tentang ini. Generasi muda hindu kita sekarang ini sudah mulai kritis, saya lebih menghargai itu daripada harus lari sana sini berpindah hanya untuk mencari pembenaran tentang TUHAN. Semoga Tulisan saya ini bisa memberikan sedikit penjelasan bahwa sesungguhnya HINDU bukanlah agama yang perlu ditinggalkan karena dalam Weda semua ada jika kita ingin belajar. Mari kita mulai.. </span></span></span></span></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><br /><b>Inilah Pertanyannya tersebut :</b><i><b><br />Kalo
konsepnya reinkarnasi, knp jumlah penduduk dunia nambah terus. Apakah
satu atman di kehidupan yg lalu bisa menjadi 2 atau 3 org di kelahiran
sekarang atau ada penjelasan yg lain? Tolong kasi bocoranx<br /> </b></i></span></span></span></span></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Pertama sekali yang harus dibedakan adalah reinkarnasi dengan tumimbal lahir ( kelahiran kembali )<br /> <br />
reinkarnasi biasanya masih disertai dengan memory ( ingatan pada
kehidupan yang lalu ) yang menyebapkan orang tersebut masih bisa
mengingat kejadian masa lalu seperti nama, tempat dan yang lain.<br /> <br />
sedangkan jika tumimbal lahir ( kelahiran kembali ) maka semua memory
akan terhapus, maka dari itu orang tersebut tidak akan dapat mengingat
apa yang terjadi pada kehidupan yang lalu.<br /> <br /> ,,selain manusia ,
tumbuhan dan hewan juga mengalami renkarnasi,,buktikan jumlah Hutan dan
hewan skg mulai punah,,! bayangkan aja,,gemana bumi nantinya, yg
akhirnya tiba namanya pralaye(kiamat) yg meleburnya lagi.<br /> <br />
Jawabannya sederhana, Padma Purana menyebutkan ada 8.400.000 jenis
makhluk hidup di dunia. Mulai dari kuman, serangga, rumput, anjing,
sapi, singa, gajah hingga manusia. Kita, sesuai perbuatan, pikiran dan
ucapan kita, dapat lahir dengan bentuk badan salah satu di antara
8.400.000 jenis makhluk hidup tersebut. Adakah yang pernah menghitung
jumlah hewan atau tumbuhan di dunia ini? Tentu tidak ada. Pertambahan
jumlah penduduk adalah karena jiwa dari hewan atau tumbuhan mengalami
peningkatan dengan hidup dalam badan manusia.<br /> <br /> Kitab
Sarrasamuccaya menyebutkan, mendapat badan manusia adalah kesempatan
terbaik dalam mencapai pencerahan sehingga kita tidak lagi mengalami
kelahiran ulang atau reinkarnasi. Hanya dengan badan manusialah kita
dapat belajar tentang jati diri dan keinsafan diri. Jadi, mari sama-sama
merpergunakan kesempatan menjadi manusia ini sebaik-baiknya.<br /> <br />
Zaman terbagi menjadi empat yang disebut Catur Yuga, setiap zaman,
kualitas manusia berbeda-beda, semakin waktu berjalan maka kualitas
manusia semakin merosot. Saat ini adalah zaman yang paling merosot yang
disebut Kali Yuga, The Age of Chaos, zaman kekacauan atau zaman besi.
Nah, para brahmana pada yuga-yuga sebelumnya memiliki kemampuan untuk
meningkatkan derajat hewan. Dengan pelafalan mantra-mantra Veda,
brahmana zaman dulu dapat membawa atman dari hewan menuju hal yang lebih
baik, misalnya menuju surga atau alam moksa. Tetapi, zaman sekarang
kualitas brahmana menurun sehingga kurban hewan tidak pantas dilakukan
di zaman Kali ini. Jadi, hewan dan tumbuhan setelah mendapat badan
manusia barulah bisa memenuhi kebutuhan spiritual untuk mencapai
pembebasan atau moksa.</span></span></span></span></span></div>
<div class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><br /> Srimad bhagavatam 12.3.52:<br /> “krte yad dhyayato visnum<br /> tretayam yajhato makhaih<br /> dvapare paricaryayam<br /> kalav tad hari-kirtanat”</span></span></span></span></span></div>
<div class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><br />
(Hasil manapun yang diperoleh pada zaman Krta (Satya) dengan cara
semadi kepada Visnu, pada zaman Treta dengan cara menghaturkan
korban-korban suci, dan pada zaman Dvapara dengan melayani kaki padma
Tuhan (pemujaan kepada Arca), dapat juga diperoleh pada Kali-Yuga ini
dengan cara mengucapkan nama suci Tuhan Sri hari).<br /><br />Semoga Informasi dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menuju kebangkitan Hindu dalam diri anda.</span></span></span></span></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><br /></span></span></span></span></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Om shanti shanti shanti om...</span></span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Sumber: </span></span></span></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><i><span style="font-size: x-small;">https://www.facebook.com/groups/321745277873661/permalink/534490816599105/</span></i></span></span></span></span></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-77177389389660831722013-08-04T23:17:00.002-07:002015-04-06T02:43:44.581-07:00Surga dan Neraka menurut HinduOm Swastiastu...<br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Banyak sekali saya temui dalm forum maupun facebook tentang diskusi agama yang mempertanyakan konsep Hindu tentang Surga dan Neraka, Kali saya ingin membahasnya disini, memberikan sedikit wawasan kepada generasi muda Hindu, bahwa sesungguhnya Hindu bukan mengejar Surga Neraka tapi Moksa. </span></span><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dalam Agama Hindu.Tidak kita temukan gambaran neraka seperti itu.
Lalu apakah orang baik dan orang jahat sama-sama masuk surga?.
Bagaimana soal keadilan ditegakkan?. Dalam agama Hindu sebagaimana
dijelaskan sebelumnya, setelah mati, jiwa kita (1) mencapai moksa atau
(2) lahir kembali kedunia. Bila kita lahir kembali, maka dalam kelahiran
itu kita menerima akibat- akibat dari perbuatan kita dari kehidupan
yang terdahulu. Akibat baik atau akibat buruk.</span></span></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span>
<br />
<div class="fullpost">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Disini dikenal istilah
kelahiran surga dan kelahiran neraka. Kelahiran surga artinya dalam
hidup ini kita menjadi orang yang beruntung dan berbahagia. Kelahiran
neraka artinya dalam hidup ini kita akan menderita dan banyak mendapat
kesulitan. Penderitaan itu sangat banyak jenisnya. Misalnya karena :
sakit yang tidak dapat disembuhkan, penghianatan, kebencian, dendam, iri
hati, sakit hati, dan kemarahan yang tak terkendali adalah bentuk
neraka didunia ini.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Pandangan Hindu mengenai konsep Sorga dan Neraka. Banyak umat Hindu
beranggapan bahwa di dalam ajaran Hindu tidak ada dan tidak dikenal
konsep mengenai Sorga dan Neraka mengingat dalam konsep Panca Shrada (
lima keyakinan ) umat hindu mempercayai adanya Purnabawa ( Reingkarnasi).</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sorga dan Neraka dalam pandangan Hindu amat jarang
diperbincangkan, karena agama Hindu kerap hanya dipahami meyakini hukum
kharmaphala dan mempercayai Reinkarnasi atau kehidupan kembali setelah
kematian, sehingga banyak orang meyakini bahwa Hindu tidak mengenal
Sorga dan Neraka.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sesungguhnya konsep Sorga dan Neraka ada dalam
ajaran Hindu. Namun ia bukan menjadi tujuan akhir dari manusia sehingga
bagi orang Hindu tujuan akhir adalah bukan masuk Sorga, melainkan Moksha
atau bersatunya jiwa (Atman) dengan Sang Maha Pencipta ( Brahman).</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Pertanyaannya
yang kemudian muncul, lantas Sorga itu seperti apa dan untuk apa?.
Sorga dalam Hindu seperti digambarkan dalam Weda; Adalah suatu tempat,
satu dunia, dimana cahaya selalu bersinar, suatu masyarakat orang suci,
dunia kebaikan, dunia abadi.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Beberapa pemikiran mengatakan bahwa
Sorga dan Neraka bukanlah tempat, melainkan suatu kondisi. Artinya,
apabila kita dalam kondisi senang atau bahagia, itulah Sorga.
Sebaliknya, apabila kita dalam kondisi sedih atau menderita, itulah
Neraka. Mungkin hal tersebut ada benarnya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dalam Kitab suci Weda
disebutkan, Sorga dan Neraka adalah suatu tempat di balik dunia ini yang
dibatasi oleh kematian. Dengan kata lain, Sorga dan Neraka akan kita
temukan setelah kita melewati “jembatan“ yang bernama kematian. Secara
harfiah, Sorga berasal dari kata Sanserketa “svar” dan “ga”. “Svar”
artinya cahaya dan “ga” artinya pergi. Jadi svarga artinya perjalanan
menuju cahaya. Di dalam Weda juga dikatakan bahwa Sorga adalah “dunia
ketiga” yang penuh sinar dan cahaya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sorga: persinggahan sementara</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dalam kitab suci Hindu dikatakan bahwa Sorga merupakan persinggahan
sementara. Bahkan, menurut Swami Dayananda Saraswati, Sorga adalah
pengalaman liburan. Bagawad Gita dalam hal ini mengatakan:”setelah
menikmati Sorga yang luas , mereka kembali ke dunia. Sorga adalah
kesenangan sementara, sedangkan kebahagiaan yang sejati adalah Moksha,
bersatunya Atman (Jiwa) dengan Brahman (Sang Pencipta).</span></span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dalam kepercayaan Hindu yang hidup di sorga maupun neraka hanya jiwa. <br />
Tetapi tempat ini bukan tempat abadi. Sorga dan Neraka sekedar
persinggahan sementara bagi atman yang tidak murni karena pengaruh karma
wasana. Sorga bersifat sementara. <br />
<span style="font-weight: bold;">Bagawad Gita IX: 21 menyatakan</span> :
mereka menikmati sorga yang luas, dan ketika buah dari karma baik
mereka habis, mereka memasuki dunia yang tidak abadi ini; demikianlah
mereka yang mengikuti aturan Weda, mendambakan hasil dari perbuatan
mereka, memperoleh lingkaran hidup dan mati (Diterjemahkan dari Bhagawad
Gita, Commentary bay Mahatma Gandhi). <br />
<br />
Bagi atman yang ketika hidup di dunia banyak berbuat subha karma
(berbuat baik) dari pada asubha karma (berbuat tidak baik), mereka akan
singgah sementara di sorga. Dan sebaliknya, bagi atman yang ketika hidup
banyak berbuat asubha karma (berbuat tidak baik) dari pada subha
karmanya (berbuat baik), mereka akan singgah di neraka. Ini semua karena
hasil karma mereka masing-masing. Akibat tidak mampu mempertahankan
kesucian sang atman yang suci, bagian dari Brahman yang Maha Suci.<br />
<br />
Jadi setelah menikmati sorga atau neraka, jiwa bisa kembali lahir ke
dunia untuk melanjutkan evolusinya sampai akhirnya mencapai moksa. <br />
<br />
<span style="font-style: italic;">Tuhan/Sanghyang Widhi tidak pilih kasih, setiap orang membuat nasibnya sendiri,</span>
melalui karma yang mereka lakukan sebelumnya. Karma yang lampau-lah
yang menentukan sebagai apa dan peranan apa yang dia terima dalam
kelahirannya di dunia ini. Itulah sebabnya yang dilahirkan
berbeda-beda. Ada yang jadi Pandita, Rohaniawan, Presiden, Pejabat ABRI
maupun Sipil, Pengusaha Sukses/Ekonom, Konglomerat, Petani Sukses dan
Kaya Raya, Peternak Sukses, Seniman, ada yang menjadi orang kaya,
orang miskin, orang cacat, orang gelandangan dsb. Bahkan yang lebih jauh
merosot adalah sebagai binatang dan tumbuhan. Hal ini juga merupakan
salah satu motivasi umat Hindu dalam berbuat baik, setidaknya bisa
mencapai surga, sehingga reinkarnasinya nanti masih pada manusia yang
sempurna dan bernasib baik, dan ada kesempatan mencapai moksa<br />
<br />
Tetapi yang penting diingat <span style="font-style: italic;">Sorga
Hindu bukanlah sorga dimana manusia memuaskan nafsu badaninya. Karena
yang hidup di sorga Hindu hanya jiwa, tanpa badan kasar. Neraka Hindu
juga tidak seperti neraka dalam agama lain yang merupakan tempat
penyiksaan yang kejam dan abadi terutama bagi mereka yang tidak seiman. </span></span></span><br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Neraka Menurut Hindu</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Neraka memang diperlukan. Ini adalah ungkapan yang sangat profokatif.
Sebuah argumen mengatakan, apabila hasil yang diterima setiap orang
sama—entah itu baik atupun tidak dan mendapat imbalan yang sama—lantas
apa yang mendasari orang untuk selalu berbuat baik, berbuat berdasarkan
Dharma.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Neraka dalam pandangan agama semit digambarkan sebagai suatu
tempat yang terletak jauh di dalam bumi. Ia adalah tempat penyiksaan
yang sangat mengerikan berbentuk kawah api yang panasnya beribu kali
lipat dari panas api di dunia. Roh- roh yang banyak melakukan dosa di
dunia akan mengalami penyiksaan ditusuk dengan tombak dan dipukuli
dengan palu godam.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Di dalam Hindu sangat sedikit mantra ataupun sloka yang menjelaskan
kosep Neraka mengingat Hindu mengakui terjadinya reinkarnasi atau proses
kelahiran kembali dan konsep Moksha. Di Hindu Neraka dikatakan
merupakan balasan yang diterima pada saat reinkarnasi atau dalam proses
kelahiran kembali. Di dalamnya kita di berikan dua pilihan yang berdasar
pada perbuatan kita pada masa hidup terdahulu, yaitu reinkarnasai Sorga
atau reinkarnasi Neraka.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Reinkarnasi Sorga ada dalam proses
kelahiran kembali kita mendapatkan takdir yang lebih baik, sedangkan
reinkarnasi Neraka apabila kita dilahirkan dengan takdir yang lebih
buruk. Di Hindu kelainan fisik pada saat kelahiran dapat dijelaskan
sebagai sebuah bentuk penebusan terhadap segala perbuatan yang buruk
yang pada masa hidup yang pernah di lakukan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Konsep Sorga-Neraka seperti ini mungkin berbeda dengan konsep serupa
dalam agama lain, yang menyatakan setiap manusia yang lahir adalah
sebuah individu baru dan suci, ibarat buku belum ternoda oleh tinta
kehidupan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Bagi umat Hindu, kehidupan ini adalah suatu perjalanan
yang saling berhubungan dan berjalan terus menerus. Dalam kerangka Tuhan
Maha Pengampun, Hindu menjelaskan setiap manusia selalu di berikan
kesempatan untuk selalu memperbaiki dirinya dalam beberapa kali masa
kehidupan untuk kemudian mencapai tujuan tertinggi dalam Hindu, yaitu
Moksha.</span></span></div>
<br />
Sumber : <span style="font-size: x-small;"><i>http://bacaanmualaf.wordpress.com/2013/06/11/surga-islam-vs-kristen/</i></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><i>http://indonesia.faithfreedom.org/forum/</i></span>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com18tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-40270764747261927062013-05-02T21:36:00.001-07:002013-05-07T22:54:16.216-07:00Penjelasan tentang Avatara Sri Vishnu ke-10 yang akan Hadir ( bagian ke II )<span class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"type":45}" id="fbPhotoPageCaption" tabindex="0"><span class="hasCaption">OM Svastiastu, </span></span><br />
<span class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"type":45}" id="fbPhotoPageCaption" tabindex="0"><span class="hasCaption">By : Vedanta Yoga<br /> <br /> Dengan memuja Nama Tuhan Yang Maha Esa, semoga terwujudkan kedamaian dan kesejahteraan kepada setiap pribadi.</span></span><br />
<br />
<span class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"type":45}" id="fbPhotoPageCaption" tabindex="0"><span class="hasCaption">Kali ini sobatku Vedanta Yoga ingin menyampaikan lagi atas tuduhan dan prasangka terhadap Weda sehingga generasi Muda Hindu bisa Bangkit dan lebih memahami Hindu yang sesungguhnya. bukan bermaksud untuk menjadi negatif tapi untuk meluruskan Dharma yang sebenarnya jadi </span></span><span class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"type":45}" id="fbPhotoPageCaption" tabindex="0"><span class="hasCaption"></span></span><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[0]"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[0].[4]">baca
informasi yang terdapat dalam penjelasan di bawah, baru kemudian ambil
kesimpulan, Krishna adalah satu dari sekian banyak Nama untuk Realitas
Mutlak yang tidak dapat dijelaskan dan tidak terikat pada satu kondisi
apapun, Ekam Sat </span></span><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[0]">Viprahaa Bahuda Vadanti - Hanya ada satu Realitas Kebenaran Mutlak (SAT) yang disebut dengan berbagai nama.</span>
</span></span></span></span><br /><div class="fullpost">
<span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><br id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[1]" /></span></span></span></span>
<span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[6]">ini
bukan propaganda sampradaya, tapi alur informasi yang terdapat dalam
Sastra Bhagavata Purana agar tidak muncul klaim bohong dan pembodohan
seperti ini </span></span></span></span></span><br />
<span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><br id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[8]" /></span></span></span></span>
<span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><a class="" href="http://muz-cinemax.blogspot.jp/2012/10/nabi-muhammad-saw-dalam-kitab-suci.html" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[9]" rel="nofollow" target="_blank">http://muz-cinemax.blogspot.jp/2012/10/nabi-muhammad-saw-dalam-kitab-suci.html</a></span></span></span></span><br />
<span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><br id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[11]" /></span></span></span></span>
<span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[12]">atau</span></span></span></span></span><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><br id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[14]" /></span></span></span></span>
<span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[15]">yang seperti ini </span></span></span></span></span><br />
<span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><br id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[17]" /></span></span></span></span>
<span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><a class="" href="http://mualaf-alhamdulillah.blogspot.jp/2012/09/inilah-alasan-kuat-bahwa-seluruh-umat.html" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[18]" rel="nofollow" target="_blank">http://mualaf-alhamdulillah.blogspot.jp/2012/09/inilah-alasan-kuat-bahwa-seluruh-umat.html</a></span></span></span></span><br />
<span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><br id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[20]" /></span></span></span></span>
<span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><span id=".reactRoot[2].[1][4][1]{comment517464628312322_1718659}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[21]">mohon
turut menjaga kebenaran informasi yang terdapat dalam Sastra Veda dari
upaya penyimpangan, manipulasi, pemutarbalikan oleh kelompok keagamaan
tertentu untuk meruntuhkan Sraddha dan Bhakti masyarkat Hindu Dharma,
dalam upayanya memaksakan keyakinan agamanya serta mendominasi bahkan
mengeliminasi masyarakat Hindu Dharma.</span></span></span></span></span>
<span class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"type":45}" id="fbPhotoPageCaption" tabindex="0"><span class="hasCaption"><br />
Pada kesempatan sebelumnya, telah disampaikan pengetahuan yang
menjelaskan tentang pengertian kata “avatara” yang bermakna “inkarnasi”
atau “kehadiran Realitas Personal Tuhan Yang Maha Esa ke dunia material
dengan perkenan_Nya sendiri untuk menegakan prinsip prinsip Dharm<span class="text_exposed_show">a
(Kebenaran), melindungi setiap pribadi yang teguh dalam Swadharma
Bhakti mereka, serta menundukan apapun dan siapapun yang melakukan
tindakan yang bertentangan dengan Dharma”.</span></span></span><br />
<span class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"type":45}" id="fbPhotoPageCaption" tabindex="0"><span class="hasCaption"><span class="text_exposed_show"></span></span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1-oX3KCh79XAUHLWw3EIQVvCDyW6l8Ykz9360rZzN0lz1ConRDsoFUnAKGz_9__bkDCpzRviPVverKwrdkcAZk1eiBMd7WPxGCnjBc75F5DDSv07LZGUZRGTR5SpzcYpu4neTO0Z_TtIz/s1600/Kalki.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1-oX3KCh79XAUHLWw3EIQVvCDyW6l8Ykz9360rZzN0lz1ConRDsoFUnAKGz_9__bkDCpzRviPVverKwrdkcAZk1eiBMd7WPxGCnjBc75F5DDSv07LZGUZRGTR5SpzcYpu4neTO0Z_TtIz/s1600/Kalki.jpg" /></a></div>
<span class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"type":45}" id="fbPhotoPageCaption" tabindex="0"><span class="hasCaption"><span class="text_exposed_show">Pembahasan tentang makna avatara serta rujukan dasar Sastra Vedanya dapat disimak juga disini :<br /> <br />
Dasavatara Sri Vishnu dan penjelasan makna kata Avatara serta Realitas
Personal Sri Krishna Avatara dalam Bhagavata Purana (Srimad Bhagavatam)
dan Bhagavad Gita.<br /> [<a href="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=512533468805438&set=a.512533448805440.1073741830.100001463696853&type=3&theater" rel="nofollow" target="_blank">https://www.facebook.com/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>photo.php?fbid=512533468805<wbr></wbr><span class="word_break"></span>438&set=a.512533448805440.<wbr></wbr><span class="word_break"></span>1073741830.100001463696853<wbr></wbr><span class="word_break"></span>&type=3&theater</a>]<br /> <br />
Penjelasan dan gambaran Realitas Personal Sri Kalki Avatara dan
gambaran singkat kehadiran Sri Krishna Avatara dalam Bhagavata Purana
dan Bhagavad Gita.<br /> [<a href="http://kebangkitan-hindu.blogspot.com/2013/04/penjelasan-tentang-avatara-sri-vishnu.html" rel="nofollow" target="_blank">http://kebangkitan-hindu.blogspot.com/2013/04/penjelasan-tentang-avatara-sri-vishnu.html</a>]<br /> <br />
Dari pembahasan sebelumnya, kita melanjutkan pembahasan kembali
mengenai Dasavatara Sri Vishnu yang tercatat dalam catatan sejarah
Bhagavata Purana (Srimad Bhagavatam). Bagi masyarakat Hindu Dharma,
kehadiran Realitas Personal Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagai
menifestasi kepribadian rohani_Nya adalah keniscayaan. Masyarakat Hindu
Dharma tidak sekalipun akan menolak penjelasan bahwa Realitas Mutlak
Tuhan Yang Maha Esa memiliki Perwujudan Kepribadian Rohani_Nya yang
tidak terbatasi oleh apapun atau siapapun, Ia Yang Mutlak ITU, akan
hadir ke dunia material sesuai perkenan_Nya sendiri kapanpun, dimanapun,
dalam keadaan apapun. Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa (SAT) adalah
sumber kebenaran tertinggi sekaligus pelindung kebenaran itu sendiri,
bilamana pada satu masa kebenaran tidak diindahkan dan manusia berada
pada kegelapan kebodohan yang menutupi kesadaran diri mereka, pada saat
itu Realitas Personal_Nya hadir untuk menjalankan misi_Nya menegakan
kembali prinsip prinsip kebenaran dalam masyarakat manusia.<br /> <br /> yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata<br /> abhyutthānam adharmasya tadātmānaṃ sṛjāmy aham<br /> ||Bhagavad Gita 4.7|<br /> <br />
"Kapan pun dan di mana pun pelaksanaan dharma merosot dan hal-hal yang
bertentangan dengan dharma merajalela-pada waktu itulah Aku sendiri
menjelma, Wahai putera keluarga Bharata."<br /> <br /> paritrāṇāya sādhūnāṃ vināśāya ca duṣkṛtām<br /> dharmasaṃsthāpanārthāya saṃbhavāmi yuge yuge<br /> ||Bhagavad Gita 4.8|<br /> <br />
"Untuk menyelamatkan orang saleh, membinasakan orang jahat dan untuk
menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma, Aku sendiri muncul pada
setiap jaman."<br /> <br /> Namun dalam perkembangan informasi lintas agama
yang terjadi pada saat ini, masyarakat diluar kesadaran Hindu Dharma
menjadikan berbagai perwujudan Realitas Personal Tuhan Yang Maha Esa
sesuai rujukan yang dijelaskan dalam Sastra Veda sebagai bahan untuk
menyudutkan kesadaran yang dianut oleh masyarakat Hindu Dharma. Tindakan
tersebut bukan tanpa dasar, namun dikarenakan minimnya sumber informasi
yang menjelaskan tentang Realias Personal Tuhan Yang Maha Esa sesuai
rujukan Sastra Veda sekaligus ketidakfahaman mereka terhadap dasar
kesadaran masyarakat Hindu Dharma yang mengakui bahwasanya Realitas
Mutlak Tuhan pasti memiliki Realitas Personal_Nya, atau yang dalam
bahasa Vedanya disebut Sagunam Brahman (Realitas Personal) dan Nirgunam
Brahman (Realitas Mutlak). Menggunakan sebuah pengandaian, setetes embun
dan samudera, baik tetesan embun tersebut dan samudera merupakan
entitas yang sama yaitu air, dimana tetesan embun dapat diamati dengan
mudah sedangkan samudera tidak dapat diamati selayaknya embun. Begitupun
Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa yang hadir mewujudkan Realitas
Personal_Nya, karena dengan keterbatasan indra material yang dimiliki
manusia apalagi terbelenggu oleh kegelapan dan kebodohan dirinya,
Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa tidak akan pernah bisa dimengerti
atau difahami, karena kemutlakan_Nya diluar semua jangkauan indra
material. <br /> <br /> avajānanti māṃ mūḍhā mānuṣīṃ tanum āśritam<br /> paraṃ bhāvam ajānanto mama bhūtamaheśvaram <br /> ||Bhagavad Gita 9.11|<br /> <br />
"Orang bodoh mengejek diri-Ku bila Aku menurun dalam bentuk seperti
manusia. Mereka tidak mengenal sifat rohani-Ku sebagai Tuhan Yang Maha
Esa yang berkuasa atas segala sesuatu yang ada."<br /> <br /> mahātmānas tu māṃ pārtha daivīṃ prakṛtim āśritāḥ<br /> bhajanty ananyamanaso jñātvā bhūtādim avyayam<br /> ||Bhagavad Gita 9.13|<br /> <br />
"Wahai putera Prtha, orang yang tidak dikhayalkan, roh-roh yang mulia,
di bawah perlindungan alam rohani. Mereka tekun sepenuhnya dalam bhakti
karena mereka mengenal Diri-Ku sebagai kepribadian Tuhan Yang Maha Esa,
asal mula yang tidak dapat dimusnahkan."<br /> <br /> Sri Krishna dalam
sabda rohani_Nya kepada Arjuna menjelaskan bahwasanya mereka yang
terbelenggu oleh kebodohan tidak mengenal Realitas Personal Tuhan Yang
Maha Esa yang hadir dalam perwujudan_Nya sebagai manusia atau berbagai
perwujudan lainnya. Sri Krishna menjelaskan bahwa pribadi yang tidak
dibingungkan oleh khayalan, jiwa jiwa yang agung yang berada dalam
kesadaran rohani yang telah mantap, dalam ketekunan, keteguhan bhakti
(ketulusan) mereka, merekalah yang mengenal Realitas Personal Tuhan Yang
Maha Esa yang hadir di dunia material. <br /> <br /> Sri Krishna, Sri
Vishnu itu sendiri yang hadir ke dunia material untuk melaksanakan
misi_Nya menegakan Dharma disetiap masa dan peradaban umat manusia
dimulai dari awal penciptaan semesta tercatat dalam catatan sejarah
masyarakat Hindu Dharma yaitu dalam Bhagavata Purana (Srimad
Bhagavatam). Dalam catatan Bhagavata Purana dijelaskan masing masing
inkarnasi Sri Vishnu ke dunia termasuk didalamnya Dasavatara Sri Vishnu.
Berikut ini adalah masing masing perwujudan personal Sri Vishnu sesuai
penjelasan dalam Bhagavata Purana.<br /> <br /> sūta uvāca<br /> jagṛhe pauruṣaḿ rūpaḿ<br /> bhagavān mahad-ādibhiḥ<br /> sambhūtaḿ ṣoḍaśa-kalam<br /> ādau loka-sisṛkṣayā<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.1|<br /> <br />
"Suta berkata, pada awal penciptaan, Tuhan Yang Maha Esa memperluas
Realitas_Nya sendiri dalam satu perwujudan semesta yaitu perwujudan
purusha dan mewujudkan semua sumber dasar penciptaan material. Dan
dengan demikian pada awalnya ada penciptaan enam belas prinsip prinsip
tindakan material. Ini adalah untuk tujuan menciptakan alam semesta
material" <br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F1%2Fen&h=6AQFfPcTF&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/1/en</a>]<br /> <br /> yasyāmbhasi śayānasya<br /> yoga-nidrāḿ vitanvataḥ<br /> nābhi-hradāmbujād āsīd<br /> brahmā viśva-sṛjāḿ patiḥ<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.2|<br /> <br />
"Satu bagian dari Purusha berbaring dalam air dari alam semesta, dari
danau pusar tubuh_Nya tumbuh sebuah tunas batang teratai, dan dari bunga
teratai di atas batang tersebut, Brahma, master dari semua perancang
(insinyur) di alam semesta, menjadi nyata (hadir)"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F2%2Fen&h=PAQG7J_5s&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/2/en</a>]<br /> <br /> yasyāvayava-saḿsthānaiḥ<br /> kalpito loka-vistaraḥ<br /> tad vai bhagavato rūpaḿ<br /> viśuddhaḿ sattvam ūrjitam<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.3|<br /> <br />
"Hal ini diyakini bahwa semua sistem semesta gugusan planet berada pada
tubuh Purusha yang luas, namun Realitas_Nya tidak terhubung (tercemari)
oleh unsur unsur material yang telah terwujudkan. Realitas_Nya abadi
dalam keberadaan rohani dan maha sempurna"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F3%2Fen&h=fAQHGlq4X&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/3/en</a>]<br /> <br /> paśyanty ado rūpam adabhra-cakṣuṣā<br /> sahasra-pādoru-bhujānanādb<wbr></wbr><span class="word_break"></span>hutam<br /> sahasra-mūrdha-śravaṇākṣ<wbr></wbr><span class="word_break"></span>i-nāsikaḿ<br /> sahasra-mauly-ambara-kuṇd<wbr></wbr><span class="word_break"></span>̣alollasat<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.4|<br /> <br />
"Para Bhakta (Pemuja_Nya), dengan kesempurnaan mata (penglihatan)
mereka, menyaksikan perwujudan transendental (maha sempurna) dari
Purusha yang memiliki ribuan kaki, paha, lengan dan wajah, kesemuanya
begitu luar biasa. Dalam Realitas_Nya (tubuh_Nya) terdapat ribuan
kepala, telinga, mata dan hidung. Mereka (keseluruhan Realitas_Nya)
dihiasi dengan ribuan mahkota dan anting (perhiasan) yang bercahaya
serta dihiasi dengan rangkaian bunga"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F4%2Fen&h=LAQGo0gNn&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/4/en</a>]<br /> <br /> etan nānāvatārāṇāḿ<br /> nidhānaḿ bījam avyayam<br /> yasyāḿśāḿśena sṛjyante<br /> deva-tiryań-narādayaḥ<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.5|<br /> <br />
"Perwujudan ini (manifestasi kedua dari Purusha) adalah sumber dan
benih yang tidak dapat dimusnahkan dari berbagai bentuk inkarnasi di
dalam alam semesta. Dari partikel dan bagian dari perwujudan ini,
entitas (unsur) kehidupan yang berbeda, seperti dewa, manusia dan yang
lainnya, diciptakan (terciptakan)"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F5%2Fen&h=uAQGXfIA0&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/5/en</a>]<br /> <br /> sa eva prathamaḿ devaḥ<br /> kaumāraḿ sargam āśritaḥ<br /> cacāra duścaraḿ brahmā<br /> brahmacaryam akhaṇḍitam<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.6|<br /> <br />
"Pertama-tama, di awal penciptaan, ada empat anak (keturunan) yang
belum menikah dari Brahma (Catur Kumara), mereka (Catur Kumara), yang
diikat dengan sumpah untuk tidak menikah, menjalani pertapaan berat
untuk merealisasikan Kebenaran Mutlak"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F6%2Fen&h=4AQGEZlmX&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/6/en</a>]<br /> <br /> dvitīyaḿ tu bhavāyāsya<br /> rasātala-gatāḿ mahīm<br /> uddhariṣyann upādatta<br /> yajñeśaḥ saukaraḿ vapuḥ<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.7|<br /> <br />
"Realitas Utama yang menikmati semua pengorbanan (Yadnya) berkenan
hadir dalam perwujudan babi hutan (perwujudan ke-2 – Varaha Avatara),
dan demi kesejahteraan planet bumi Dia mengangkat bumi dari daerah bawah
alam semesta"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F7%2Fen&h=aAQHZ7knJ&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/7/en</a>]<br /> <br /> tṛtīyam ṛṣi-sargaḿ vai<br /> devarṣitvam upetya saḥ<br /> tantraḿ sātvatam ācaṣṭa<br /> naiṣkarmyaḿ karmaṇāḿ yataḥ<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.8|<br /> <br />
"Dimasa para Rsi, Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa berkenan hadir
dalam inkarnasi ketiga yang diberikan kekuasaan dalam perwujudan Devarsi
Narada, seorang yang maha bijaksana di antara para Dewa. Ia (Devarsi
Narada) mengumpulkan eksposisi (penjelasan yang terperinci) dari Veda
yang berhubungan dengan pelayanan bhakti dan menginspirasi tindakan yang
tidak membuahkan hasil (tanpa ikatan pamrih)"<br /> [s<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F8%2Fen&h=PAQG7J_5s&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/8/en</a>]<br /> <br /> turye dharma-kalā-sarge<br /> nara-nārāyaṇāv ṛṣī<br /> bhūtvātmopaśamopetam<br /> akarod duścaraḿ tapaḥ<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.9|<br /> <br />
"Dalam inkarnasi ke-4, Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa hadir
sebagai Nara dan Narayana, putra kembar dari istri Raja Dharma. Dimana
Dia (Nara dan Narayana) melakukan tapa (pertapaan) yang keras dan
menjadi contoh panutan untuk mengendalikan indria (indera)"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F9%2Fen&h=cAQHDivkc&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/9/en</a>]<br /> <br /> pañcamaḥ kapilo nāma<br /> siddheśaḥ kāla-viplutam<br /> provācāsuraye sāńkhyaḿ<br /> tattva-grāma-vinirṇayam<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.10|<br /> <br />
"Inkarnasi (perwujudan) ke-5, bernama Raja Kapila, yang terkemuka di
antara para mahluk yang telah disempurnakan. Dia (Raja Kapila)
memberikan sebuah eksposisi (penjelasan terperinci) dari unsur unsur
kreatif dan metafisika (gaib) untuk Brahmana Asura, dalam perjalanan
waktu pengetahuan ini telah hilang"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F10%2Fen&h=tAQF2B8gm&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/10/en</a>]<br /> <br /> ṣaṣṭham atrer apatyatvaḿ<br /> vṛtaḥ prāpto 'nasūyayā<br /> ānvīkṣikīm alarkāya<br /> prahlādādibhya ūcivān<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.11|<br /> <br />
"Inkarnasi ke-6 dari Purusha (Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa)
adalah putra dari seorang bijaksana bernama Atri. Dia (Dattatreya)
menjelaskan tentang pengetahuan transendensi (Realitas Mutlak) kepada
Alarka, Prahlada, dan yang lainnya (Yadu, Haihaya, dll)"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F11%2Fen&h=CAQHaxElg&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/11/en</a>]<br /> <br /> tataḥ saptama ākūtyāḿ<br /> rucer yajño 'bhyajāyata<br /> sa yāmādyaiḥ sura-gaṇair<br /> apāt svāyambhuvāntaram<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.12|<br /> <br />
"Inkarnasi ke-7 adalah Yajna, Putra Prajapati Ruci dan istrinya Akuti.
Dia (Yajna) menjaga masa selama perubahan dari Svayambhuva Manu dan
dibantu oleh Para Dewa seperti anak_Nya sendiri Yama"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F12%2Fen&h=bAQEjaw0f&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/12/en</a>]<br /> <br /> aṣṭame merudevyāḿ tu<br /> nābher jāta urukramaḥ<br /> darśayan vartma dhīrāṇāḿ<br /> sarvāśrama-namaskṛtam<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.13|<br /> <br />
"Inkarnasi ke-8 adalah Raja Rsabha, Putra Raja Nabhi dan istrinya
Merudevi. Dalam perwujudan ini, Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa
menunjukan jalan kesempurnaan, yang diikuti oleh mereka yang telah
sepenuhnya mengendalikan indera (indria) mereka dan yang dihormati
dengan seluruh perintah kehidupan"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F13%2Fen&h=pAQEO5x4G&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/13/en</a>]<br /> <br /> ṛṣibhir yācito bheje<br /> navamaḿ pārthivaḿ vapuḥ<br /> dugdhemām oṣadhīr viprās<br /> tenāyaḿ sa uśattamaḥ<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.14|<br /> <br />
"Wahai Para Brahmana, pada inkarnasi ke-9, Realitas Mutlak Tuhan Yang
Maha Esa, dengan permohonan para bijaksana, hadir dalam perwujudan
seorang Raja (Raja Prthu) yang mengolah tanah agar menghasilkan produksi
(bahan makanan), dan oleh karena itu planet bumi menjadi indah dan
menarik"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F14%2Fen&h=zAQHKIONg&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/14/en</a>]<br /> <br /> rūpaḿ sa jagṛhe mātsyaḿ<br /> cākṣuṣodadhi-samplave<br /> nāvy āropya mahī-mayyām<br /> apād vaivasvataḿ manum<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.15|<br /> <br />
"Pada saat banjir penuh (air bah) setelah masa Cakusa Manu dan seluruh
dunia tenggelam dalam genangan air, Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa
hadir dalam bentuk ikan (Matsya Avatara) dan melindungi Vaivasvata Manu,
menjaganya (Vaivasvata Manu) di atas perahu"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F15%2Fen&h=mAQEu6OzG&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/15/en</a>]<br /> <br /> surāsurāṇām udadhiḿ<br /> mathnatāḿ mandarācalam<br /> dadhre kamaṭha-rūpeṇa<br /> pṛṣṭha ekādaśe vibhuḥ<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.16|<br /> <br />
"Inkarnasi ke-11 dari Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa mengambil
perwujudan sebagai kura-kura (Kurma Avatara) yang menjadi penahan
(poros) Gunung Mandaracala (Mandaragiri), yang dijadikan batang berputar
(pengaduk) oleh para penyembah Tuhan dan penentang Tuhan di alam
semesta"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F16%2Fen&h=DAQGUfQMu&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/16/en</a>]<br /> <br /> dhānvantaraḿ dvādaśamaḿ<br /> trayodaśamam eva ca<br /> apāyayat surān anyān<br /> mohinyā mohayan striyā<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.17|<br /> <br />
"Inkarnasi ke-12, Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa hadir sebagai
Dhanvantari, dan inkarnasi_Nya yang ke-13 Dia (hadir sebagai Dewi
Mohini) memikat penentang Tuhan (kaum Asura) dengan keindahan menawan
seorang wanita dan memberikan tirta amerta kepada para Dewa untuk
diminum"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F17%2Fen&h=ZAQGGovG7&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/17/en</a>]<br /> <br /> caturdaśaḿ nārasiḿhaḿ<br /> bibhrad daityendram ūrjitam<br /> dadāra karajair ūrāv<br /> erakāḿ kaṭa-kṛd yathā<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.18|<br /> <br />
"Dalam inkarnasi ke-14, Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa hadir
sebagai Nrsimha (Narashimha Murti Avatara) dan membelah tubuh perkasa
dari seorang penentang Tuhan bernama Hiranyakasipu dengan kuku_Nya,
bagaikan seorang tukang kayu menusuk sebatang tebu"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F18%2Fen&h=8AQHOiNSL&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/18/en</a>]<br /> <br /> pañcadaśaḿ vāmanakaḿ<br /> kṛtvāgād adhvaraḿ baleḥ<br /> pada-trayaḿ yācamānaḥ<br /> pratyāditsus tri-piṣṭapam<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.19|<br /> <br />
"Dalam inkarnasi ke-15, Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa hadir dalam
perwujudan seorang Brahmana kecil (Vamana Avatara) dan mengunjungi
pelaksanaan pengorbanan (Yadnya) yang diatur oleh Maharaja Bali.
Meskipun dalam hati_Nya (kehendak_Nya) meminta kembali tiga tingkatan
alam semesta (Tri Loka), Dia (Vamana Avatara) mengajukan permintaan
sederhana, sumbangan tanah sepanjang tida langkah_Nya"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F19%2Fen&h=KAQF8KOC2&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/19/en</a>]<br /> <br /> avatāre ṣoḍaśame<br /> paśyan brahma-druho nṛpān<br /> triḥ-sapta-kṛtvaḥ kupito<br /> niḥ-kṣatrām akaron mahīm<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.20|<br /> <br />
"Dalam inkarnasi ke-16 Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa, Dia (hadir
sebagai Bhrgupati - Parasurama Avatara) menundukan (memusnahkan) para
Kstria dua puluh satu kali, marah kepada mereka (para Kstria) yang
memberontak terhadap para Brahmana"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F20%2Fen&h=RAQGJQQga&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/20/en</a>]<br /> <br /> tataḥ saptadaśe jātaḥ<br /> satyavatyāḿ parāśarāt<br /> cakre veda-taroḥ śākhā<br /> dṛṣṭvā puḿso 'lpa-medhasaḥ<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.21|<br /> <br />
"Setelah itu, dalam inkarnasi ke-17 Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha
Esa, Sri Vyasadeva (penyusun pengetahuan Veda menjadi Sastra tertulis)
muncul di rahim Satyavati melalui Parasara Muni, dan Dia (Sri Vyasadeva)
membagi satu Veda menjadi bebarapa bagian dan cabang pembantu, melihat
bahwa masyarakat pada umumnya mengalami kemunduran kecerdasan"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F21%2Fen&h=oAQF6r3Au&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/21/en</a>]<br /> <br /> nara-devatvam āpannaḥ<br /> sura-kārya-cikīrṣayā<br /> samudra-nigrahādīni<br /> cakre vīryāṇy ataḥ param<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.22|<br /> <br />
"Dalam inkarnasi ke-18, Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa hadir
sebagai Raja Rama (Sri Rama Avatara). Dalam misi_Nya untuk melakukan
beberapa pekerjaan menyenangkan para Dewa, Dia (Sri Rama Avatara)
menunjukan kekuatan luar biasa dengan menjaga samudra hindia dan
kemudian menundukan penentang Tuhan (Asura) Raja Rahvana, yang berada
diseberang lautan"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F22%2Fen&h=vAQEORA3_&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/22/en</a>]<br /> <br /> ekonaviḿśe viḿśatime<br /> vṛṣṇiṣu prāpya janmanī<br /> rāma-kṛṣṇāv iti bhuvo<br /> bhagavān aharad bharam<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.23|<br /> <br />
"Dalam inkarnasi ke-19 dan ke-20, Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa
menghadirkan Diri_Nya sendiri sebagai Balarama dan Sri Krishna di
keluarga Vrsni (Dinasti Yadava), dan dengan demikian Dia (Balarama dan
Sri Krishna Avatara) melenyapkan beban dunia"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F23%2Fen&h=QAQGAiThx&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/23/en</a>]<br /> <br /> tataḥ kalau sampravṛtte<br /> sammohāya sura-dviṣām<br /> buddho nāmnāñjana-sutaḥ<br /> kīkaṭeṣu bhaviṣyati<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.24|<br /> <br />
"Kemudian, pada awal Kali-Yuga, Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa
hadir sebagai Sang Buddha (Buddha Avatara), Putra Anjana, di provinsi
Gaya, untuk mengelabui orang-orang yang iri kepada pemuja Tuhan yang
tulus"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F24%2Fen&h=yAQFQKmVl&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/24/en</a>]<br /> <br /> athāsau yuga-sandhyāyāḿ<br /> dasyu-prāyeṣu rājasu<br /> janitā viṣṇu-yaśaso<br /> nāmnā kalkir jagat-patiḥ<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.25|<br /> <br />
"Setelah itu, pada pergantian dua Yuga (masa), Realitas Tuhan Yang Maha
Pencipta akan mengambil kelahiran_Nya sebagai inkarnasi Sri Kalki (Sri
Kalki Avatara) dan menjadi putra Vishnuyasa. Pada masa ini penguasa di
bumi akan berubah menjadi perampok (penindas)"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F25%2Fen&h=BAQHSP1K3&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/25/en</a>]<br /> <br /> avatārā hy asańkhyeyā<br /> hareḥ sattva-nidher dvijāḥ<br /> yathāvidāsinaḥ kulyāḥ<br /> sarasaḥ syuḥ sahasraśaḥ<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.26|<br /> <br />
"Wahai para Brahmana, Inkarnasi dari Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha
Esa tidak terhitung banyaknya, bagaikan anak sungai yang mengalir dari
sumber mata air yang tidak pernah ada habisnya"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F26%2Fen&h=XAQEXjQIb&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/26/en</a>]<br /> <br /> ṛṣayo manavo devā<br /> manu-putrā mahaujasaḥ<br /> kalāḥ sarve harer eva<br /> saprajāpatayaḥ smṛtāḥ<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.27|<br /> <br />
"Semua Rsi, Manu (Ras manusia), para Dewa dan keturunan Manu (Manusha),
yang sangat kuat, adalah bagian dari gugusan semesta atau bagian dari
perwujudan semesta Tuhan Yang Maha Esa. Perwujudan tersebut termasuk
juga Prajapati."<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F27%2Fen&h=SAQGO1oSW&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/27/en</a>]<br /> <br /> ete cāḿśa-kalāḥ puḿsaḥ<br /> kṛṣṇas tu bhagavān svayam<br /> indrāri-vyākulaḿ lokaḿ<br /> mṛḍayanti yuge yuge<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.28|<br /> <br />
"Semua inkarnasi yang disebutkan sebelumnya adalah bagian dari semesta
atau bagian dari perwujudan semesta Tuhan Yang Maha Esa, namun Realitas
Mutlak Sri Krishna adalah Kepribadian Utama Tuhan Yang Maha Esa.
Kesemuanya (Para Avatara) akan hadir di planet-planet (Bumi) kapanpun
gangguan diciptakan oleh kaum penentang Tuhan. Realitas Personal Tuhan
akan hadir untuk melindungi pemuja_Nya"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F28%2Fen&h=BAQHSP1K3&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/28/en</a>]<br /> <br />
Dari keseluruhan kutipan Sastra Bhagavata Purana (Srimad Bhagavatam)
dapat kita peroleh satu penjelasan tentang Realitas Mutlak Tuhan Yang
Maha Esa yang berkenan hadir dengan perkenan_Nya sendiri mewujudkan
Realitas Personal_Nya dimulai dari Purusha Avatara, sampai
Dasavatara_Nya hadir disetiap masa (Yuga) untuk menyampaikan pengetahuan
tentang realitas kebenaran (Vaidika Dharma), melindungi dan menegakan
kebenaran (Dharma Raksaka), melindungi para pemuja_Nya, menundukan para
Asura (penentang Tuhan) serta mengembalikan kedamain dan keharmonisan
dunia.<br /> <br /> Varaha Avatara (perwujudan babi hutan), Kurma Avatara
(perwujudan kura-kura), Matsya Avatara (perwujudan ikan besar), Vamana
Avatara (perwujudan Brahmana kecil), Narashimha Murti Avatara
(perwujudan manusia berkepala singa), Parasurama Avatara (perwujudan
Brahmana bersenjatakan kapak), Sri Rama Avatara (Raja Rama), Balarama
Avatara (kakak Sri Krishna Avatara), Sri Krishna Avatara (Sri Krishna
Realitas Personal Tuhan Yang Maha Esa), Buddha Avatara (kehadiran
seorang Buddha – Kesadaran yang tercerahkan sempurna), Sri Vyasadeva
Avatara sang penyusun pengetahuan Veda dari pengetahuan lisan menjadi
tertulis (Sastra Veda mempergunakan Aksara Devanagari dan Bahasa
Sanskerta) dan yang akan hadir Sri Kalki Avatara, menutup masa Kali –
Yuga dan mengawali kembali masa ke emasan peradaban manusia, Sathya –
Yuga/Kertha – Yuga. <br /> <br /> Dari penjelasan tersebut, bahwa “Avatara”
berarti Inkarnasi atau kehadiran Realitas Personal Tuhan Yang Maha Esa
di dunia. Para Avatara bukan sekedar utusan, bukan manusia biasa,
melainkan Kepribadian Agung yang memiliki kekuasaan luar biasa untuk
menentukan segala sesuatu dan melaksanakan misi_Nya di dunia. Dengan
informasi ini selanjutnya, masyarakat Hindu Dharma dapat menyanggah
segala bentuk pengakuan (klaim) sepihak kelompok keagamaan tertentu yang
mencoba memanipulasi informasi yang terdapat dalam Sastra Veda untuk
mendukung keberadaan tokoh agama yang mereka hormati sekaligus
mengupayakan konversi keyakinan masyarakat Hindu Dharma ke dalam
keyakinan keagamaan mereka. <br /> <br /> Pada akhirnya, pengetahuan
tentang Avatara telah disampaikan, semoga informasi sederhana ini dapat
memberikan pengetahuan yang lebih baik kepada masyarakat Hindu Dharma.
Setiap saran dan masukan untuk semakin memantapkan penyampaian informasi
ini akan sangat diterima untuk mencerdaskan generasi baru masyarakat
Hindu Dharma demi menjaga dan meneguhkan Sraddha dan Bhakti kita kepada
Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widdhi Wasa). <br /> <br /> Satyameva Jayate Nanritam – Hanya Realitas Kebenaran yang pasti akan menang. <br /> <br /> OM Namo Bhagavate Vasudeva Ya<br /> OM Namo Bhagavate Rudra Ya <br /> <br /> OM Shanti Shanti Shanti OM <br /> <br /> </span></span></span><br />
<span class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"type":45}" id="fbPhotoPageCaption" tabindex="0"><span class="hasCaption"><span class="text_exposed_show">Sumber Informasi : <i>http://www.facebook.com/photo.php?fbid=517464628312322&set=a.512533448805440.1073741830.100001463696853&type=1</i><br /> Sumber acuan Sastra Veda :<br /> Srimad Bhagavatam - Penciptaan<br /> <a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2Fen&h=OAQEB57P9&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/<wbr></wbr><span class="word_break"></span>3/en</a></span></span></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-22125792067763283562013-04-25T22:39:00.000-07:002013-05-07T22:56:37.543-07:00 Penjelasan tentang Avatara Sri Vishnu ke-10 yang akan Hadir<span class="userContent">OM Svastiastu, <br /> <i>By : Vedanta Yoga</i></span><br />
<span class="userContent"><br /> Semoga dengan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, terwujudkan kedamaian dan kesejahteraan kepada setiap pribadi.</span><br />
<br />
<span class="userContent">Dalam kali ini Kebangkitan Hindu ingin menyampaikan sebuah karya artikel dari seorang teman yang bagi saya dan sobat generasi Hindu perlu ketahui untuk kedepannya bisa menjadi Seorang Hindu yang penuh wawasan dalam kehidupan ini.</span><span class="userContent"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[0]"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[0].[4]"> </span></span></span></span></span><br />
<span class="userContent"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[0]"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[0].[4]">Pesan yang disampaikan dalam artikelnya tersebut seperti itulah adanya, itu
adalah informasi yang ada di dalamnya, bagaimana hal tersebut terjadi
dan terbukti dimasa mendatang, yang dapat mengetahuinya hanyalah pribadi
yang berada pada</span></span><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[0]">
masa dimana realitas personal_Nya hadir, kita pada masa sekarang
mempertahankan informasi yang terdapat dalam Sloka yang telah
disampaikan agar tidak disimpangkan atau di putarbalikan, sehingga
generasi baru masyarakat Hindu tidak kehilangan pesan yang seharusnya
juga mereka ketahui </span><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[3]">dan apakah
sloka tersebut mulititafsir, terbukti atau tidak dimasa mendatang,
waktu yang akan membuktikannya, yang menjadi point penting dalam
pembahasan ini adalah kebenaran informasi yang terdapat di dalamnya
tetap terjaga dari upaya pemutarbalikan dan penyimpangan yang dilakukan
oleh oknum oknum yang ingin mengkonversi kesadaran masyarakat Hindu.</span></span></span></span></span></span><br />
<div class="fullpost">
<br />
<span class="userContent"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[3]"></span></span></span></span></span></span><span class="userContent"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[3]"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[9]">Bagi
saya secara pribadi, pesan yang terkandung dalam sloka tersebut
menyatakan, bahwa dalam Sanathana Dharma, Realitas Mutlak Tuhan Yang
Maha Esa akan selalu hadir untuk menegakan Dharma kapanpun, dimanapun,
dalam keadaan dan kondisi apapun atas perkenan_Nya sendiri dan
kehadiran_Nya tidak akan pernah mampu dihambat atau ditentang oleh
apapun dan siapapun.</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<br />
<span class="userContent"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[3]"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699733}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[9]"></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><span class="userContent">Melanjutkan penjelasan tentang avatara Sri Vishnu ke-10 yang akan hadir menutup masa Kali-Yuga (masa saat ini) yai<span class="text_exposed_show">tu Sri Kalki Avatara, pembahasan dimulai dari kutipan Sloka Bhagavad Gita berikut ini :<br /> <br /> śrībhagavānuvāca<br /> bahūni me vyatītāni janmāni tava cārjuna<br /> tāny ahaṃ veda sarvāṇi na tvaṃ vettha paraṃtapa<br /> ||4.5|<br /> <br />
"Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Engkau dan Aku sudah
dilahirkan berulangkali. Aku dapat ingat segala kelahiran itu, tetapi
engkau tidak dapat ingat, Wahai penakluk musuh."<br /> <br /> ajopi sann avyayātmā bhūtānām īśvaropi san<br /> prakṛtiṃ svām adhiṣṭhāya saṃbhavāmy ātmamāyayā<br /> ||4.6|<br /> <br />
"Walaupun Aku tidak dilahirkan dan badan rohani-Ku tidak pernah
merosot, dan walaupun Aku penguasa semua makhluk hidup, Aku masih muncul
pada setiap jaman dalam bentuk rohani-Ku yang asli."<br /> <br /> yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata<br /> abhyutthānam adharmasya tadātmānaṃ sṛjāmy aham<br /> ||4.7|<br /> <br />
"Kapan pun dan di mana pun pelaksanaan dharma merosot dan hal-hal yang
bertentangan dengan dharma merajalela-pada waktu itulah Aku sendiri
menjelma, Wahai putera keluarga Bharata."<br /> <br /> paritrāṇāya sādhūnāṃ vināśāya ca duṣkṛtām<br /> dharmasaṃsthāpanārthāya saṃbhavāmi yuge yuge ||4.8|<br /> <br />
"Untuk menyelamatkan orang saleh, membinasakan orang jahat dan untuk
menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma, Aku sendiri muncul pada
setiap jaman."<br /> <br /> Sri Krishna menyampaikan pesan rohani_Nya kepada
Arjuna, bahwasanya Ia yang merupakan Realitas Personal Tuhan Yang Maha
Esa (Sri Bhagavan) akan selalu hadir ke dunia material, dengan
perwujudan rohani_Nya yang asli untuk menegakan prinsip prinsip Dharma,
menyelamatkan siapapun yang berjalan dalam Dharma, serta melebur
(Pralina) siapapun yang berjalan dalam Adharma untuk membersihkan sang
jiwa dari kegelapan dan kebodohan yang meliputinya demi sebuah tujuan
agar setap jiwa yang telah dilebur tersebut kembali memperoleh
kesempatan meretas samsara, mempersiapkan sebuah kehidupan yang lebih
baik untuk mencapai Mokshartam Jagadhita Ya Ca Itti Dharma, mewujudkan
kebahagiaan di dunia dan realisasi Moksha membebaskan diri dari
penderitaan. <br /> <br /> Di masa Dvapara – Yuga, Sri Vishnu hadir sebagai
Sri Krishna, putra Vasudeva (Putra Raja Surasena) dan Devaki (Keponakan
Raja Ugrasena) dari Mathura, Ibu Kota Kerajaan Surasena, kerajaan wangsa
Yadava yang merupakan kerajaan yang didirikan oleh Satrughna (Putra
Dewi Sumitra dan Raja Dasarata) yang juga adik Sri Rama yang memimpin
Kerajaan Kosala dengan ibu kota Ayodhya. Alur sejarah ini menyatakan
dengan jelas bahwasannya, Sri Rama dan Sri Krishna, terkait satu sama
lain karena baik Sri Rama dan Sri Krishna adalah Sri Vishnu itu sendiri.
Sri Rama hadir pada masa Tretha – Yuga menundukan dominasi asura
bernama Rahvana dari kerajaan Alengka. Sri Krishna hadir setelah
kehadiran Sri Rama di masa berikutnya yaitu Dvapara – Yuga,
kehadiran_Nya dari jantung Dewi Devaki, dalam Bhagavata purana
dijelaskan sebagai berikut :<br /> <br /> mumucur munayo devah<br /> sumanamsi mudanvitah<br /> mandam mandam jaladhara<br /> jagarjur anusagaram<br /> nisithe tama-udbhute<br /> jayamane janardane<br /> devakyam deva-rupinyam<br /> vishnuh sarva-guha-sayah<br /> avirasid yatha pracyam<br /> disindur iva pushkalah<br /> <br /> ||Bhagavata Purana 10.3.7-8||<br /> <br />
“Para dewa dan pribadi suci yang agung menaburkan bunga dalam
kebahagiaan hati, dan awan berkumpul di langit dengan sedikit
bergemuruh, membuat suara bagaikan gelombang lautan, kemudian Realitas
Mutlak Tuhan Yang Maha Esa, Vishnu, yang berada di inti hati setiap
pribadi, hadir dari jantung Devaki dalam kegelapan pekat malam, bagaikan
bulan purnama terbit di ujung timur, karena Devaki sebelumnya adalah
bagian yang sama dari Sri Krishna"<br /> <br /> Kehadiran Sri Krishna
sebagai putra ke-8 Vasudeva dan Devaki tanpa melalui hasrat hubungan
suami istri selayaknya, namun dari permohonan Vasudeva dan Devaki dalam
penderitaan mereka dibawah penindasan yang dilakukan oleh Kamsa, tidak
lain adalah kakak dari Devaki. Vasudeva dan Devaki hidup dalam pasungan,
dikurung dalam penjara. Kelahiran 6 putra Vasudeva dan Devaki berakhir
dalam kekejaman Kamsa, putra ke-7 Vasudeva berawal dari kandungan
Devaki, tatkala Rohini (Istri pertama Vasudeva) menjenguk Devaki yang
sedang mengandung, seketika itu kandungan Devaki berpindah kepada
Rohini, keajaiban ini pada akhirnya melahirkan Balarama yang tidak lain a
dalah Inkarnasi Ananta Sesa, Naga pengiring Sri Vishnu. Dan Sri Vishnu
sendiri hadir sebagai putra ke-8.<br /> <br /> Pada saat Sri Krishna hadir,
pintu penjara terbuka begitu saja, para pejangga tertidur dengan lelap,
Vasudeva dapat leluasa masuk dan membawa Sri Krishan kecil menyeberangi
sungai Yamuna membawanya ke Goloka Vrindavana, di kediaman Nanda dan
Yasodha, keluarga gopi (pemelihara sapi) selanjutnya membawa putri
mereka dalam waktu bersamaan juga baru dilahirkan oleh Yasodha. Vasudeva
membawa putri Yasodha kembali ke Mathura. Kamsa yang tidak mengetahui
bahwa Sri Krishna telah hadir, hanya menemukan bahwa Devaki melahirkan
seorang bayi perempuan (putri Yasodha) membuat Kamsa begitu berbahagia
karena sebuah ramalan yang menyatakan bahwa dirinya akan berakhir
ditangan putra ke-8 Vasudeva tidak terbukti benar. Pada akhirnya Kamsa
berhasil di kalahkan oleh Sri Krishna dan tahta kerajaan Surasena
dikembalikan kepada Vasudeva. <br /> <br /> Selanjutnya, dari masa Dvapara –
Yuga bergerak jauh kemasa Kali – Yuga (keadaan saat ini) ribuan tahun
setelah kehadiran Sri Krishna dan Balarama. Sri Kalki Avatara akan hadir
untuk menegakan kembali prinsip prinsip Dharma yang terabaikan di masa
paling gelap dalam siklus Catur Yuga. Kali – Yuga adalah masa dimana
kebodohan, ketidakbenaran, kebohongan, kejahatan mendominasi kehidupan
manusia. Sri Kalki Avatara dalam bahasa sanskerta, kata “kalki” berarti
“penghancur keburukan” dimana asal kata “kalka – buruk”. Untuk
mendapatkan gambaran jelas kapan Sri Kalki Avatara akan hadir ke dunia,
Bhagavata Purana menjelaskan sebagai berikut :<br /> <br /> athāsau yuga-sandhyāyāḿ<br /> dasyu-prāyeṣu rājasu<br /> janitā viṣṇu-yaśaso<br /> nāmnā kalkir jagat-patiḥ<br /> ||Srimad Bhagavatam 1.3.25||<br /> <br />
“Setelah itu, pada pergantian dua yuga (Kali – Yuga dan Sathya –
Yuga), Tuhan Sang Maha Pencipta akan mengambil kelahiran_Nya sebagai
inkarnasi Kalki dan menjadi putra Visnu Yasa. Pada saat dimana para
penguasa bumi telah merosot menjadi para perampok”<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F1%2F3%2F25%2Fen&h=MAQFvZfqF&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/1/3/25/en</a>]<br /> <br />
Sri Kalki Avatara akan hadir disaat pergantian Kali – Yuga dan Sathya –
Yuga, dimana keadaan didunia sudah tidak terkendali lagi, keadaan pada
saat para pemimpin dunia tidak lagi mengindahkan tugas kepemimpinannya,
namun telah merosot menjadi penindas dan perampok masyarakat yang
dipimpinnya sendiri, keadaan yang mewakili realitas kehidupan manusia
saat ini, dimana banyak pemimpin dunia yang menyalahgunakan kekuasaannya
untuk melakukan penindasan kepada masyarakat yang dipimpinnya.
Selanjutnya Bhagavata Purana menjelaskan lebih lanjut :<br /> <br /> kṣīyamāṇeṣu deheṣu<br /> dehināḿ kali-doṣataḥ<br /> varṇāśramavatāḿ dharme<br /> naṣṭe veda-pathe nṛṇām<br /> pāṣaṇḍa-pracure dharme<br /> dasyu-prāyeṣu rājasu<br /> cauryānṛta-vṛthā-hiḿsā-<br /> nānā-vṛttiṣu vai nṛṣu<br /> śūdra-prāyeṣu varṇeṣu<br /> cchāga-prāyāsu dhenuṣu<br /> gṛha-prāyeṣv āśrameṣu<br /> yauna-prāyeṣu bandhuṣu<br /> aṇu-prāyāsv oṣadhīṣu<br /> śamī-prāyeṣu sthāsnuṣu<br /> vidyut-prāyeṣu megheṣu<br /> śūnya-prāyeṣu sadmasu<br /> itthaḿ kalau gata-prāye<br /> janeṣu khara-dharmiṣu<br /> dharma-trāṇāya sattvena<br /> bhagavān avatariṣyati<br /> ||Srimad Bhagavatam 12.2.12 – 16||<br /> <br />
“Pada saat masa Kali - Yuga berakhir, ukurang tubuh semua mahluk akan
sangat merosot, dan prinsip prinsip agama pengikut varnasrama (catur
varna) akan hancur. Jalan Veda akan benar benar dilupakan oleh
masyarakat manusia, dan apa yang disebut agama kebanyakan tidak
berke_Tuhan_an. Raja - raja (Para pemimpin) sebagian besar akan menjadi
pencuri, pekerjaan manusia menjadi pencuri, berbohong dan melakukan
tindakan kekerasan, dan kualifikasi sosial akan merosot lebih rendah
dari kualifikasi sudra (pekerja). Sapi akan menjadi seperti kambing,
pertapaan spiritual (rohani) tidak akan berbeda dengan rumah rumah
biasa, dan ikatan kekeluargaan akan memanjang tidak lebih dari sebuah
ikatan pernikahan langsung. Kebanyakan tanaman dan tumbuhan akan menjadi
kecil, dan semua pohon akan muncul seperti pohon sami yang pendek. Awan
akan penuh petir, rumah tanpa kebaikan (moralitas), dan semua manusia
akan menjadi seperti keledai (diliputi kebodohan). Pada saat itu,
Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa akan hadir di bumi. Bertindak dengan
kekuatan spiritual murni ke_Tuhan_an, Dia akan menyelamatkan kebenaran
abadi (Dharma tranaya)"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F12%2F2%2F12-16%2Fen&h=EAQEAlqcq&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/12/2/12-16/en</a>]<br /> <br />
Pada masa masa akhir Kali – Yuga, kondisi kehidupan manusia berada pada
titik paling rendah, kualifikasi manusia lebih buruk dari pada Varna
Sudra (Pekerja) karena sebagian besar kehidupan manusia terperosok dalam
kegiatan yang bertentangan dengan kebenaran, manusia menjadi pencuri,
pembohong dan pelaku tindak kekerasan antar sesamanya. Para pemimpin
tidak menjalankan tugas memimpinnya tapi menjadi perampok dan penindas.
Kebodohan menutupi kesadaran umat manusia. Pembunuhan terhadap sapi
terjadi dimana mana. Rumah tangga dan ikatan kekeluargaan hanya sebatas
sebuah ikatan pernikahan tanpa adanya moralitas atau pendidikan susila
didalamnya. Cuaca dan iklim dunia tidak lagi mendukung kehidupan
manusia, tumbuh tumbuhan tidak tumbuh seperti seharusnya, pohon pohon
gersang dan pendek. Sebuah gambaran nyata realitas yang ada saat ini dan
akan terus bergerak menjadi lebih buruk karena ketidaksadaran umat
manusia itu sendiri. Prinsip prinsip pengetahuan Veda diabaikan, Catur
Vrna disimpangkan. Pada saat itulah Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa
akan hadir dengan kekuatan ke_Tuhan_an_Nya sendiri, Ia menyelamatkan
Kebenaran Abadi (Sanathana Dharma) dan mengawali Sathya – Yuga. <br /> <br /> carācara-guror viṣṇor<br /> īśvarasyākhilātmanaḥ<br /> dharma-trāṇāya sādhūnāḿ<br /> janma karmāpanuttaye<br /> ||Srimad Bhagavatam 12.2.7||<br /> <br />
"Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa, Vishnu. Guru spiritual (rohani)
dari semua mahluk hidup, yang bergerak dan yang tidak bergerak dan semua
jiwa yang agung (mulia), mengambil kelahiran untuk melindungi prinsip
prinsip agama dan meringankan para pemuja suci_Nya dari reaksi kerja
material"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F12%2F2%2F17%2Fen&h=zAQGSudkz&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/12/2/17/en</a>]<br /> <br />
Sri Vishnu, kehadirannya pada masa Kali – Yuga sebagai Sri Kalki
Avatara untuk melindungi prinsip prinsip agama (Dharma) dan meringankan
reaksi dosa yang terjadi akibat kerja (karma) yang dilakukan para
bhakta_Nya. Bagi masyarakat Sanathana Dharma, dalam segala kegiatan
apapun yang dilakukan dengan kesadaran bahwa setiap tindakan adalah
wujud bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam tindakan tersebut segala
bentuk hasilnya diserahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa tanpa ikatan
pamrih. Dengan begitu reaksi dosa atas setiap kerja material (karma)
dapat diminimalkan, dan walaupun segala tindakan didasarkan pada
kesadaran, reaksi karma-phala tetap terjadi dan mengikat. Oleh karena
itu dengan kesadaran ke_Tuhan_an ikatan karma-phala tersebut
diminimalkan, dan dengan kesadaran ke_Tuhan_an pula segala tindakan
buruk dan bertentangan dengan Dharma semakin dapat dihindari. Karena
tujuan akhir dari semua usaha di dunia adalah mencapai realisasi
tertinggi, pembebasan diri dari segala ikatan karma-phala dan samsara
(siklus kehidupan dan kematian badan material) yang selalu menimbulkan
penderitaan bagi setiap manusia tersadari atau tidak. <br /> <br /> śambhala-grāma-mukhyasya<br /> brāhmaṇasya mahātmanaḥ<br /> bhavane viṣṇuyaśasaḥ<br /> kalkiḥ prādurbhaviṣyati<br /> ||Srimad Bhagavatam 12.2.18||<br /> <br /> "Realitas personal kalki akan hadir di rumah seorang brahmana yang paling mulia dari desa sambhala, jiwa yang mulia vishnuyasa"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F12%2F2%2F18%2Fen&h=4AQE-J1Jx&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/12/2/18/en</a>]<br /> <br />
Sri Kalki Avatara akan hadir dalam keluarga Varna Brahmana
(Pandita/Pemimpin masyarakat Sanathana Dharma) yang paling mulia dari
desa Sambhala, yang bernama Vishnuyasa. Vishnuyasa yang juga berarti
seorang pemuja Vishnu mencirikan bahwa keluarga tersebut berada dalam
lingkungan para bhakta sanathani yang memuja Sri Vishnu. <br /> <br /> aśvam āśu-gam āruhya<br /> devadattaḿ jagat-patiḥ<br /> asināsādhu-damanam<br /> aṣṭaiśvarya-guṇānvitaḥ<br /> vicarann āśunā kṣauṇyāḿ<br /> hayenāpratima-dyutiḥ<br /> nṛpa-lińga-cchado dasyūn<br /> koṭiśo nihaniṣyati<br /> ||Srimad Bhavatam 12.2.19 – 20||<br /> <br />
"Realitas personal kalki, sang penguasa semesta, akan mengendarai kuda
cepat_Nya, Devadatta dan pedang di tangan_Nya, mengelilingi dunia
menunjukan delapan keajaiban kekuasaan_Nya dan delapan kualitas khusus
ke_Tuhan_an_Nya. Menampilkan cahaya_Nya yang tidak tertandingi dan
mengendarai (kuda_Nya) dengan kecepatan tinggi, Ia akan membunuh
(menundukan) jutaan orang pencuri yang berani berpakaian sebagai raja"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F12%2F2%2F19-20%2Fen&h=5AQGrnyQH&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/12/2/19-20/en</a>]<br /> <br />
Kehadiran Sri Kalki Avatara adalah “kiamat” bagi para penjahat, pencuri
dan para pemimpin yang tidak menjalankan tugas kepemiminannya
melindungi masyarakat yang dipimpin. Mereka yang bersikap dan hidup
selayaknya raja namun menjadi penindas bagi sesamanya akan ditumpas
habis oleh Sri Kalki Avatara, jutaan orang akan dimusnahkan karena
keburukan diri mereka sendiri. Dengan kekuatan dan kemahakuasaan_Nya
tidak ada satupun diantara para pencuri tersebut yang kan mampu
menghambat_Nya, memurnikan dunia dari para bandit yang menindas manusia
lainnya.<br /> <br /> atha teṣāḿ bhaviṣyanti<br /> manāḿsi viśadāni vai<br /> vāsudevāńga-rāgāti-<br /> puṇya-gandhānila-spṛśām<br /> paura-jānapadānāḿ vai<br /> hateṣv akhila-dasyuṣu<br /> ||Srimad Bhagavatam 12.2.21||<br /> <br />
"Setelah semua raja penipu tersebut ditumpas (ditundukan), para
penduduk di kota dan daerah di sekitarnya akan merasakan angin membawa
aroma paling mulia (suci) dari pasta cendana dan hiasan lainnya dari
Realitas Personal Vasudeva (Sri Kalki) dan pikiran mereka akan menjadi
hingga tidak terpikirkan lagi"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F12%2F2%2F21%2Fen&h=9AQEaohJ6&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/12/2/21/en</a>]<br /> <br />
Setelah semua penipu dan para pencuri yang mengaku sebagai pemimpin
dunia itu di tundukan, dengan bahasa yang lebih keras, kesemuanya telah
di tumpas. Masyarakat dunia seakan menerima sebuah anugerah luar biasa
yang tidak terbayangkan, tidak terjelaskan dalam pikiran mereka.
Realitas personal Tuhan Yang Maha Esa, Vasudeva (Sri Kalki) hadir
sendiri menganugerahkan berbagai kebahagiaan dan perlindungan hidup
kepada masyarakat dunia, sehingga pikiran mereka tidak mampu
menggambarkan betapa bahagia dan luar biasanya anugerah yang diterima. <br /> <br /> teṣāḿ prajā-visargaś ca<br /> sthaviṣṭhaḥ sambhaviṣyati<br /> vāsudeve bhagavati<br /> sattva-mūrtau hṛdi sthite<br /> ||Srimad Bhagavatam 12.2.22||<br /> <br />
"Ketika Realitas Personal Vasudeva (Sri Kalki), Kepribadian Tuhan Yang
Maha Esa, hadir di dalam hati mereka dalam realitas mutlak
Ke_Tuhan_an_Nya, masyarakat yang masih tersisa akan berkembang pesat
mengisi kembali bumi"<br /> [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F12%2F2%2F22%2Fen&h=XAQHP-MFu&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/12/2/22/en</a>]<br /> <br />
Ketika kesadaran masyarakat dunia pulih setelah seluruh penindas dan
pencuri yang mendominasi telah ditumpas, Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha
Esa hadir di dalam hati mereka dalam Kesadaran Utama_Nya. Dan dengan
kesadaran ke_Tuhan_an yang ada dalam hati setiap manusia pada masa itu,
perkembangan masyarakat dunia menjadi pesat dan kembali mengisi
kehidupan di dunia dibawah kesadaran utama ke_Tuhan_an.<br /> <br /> yadāvatīrṇo bhagavān<br /> kalkir dharma-patir hariḥ<br /> kṛtaḿ bhaviṣyati tadā<br /> prajā-sūtiś ca sāttvikī<br /> ||Srimad Bhagavatam 12.2.23||<br /> <br />
"Disaat Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Agung telah hadir di bumi
sebagai Sri Kalki, sang penjaga (pelindung) agama (kebenaran), sathya -
yuga akan dimulai, dan umat manusia akan melahirkan generasi yang baru
(keturunan) dalam lingkungan kebaikan" [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F12%2F2%2F23%2Fen&h=TAQHCOLzS&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/12/2/23/en</a>]<br /> <br />
Kehadiran Realitas Personal Sri Vishnu sebagai Sri Kalki Avatara, sang
penjaga nilai nilai kebenaran agama, penegak prinsip prinsip moralitas,
yang menyampaikan kembali Dharma kepada masyarakat dunia akan mengawali
masa baru peradaban manusia, masa dimana generasi yang baru akan
terbentuk dalam lingkungan kehidupan yang baik, Sathya – Yuga pun akan
dimulai. Kehidupan umat manusia berada pada puncak kebaikan, kedamaian,
keharmonisan serta kesejahteraan. <br /> <br /> yadā candraś ca sūryaś ca<br /> tathā tiṣya-bṛhaspatī<br /> eka-rāśau sameṣyanti<br /> bhaviṣyati tadā kṛtam<br /> ||Srimad Bhagavatam 12.2.24||<br /> <br />
"Ketika bulan, matahari dan Jupiter (Brhaspati) bersama sama (sejajar)
dalam gugusan bintang Karkata (Delta Cancer) dan ketiganya bergerak
bersamaan memasuki gugusan bintang Pusya, pada masa tersebut Sathya -
Yuga atau Kertha - Yuga akan dimulai" [<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fvedabase.net%2Fsb%2F12%2F2%2F24%2Fen&h=eAQGoVcrd&s=1" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/sb/12/2/24/en</a>]<br /> <br />
Kehadiran Sri Kalki Avatara ditandai dengan fenomena semesta sejajarnya
Bulan, Matahari dan Planet Jupiter (Brhaspati) dalam gugusan bintang
Cancer yang secara bersamaan bergerak memasuki guugsan bintang Pusya.
Ditandai fenomena semesta tersebutlah masa baru peradaban dunia akan
dimulai, Sathya – Yuga atau Kertha – Yuga, masa keemasan (golden age)
umat manusia hadir kembali dibawah perlindungan langsung Realitas Mutlak
Tuhan Yang Maha Esa, dibawah tegaknya kebenaran agama (Sanathana
Dharma), bersama penerapan prinsip prinsip moralitas, umat manusia
mencapai realisasi tertinggi kehidupan di dunia dalam kedamaian,
kebahagiaan, keharmonisan serta kesejahteraan. Generasi baru umat
manusia tumbuh dalam pengetahuan, kecerdasan, budi pekerti dan hidup
dalam penghormatan terhadap nilai nilai kemanusiaan, harmonis dengan
lingkungan hidupnya.<br /> <br /> Keseluruhan penjelasan yang tertuang dalam
Bhagavata Purana, merincikan sebuah gambaran personal Sri Kalki
Avatara, kepribadian Sri Vishnu, Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa,
pelindung seluruh kesadaran kehidupan yang ada di alam semesta, penegak
tertinggi kebenaran, Ia Yang Maha Kuasa yang menundukan segala
ketidakbenaran. Sri Vishnu, dengan kemurahan hati_Nya, memenuhi
permohonan setiap bhakta_Nya hadir, menyelamatkan pribadi pribadi yang
saleh, yang berjalan dalam Dharma, teguh dalam kebaikan. Sri Vishnu, Ia
yang hadir disetiap hati mahluk hidup, guru spiritual setiap kesadaran
kehidupan, yang bergerak dan tidak bergerak, hadir dalam realitas_Nya
sendiri ke dunia material untuk sebuah misi mengembalikan umat manusia
ke dalam tatanan yang seharusnya dijalani dalam mengarungi kehidupan di
dunia material. <br /> <br /> Pada akhirnya, sebuah pengetahuan telah
disampaikan, masyarakat Hindu Dharma (para Bhakta Sanathani) tidaklah
menunggu sebuah kiamat atau pemusnahan semesta, sebaliknya masyarakat
Hindu Dharma sedang mempersiapkan akhir dari dominasi para Asura
(Pribadi buruk, para pencuri yang berpakaian selayaknya raja), akhir
dari dominasi ketidakbenaran (Adharma), akhir dari dominasi kebodohan
(Pembodohan), kebohongan (Pembohongan), akhir dari segala ideologi yang
tidak berke_Tuhan_an, tidak berkemanusiaan dan tidak mendukung
keharmonisan hidup umat manusia dengan lingkungan hidupnya. Masyarakat
Hindu Dharma mempersiapkan kembali masa keemasan peradaban manusia,
kemuliaan dibawah naungan Realitas Personal Tuhan Yang Maha Esa, sebuah
Kesadaran Utama bahwasanya, tidak ada satu pun angkara
(ketidakbenaran/Adharma) yang akan mampu bertahan saat Realitas
Kebenaran Mutlak ITU sendiri hadir untuk menegakan Kebenaran (Dharma). <br />
</span></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"></span></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699857}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699857}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699857}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[0]"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699857}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[0].[4]">Ke-9
Realitas Personal mampu di diskripsikan dengan jelas karena
kehadiran_Nya dimasa lampau telah tercatat dalam Sastra, sudah menjadi
bagian sejarah dalam masyarakat Sanathana Dharma, sedangkan diskripsi
Sri Kalki adalah Realitas Pe</span></span><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699857}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699857}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699857}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[0]">rsonal
yang akan hadir, lalu bagaimana kita yang saat ini berada dalam
keterbatasan untuk mampu membuktikan Realitas_Nya akan hadir memenuhi
diskripsi yang ada atau tidak, waktu yang akan membuktikannya, yang kita
lakukan adalah menjaga kebenaran informasi yang terdapat dalam Sastra
yang menjelaskan kehadiran_Nya dimasa mendatang </span><br id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699857}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[1]" /><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699857}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[6]"> </span></span></span></span></span></span></span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8pgMRIbX7wiGVFWAem4iyn5U15O6sAgudwMtHmfVmy7ZuCXnuC_FlexOvNFbqsLbw9BrPGFEcTUsT04J3NG-YuzaSDg76jaxnO0iqadkgIiLmyO_bHkWu21avWQUOwCBalyjoAtLKD9NM/s1600/15229_514983025227149_1281233357_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8pgMRIbX7wiGVFWAem4iyn5U15O6sAgudwMtHmfVmy7ZuCXnuC_FlexOvNFbqsLbw9BrPGFEcTUsT04J3NG-YuzaSDg76jaxnO0iqadkgIiLmyO_bHkWu21avWQUOwCBalyjoAtLKD9NM/s320/15229_514983025227149_1281233357_n.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699857}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699857}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699857}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3]"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699857}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0"><span id=".reactRoot[5].[1][4][1]{comment514983025227149_1699857}.0.[1].0.[1].0.[0].[0][2].0.[3].0.[6]">Seandainya
kita kurang beruntung mampu menyimak langsung kehadiran_Nya, semoga
generasi berikutnya memiliki kesempatan tersebut atau kelahiran kita
kembali dimasa mendatang seandainya pencapaian tujuan tertinggi dalam
satu siklus samsara ini masih menyisakan ikatan karma-wasana</span></span></span></span></span>.</span></span><br />
<br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show"><span class="userContent"><span class="text_exposed_show">Akhir kata, Semoga pengetahuan ini memberikan sumbangsih kesadaran
kepada kita sebagai masyarakat Hindu Dharma, bahwa dengan resiko apapun,
teguh dalam Swadharma Bhakti kita, kita tidak pernah menderita oleh
apapun, karena Realitas Kenaran Mutlak ITU sendiri (SAT) ada dalam
pribadi kita masing masing. Aham Brahman Asmi – Aku adalah Brahman ITU
sendiri. Sampai jumpa pada kesempatan dan pembahasan berikutnya.
Satyameva Jayate Nanritam – Hanya Realitas Kebenaran yang pasti akan
menang.</span></span> </span></span><br />
<br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show">OM Namo Bhagavate Vasudeva Ya <br /> OM Namo Bhagavate Rudra Ya <br /> <br /> OM Shanti Shanti Shanti OM<br /> </span></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show">Sumber : <a href="http://www.facebook.com/photo.php?fbid=514983025227149&set=a.512533448805440.1073741830.100001463696853&type=1&comment_id=1702512&offset=0&total_comments=15&ref=notif&notif_t=photo_comment_tagged&theater" target="_blank">facebook.com</a></span></span><br />
<span class="userContent"><span class="text_exposed_show">Catatan kalki: <br /> <a href="http://vedabase.net/bg/en" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/bg/en</a> <br /> <a href="http://vedabase.net/en" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vedabase.net/en</a><br /> <a href="http://ganesha19.blogspot.jp/2012/12/ramalan-kemunculan-kalki-awatara.html" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://ganesha19.blogspot.jp/2012/12/ramalan-kemunculan-kalki-awatara.html</a><br /> <a href="http://vicdicara.wordpress.com/2012/07/19/calculating-kali-yuga-using-astrology/" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://vicdicara.wordpress.com/2012/07/19/calculating-kali-yuga-using-astrology/</a></span></span>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-7469369231886133962013-04-12T22:40:00.004-07:002013-04-12T22:54:44.969-07:00 Perwujudan Semesta Sri Krishna Berdasarkan Sloka Bhagavad Gita ---<b>Om Swastiastu...</b><br />
<br />
Kali ini saya ingin mengajak mengenalkan Sloka sloka Bhagavad Gita yang menceritakan tentang <span class="messageBody"><span class="userContent">sebuah
citra yang menjelaskan perwujudan Semesta Sri Krishna (Vishnu) yang
disaksikan oleh Arjuna, Sanjaya serta Maharsi Vyasa Deva, citra ini
bersumber dari Sloka Bhagavad Gita.</span></span><br />
<div class="fullpost">
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span class="messageBody"><span class="userContent">XI. athaikādaśodhyāyaḥ. (viśvarūpadarśanayogaḥ)<br /> <br /> arjuna uvāca<br /> <br /> madanugrahāya paramaṃ guhyam<br /> adhyātmasaṃjñitam<br /> yat tvayoktaṃ vacas tena mohoyaṃ vigato mama ||11.1|<br /> <br />
"Arjuna berkata; Dengan mendengar wejangan tentang mata pelajaran yang
paling rahasia ini yang sudah Anda berikan kepada hamba atas kemurahan
hati Anda, khayalan hamba sekarang sudah dihilangkan."
<br />
<br />
bhavāpyayau hi bhūtānāṃ śrutau vistaraśo mayā<br />
tvattaḥ kamalapatrākṣa māhātmyam api cāvyayam<br />
||11.2|<br />
<br />
"O Krsna yang mempunyai mata seperti bunga padma, hamba sudah mendengar
dari Anda secara terperinci tentang muncul dan menghilangnya setiap
makhluk hidup dan hamba sudah menginsafi kebesaran Anda yang tidak
pernah dibinasakan."<br />
<br />
evam etad yathāttha tvam ātmānaṃ parameśvara<br />
draṣṭum icchāmi te rūpam aiśvaraṃ puruṣottama ||11.3|<br />
<br />
"O kepribadian yang paling mulia, bentuk yang paling utama, walaupun
hamba melihat Anda berdiri di sini di hadapan hamba dalam kedudukan Anda
yang sejati, sesuai dengan uraian Anda tentang Diri Anda, hamba ingin
melihat bagaimana Anda masuk dalam manifestasi alam semesta ini. Hamba
ingin melihat bentuk Anda tersebut."<br />
<br />
manyase yadi tac chakyaṃ mayā draṣṭum iti prabho<br />
yogeśvara tato me tvaṃ darśayātmānam avyayam ||11.4|<br />
<br />
"Kalau Anda berpikir hamba sanggup memandang bentuk semesta Anda,
sudilah kiranya Anda memperlihatkan bentuk semesta Diri Anda yang tidak
terhingga itu kepada hamba, o Tuhan yang hamba muliakan, penguasa segala
kekuatan batin."<br />
<br />
śrībhagavān uvāca<br />
<br />
paśya me pārtha rūpāṇi śataśotha sahastraśaḥ<br />
nānāvidhāni divyāni nānāvarṇākṛtīni ca ||11.5|<br />
<br />
"Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Wahai Arjuna yang baik hati,
wahai putera prtha, sekarang lihatlah kehebatan-Ku, beratus-ratus ribu
jenis bentuk rohani yang berwarna-warni."<br />
<br />
paśyādityān vasūn rudrān aśvinau marutas tathā<br />
bahūny adṛṣṭapūrvāṇi paśyāścaryāṇi bhārata ||11.6|<br />
<br />
"Wahai yang paling baik di antara para Bharatha, lihatlah di sini
berbagai perwujudan para Aditya, vasu, Rudra, Asvini-kumara dan semua
dewa lainnya. Lihatlah banyak keajaiban yang belum pernah dilihat atau
didengar oleh siapapun sebelumnya."<br />
<br />
ihaikasthaṃ jagat kṛtsnaṃ paśyādya sacarācaram<br />
mama dehe guḍākeśa yac cānyad draṣṭum icchasi ||11.7|<br />
<br />
"Wahai Arjuna apapun yang ingin engkau lihat, lihatlah dengan segera
dalam badan-Ku ini! Bentuk semesta ini dapat memperlihatkan kepadamu
apapun yang engkau ingin lihat sekarang dan apapun yang engkau ingin
lihat pada masa yang akan datang. Segala sesuatu- baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak-berada di sini secara lengkap, di satu
tempat."<br />
<br />
na tu māṃ śakyase draṣṭum anenaiva svacakṣuṣā<br />
divyaṃ dadāmi te cakṣuḥ paśya me yogam aiśvaram ||11.8|<br />
<br />
"Tetapi engkau tidak dapat melihat-Ku dengan mata yang engkau miliki
sekarang. Karena itu, Aku memberikan mata rohani kepadamu. Lihatlah
kehebatan batin-Ku."<br />
<br />
<br />
sañjaya uvāca<br />
<br />
evam uktvā tato rājan mahāyogeśvaro hariḥ<br />
darśayām āsa pārthāya paramaṃ rūpam aiśvaram ||11.9|<br />
<br />
"Sanjaya berkata; Wahai paduka Raja, sesudah bersabda demikian, Tuhan
Yang Mahakuasa, penguasa segala kekuatan batin, kepribadian Tuhan Yang
Maha Esa, memperlihatkan bentuk semesta-Nya kepada Arjuna."<br />
<br />
<br />
anekavaktranayanam anekādbhutadarśanam<br />
anekadivyābharaṇaṃ divyānekodyatāyudham ||11.10|<br />
divyamālyāmbaradharaṃ divyagandhānulepanam<br />
sarvāścaryamayaṃ devam anantaṃ viśvatomukham<br />
||11.11|<br />
<br />
"11.10-11 Dalam bentuk semesta itu, Arjuna melihat mulut-mulut yang
tidak terhingga, mata yang tidak terhingga, dan wahyu-wahyu ajaib yang
tidak terhingga. Bentuk tersebut dihiasi dengan banyak perhiasan rohani
dan membawa banyak senjata rohani yang diangkat. Beliau memakai kalung
rangkaian bunga dan perhiasan rohani, dan banyak jenis minyak wangi
rohani dioleskan pada seluruh badan-Nya. Semuanya ajaib, bercahaya,
tidak terbatas dan tersebar kemana-mana."<br />
<br />
<br />
divi sūryasahastrasya bhaved yugapad utthitā<br />
yadi bhāḥ sadṛśī sā syād bhāsas tasya mahātmanaḥ<br />
||11.12|<br />
<br />
"Kalau beratus-ratus ribu matahari terbit di langit pada waktu yang
sama, mungkin cahayanya menyerupai cahaya dari kepribadian yang paling
utama dalam bentuk semesta itu."<br />
<br />
<br />
tatraikasthaṃ jagat kṛtsnaṃ pravibhaktam anekadhā<br />
apaśyad devadevasya śarīre pāṇḍavas tadā ||11.13|<br />
<br />
"Pada waktu itu, dalam bentuk semesta Tuhan, Arjuna dapat melihat
perwujudan-perwujudan alam semesta yang tidak terhingga terletak di satu
tempat walaupun dibagi menjadi beribu-ribu."<br />
<br />
<br />
tataḥ sa vismayāviṣṭo hṛṣṭaromā dhanaṃjayaḥ<br />
praṇamya śirasā devaṃ kṛtāñjalir abhāṣata ||11.14|<br />
<br />
"Kemudian Arjuna kebingungan dan kagum, dan bulu romanya tegak berdiri.
Arjuna menundukkan kepalanya untuk bersujud, lalu mencakupkan tangannya
dan mulai berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa."<br />
<br />
arjuna uvāca<br />
<br />
paśyāmi devāṃs tava deva dehe<br />
sarvāṃs tathā bhūtaviśeṣasaṃghān<br />
brahmāṇam īśaṃ kamalāsanasthaṃ<br />
ṛṣīṃś ca sarvān uragāṃś ca divyān ||11.15|<br />
<br />
"Arjuna berkata; Sri Krsna yang hamba muliakan, di dalam badan Anda
hamba melihat semua dewa dan berbagai jenis makhluk hidup yang lain.
Hamba melihat Brahma duduk di atas bunga padma, bersama Dewa Siva, semua
resi dan naga-naga rohani."<br />
<br />
anekabāhūdaravaktranetraṃ<br />
paśyāmi tvāṃ sarvatonantarūpam<br />
nāntaṃ na madhyaṃ na punas tavādiṃ<br />
paśyāmi viśveśvara viśvarūpa ||11.16|<br />
<br />
"O penguasa alam semesta, o bentuk semesta, di dalam badan Anda hamba
melihat banyak lengan, perut, mulut dan mata, tersebar ke mana-mana,
tanpa batas,. Hamba tidak dapat melihat akhir, pertengahan, maupun awal
di dalam Diri Anda."<br />
<br />
kirīṭinaṃ gadinaṃ cakriṇaṃ ca<br />
tejorāśiṃ sarvato dīptimantam<br />
paśyāmi tvāṃ durnirīkṣyaṃ samantād<br />
dīptānalārkadyutim aprameyam || 11.17|<br />
<br />
"Bentuk Anda sulit dilihat karena cahaya-Nya yang menyilaukan, tersebar
ke segala sisi, seperti api yang menyala atau cahaya matahari yang
tidak dapat diukur. Namun hamba melihat bentuk ini yang bernyala di
mana-mana dihiasi dengan berbagai jenis mahkota, gada, dan cakra."<br />
<br />
tvam akṣaraṃ paramaṃ veditavyaṃ<br />
tvam asya viśvasya paraṃ nidhānam<br />
tvam avyayaḥ śāśvatadharmagoptā<br />
sanātanas tvaṃ puruṣo mato me ||11.18|<br />
<br />
" Anda adalah tujuan pertama yang paling utama. Andalah sandaran utama
seluruh jagat ini. Anda tidak dapat dimusnahkan, dan Andalah yang
paling Tua. Andalah pemelihara dharma yang kekal, kepribadian Tuhan Yang
Maha Esa. Inilah pendapat hamba."<br />
<br />
anādimadhyāntam anantavīryam<br />
anantabāhuṃ śaśisūryanetram<br />
paśyāmi tvāṃ dīptahutāśavaktraṃ<br />
svatejasā viśvam idaṃ tapantam ||11.19|<br />
<br />
"Anda tidak berawal, tidak ada masa pertengahan bagi Anda dan Anda
tidak berakhir. Kebesaran Anda tidak terhingga. Jumlah lengan Anda tidak
terbilang. Matahari dan bulan adalah mata Anda. Hamba melihat Anda
dengan api yang bernyala keluar dari mulut Anda. Anda sedang membakar
seluruh jagat ini dengan cahaya pribadi Anda."<br />
<br />
dyāvāpṛthivyor idam antaraṃ hi<br />
vyāptaṃ tvayaikena diśaś ca sarvāḥ<br />
dṛṣṭvādbhutaṃ rupam ugraṃ tavedaṃ<br />
lokatrayaṃ pravyathitaṃ mahātman ||11.20|<br />
<br />
"Walaupun Anda adalah satu, Anda berada di mana-mana di seluruh
angkasa, planet-planet dan antariksa antar planet-planet. O kepribadian
yang Mulia dengan melihat bentuk yang mengagumkan dan mengerikan ini,
semua susunan planet goyah."<br />
<br />
amī hi tvāṃ surasaṃghā viśanti<br />
kecid bhītāḥ prāñjalayo gṛṇanti<br />
svastīty uktvā maharṣisiddhasaṃghāḥ<br />
stuvanti tvāṃ stutibhiḥ puṣkalābhiḥ ||11.21|<br />
<br />
"Semua kelompok dewa menyerahkan diri di hadapan Anda dan masuk ke
dalam diri Anda. Beberapa di antaranya sangat ketakutan dan mereka
mempersembahkan doa pujian sambil mencakupkan tangannya. Banyak resi
yang mulia dan makhluk-makhluk yang sempurna yang sedang berseru,
“semoga ada segala kedamaian!” sedang berdoa kepada Anda dengan
menyanyikan mantra-mantra veda."<br />
<br />
rudrādityā vasavo ye ca sādhyā<br />
viśveśvinau marutaś coṣmapāś ca<br />
gandharvayakṣāsurasiddhasaṃghā<br />
vīkṣante tvāṃ vismitāś caiva sarve ||11.22|<br />
<br />
"Segala manifestasi dari Dewa Siva, para Aditya, para vasu, para
Sandya, para Visvedeva, dua Asvi, para Marut, para Leluhur, para
Gandharva, para Yaksa, para Asura dan dewa-dewa yang sempurna memandang
Anda dengan rasa kagum."<br />
<br />
rūpaṃ mahat te bahuvaktranetraṃ<br />
mahābāho bahubāhūrupādam<br />
bahūdaraṃ bahudañṣṭrākarālaṃ<br />
dṛṣṭvā lokāḥ pravyathitās tathāham ||11.23|<br />
<br />
"O kepribadian yang berlengan perkasa, semua planet dengan dewa-dewanya
goyah ketika melihat bentuk Anda yang maha Agung, dengan banyak muka,
mata, lengan, paha, kaki, dan perutnya, dan banyak gigi Anda yang
mengerikan; karena itu, mereka goyah, dan hamba juga goyah."<br />
<br />
nabhaḥspṛśaṃ dīptam anekavarṇaṃ<br />
vyāttānanaṃ dīptaviśālanetram<br />
dṛṣṭvā hi tvāṃ pravyathitāntarātmā<br />
dhṛtiṃ na vindāmi śamaṃ ca viṣṇo ||11.24|<br />
<br />
"O Visnu yang berada di mana-mana, ketika hamba melihat Anda dengan
berbagai warna Anda yang bercahaya dan menyentuh langit, mulut-mulut
Anda yang terbuka lebar dan mata Anda yang besar dan menyala, pikiran
hamba goyah karena rasa takut. Hamba tidak dapat memelihara sikap mantap
maupun keseimbangan pikiran lagi."<br />
<br />
daṃṣṭrākarālāni ca te mukhāni<br />
dṛṣṭvaiva kālānalasaṃnibhāni<br />
diśo na jāne na labhe ca śarma<br />
prasīda deveśa jagannivāsa ||11.25|<br />
<br />
"O penguasa para dewa, pelindung dunia-dunia, mohon memberi karunia
kepada hamba. Hamba tidak dapat memelihara keseimbangan ketika melihat
Anda seperti ini dengan wajah-wajah Anda yang menyala seperti maut dan
gigi yang mengerikan. Di segala arah hamba kebingungan."<br />
<br />
amī ca tvāṃ dhṛtarāṣṭrasya putrāḥ<br />
sarve sahaivāvanipālasaṃghaiḥ<br />
bhīṣmo droṇaḥ sūtaputras tathāsau<br />
sahāsmadīyair api yodhamukhyaiḥ ||11.26|<br />
vaktrāṇi te tvaramāṇā viśanti<br />
daṃṣṭrākarālāni bhayānakāni<br />
kecid vilagnā daśanāntareṣu<br />
saṃdṛśyante cūrṇitair uttamāṅgaiḥ 11.27<br />
<br />
"11.26-27 Semua putera Dhrtarastra, bersama raja-raja yang bersekutu
dengan mereka, Bhisma, Drona, Karna dan – semua pemimpin kesatria di
pihak kita – lari masuk ke dalam mulut-mulut Anda yang mengerikan. Hamba
melihat beberapa di antaranya tersangkut dengan kepala-kepalanya hancur
di antara gigi-gigi Anda."<br />
<br />
yathā nadīnāṃ bahavombuvegāḥ<br />
samudram evābhimukhā dravanti<br />
tathā tavāmī naralokavīrā<br />
viśanti vaktrāṇy abhivijvalanti ||11.28|<br />
<br />
"Bagaikan ombak-ombak banyak sungai mengalir ke dalam lautan, seperti
itu pula semua kesatria yang hebat ini menyala dan masuk ke dalam
mulut-mulut Anda."<br />
<br />
yathā pradīptaṃ jvalanaṃ pataṅgā<br />
viśanti nāśāya samṛddhavegāḥ<br />
tathaiva nāśāya viśanti lokās<br />
tavāpi vaktrāṇi samṛddhavegāḥ ||11.29|<br />
<br />
"Hamba melihat semua orang lari dengan kecepatan penuh ke dalam
mulut-mulut Anda, bagaikan kupu-kupu yang terbang menuju kehancuran di
dalam api yang menyala."<br />
<br />
lelihyase grasamānaḥ samantāl<br />
lokān samagrān vadanair jvaladbhiḥ<br />
tejobhir āpūrya jagat samagraṃ<br />
bhāsas tavogrāḥ pratapanti viṣṇo ||11.30|<br />
<br />
"O Visnu, hamba melihat Anda menelan semua orang dari segala sisi
dengan mulut-mulut Anda yang mengeluarkan banyak api. Anda menutupi
seluruh alam semesta dengan cahaya Anda, Anda terwujud dengan
sinar-sinar yang mengerikan dan menganguskan."<br />
<br />
---<br />
OM Namo Bhagavate Vasudeva Ya <br />
OM Namo Narayana Ya </span></span></span></span></h5>
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjw33BloNhNky6armysQIUVJtessGp-lywY2j7MML6jYaYI0zKAxqwbnIGZNOpyKop9rYxqWEvtBQvAZzhAIFhx8JE8qO6sCI5nPM3tB-TOtg0Yq-cyVNn0S84oqwXje5kYgHsLuAUeQEPQ/s1600/alam-semesta-kitab-suci-weda.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="242" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjw33BloNhNky6armysQIUVJtessGp-lywY2j7MML6jYaYI0zKAxqwbnIGZNOpyKop9rYxqWEvtBQvAZzhAIFhx8JE8qO6sCI5nPM3tB-TOtg0Yq-cyVNn0S84oqwXje5kYgHsLuAUeQEPQ/s320/alam-semesta-kitab-suci-weda.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<span class="messageBody"><span class="userContent"><i> </i><span style="font-size: small;"><i>Sumber : http://www.facebook.com/vedanta.yoga/posts/358951320881336?comment_id=1949415&ref=notif&notif_t=like</i><b><br /></b></span></span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-75053690904980683732013-04-12T00:39:00.001-07:002013-04-12T22:24:38.271-07:00Siapakah Pembawa Ajaran Hindu Ke Dunia?<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><span style="font-size: small;">Om Swastiastu ...<br />Oleh : Sri Jahnava Nitai Das</span></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sejauh kita perhatikan dalam sejarah, Hindu Dharma tidak memiliki satu pendiri seperti agama-agama lain. Pustaka-pustaka suci kuno India (Veda) menyatakan bahwa dharma ini sesungguhnya didirikan atau berasal langsung dari Tuhan Sendiri (dharman tu saksadbhagavad pranitam). Dari sudut pandang kitab suci, ‘agama’ atau dharma ini termanifestasi bersamaan dengan setiap kali penciptaan oleh kehendak Tuhan. Setelah penciptaan siklik dari alam semesta yang menjadi tempat kita hidup saat ini, Tuhan Tertinggi yang disebut sebagai Narayana dalam Veda, mengajarkan dharma kepada Brahma, insan pertama di alam semesta. Brahma kemudian mengajarkannya kembali kepada putra-putranya, salah satunya adalah Narada, yang kemudian menyampaikannya lagi kepada Vyasa Mahamuni. Dengan cara inilah dharma yang purba ini diturunkan melalui sebuah rangkaian garis perguruan yang bermula langsung dari Tuhan melalui jutaan tahun yang tak terhitung lamanya.</span></span><br />
<br /><div class="fullpost">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dengan demikian agama yang bersumber dari Veda ini dikenal sebagai sanatana-dharma, atau agama yang kekal, karena ia melampaui segala konsep ruang dan waktu buatan manusia. Kita tidak boleh bingung antara sanatana dharma dengan keyakinan agama lain yang bersifat sektarian, karena sanatana dharma ini sungguh-sungguh merupakan fungsi yang asli dari sangjivatma, sebagaimana sifat cair tidaklah dapat dipisahkan dari air.Nama atau kata modern Hinduisme atau agama Hindu, merupakan istilah yang baru sajadikembangkan pemakaiannya kira-kira 700 tahun yang lalu oleh penjajah Muslim di India. Adasebuah sungai yang disebut Shindu, yang salah disebut oleh para penjajah ini sebagai Hindu.Semua orang yang tinggal di seberang sungai itu, tak peduli apapun keyakinannya, disebut oleh mereka orang-orang Hindu. Ajaran-ajaran suci dan nilai-nilai yang dianut oleh orang-orang ‘Hindu’ ini secara mudah juga mereka sebut agama Hindu, untuk membedakannya dari keyakinan yang mereka anut. Sehingga tentu saja salah apabila kita menyimpulkan bahwa ada kemungkinan kita dapat melacak sejarah awal agama kuno India berdasarkan penggunaan kata ini dalam sejarah. Kita harus mengetahui bahwa dalam kitab-kitab suci ‘Hindu’ yang purba ini tak dapat ditemukan satu kata Hindu pun. Namun kita menemukan kata sanatana-dharma(dharma yang kekal), vaidika-dharma (dharma dari Veda), bhagavata-dharma (dharma yang berasal dari Tuhan), dan sebagainya. Dharma ini senantiasa segar dan abadi. Artinya dia tidak pernah ketinggalan jaman dan ada untuk selamanya. Dijelaskan dalam sastra suci Veda bahwa kapanpun dharma ini melemahatau bahkan lenyap, maka Tuhan Sendiri akan turun membangunnya kembali. Salah satuny adalah ketika Beliau turun sebagai Sri Krishna 5000 tahun yang lalu. Beliau menegakkan kembali dharma dengan memusnahkan berbagai kekuatan jahat dan menyabdakan kembali Bhagavad-gita di tengah medan perang Kuruksetra. “Yada yada hi dharmasya glanir bhavati bharata abhyutthanam adharmasya tadatmanam srijamy aham,” Kapanpun prinsip-prinsip dharma mengalami kemunduran dan adharma merajalela, pada saat itu Aku (Tuhan) sendiri turun untuk menegakkannya kembali” (Bhagavad Gita 4.7). Dalam sejarah Veda, ada tak terhitung banyaknya orang-orang suci yang datang dan menyebarluaskan ajaran-ajaran rohani yang terkandung dalam Pustaka Suci Veda, tetapi tak satupun dapat disebut sebagai pendiri agama. Masing-masing adalah murid (sishya) dari seorang guru dan masing-masing juga menyampaikan pengetahuan yang sama sebagaimana diajarkan oleh gurunya terdahulu. Inilah sistem Veda, tidak ada pendiri, karena setiap orang pertama-tama dan utamanya adalah seorang murid. Dharma tidak bisa dibuat manusia, diawali oleh manusia, atau bahkan oleh makhluk-makhluk lain yang lebih dari manusia. Dharma dijelaskan sebagai ajaran dan petunjuk langsung dari Tuhan, “dharman tu saksad bhagavad pranitam.” Dharma ini tidak bermula dari makhluk fana apapun (apauruseya).</span></span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><span style="font-size: small;">Bagaimana kita bisa yakin bahwa ajaran Hindu yang bersumber pada Veda inisungguh-sungguh berasal dari Tuhan? Mudah saja, pertama tidak ada yang bisa membuktikan kapan Veda bermula. Veda sanatana, kekal abadi, anadi dan ananta, tiada awal dan akhirnya,karena Veda merupakan sabda-brahma yang memancar (nigama) langsung dari Tuhan YangMaha Esa, yang juga adalah sanatana, anadi, dan ananta. Kedua, Veda merupakanapauruseya, tidak berasal dari makhluk fana. Tidak satu agamapun yang bisa mengatakanajaran atau kitab sucinya apauruseya, semua agama lain terbukti memiliki nabi yang mengawaliberdirinya agama itu. Ketiga, hanya dalam Veda Tuhan Sendiri berjanji untuk menjaga dharma ini secara langsung. Beliau Sendiri bersedia menyisihkan keagungan-Nya (paratva) untuk turunke dunia menyelamatkan Veda-dharma. Beliau sungguh-sungguh menunjukkan betapa besarkasih sayang-Nya (vatsalyatva) bagi pengikut Veda. Untuk mereka Beliau menyediakan Diri-Nya untuk mudah didekati (saulabhya) dan dapat bekerja sama dengan mereka menjaga dharma (sausilya).</span></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dalam agama lain, ajaran seperti ini tidak ada. Secara logika (anumana) kita bisamenyimpulkan bahwa tuhan yang dipuja di sana bukanlah Tuhan Sejati, karena tuhan itu tidak mampu turun ke dunia. Apapun alasannya, apabila ada yang tidak bisa dilakukan oleh suatu Ada/Being (vastu), maka pastilah itu bukan Tuhan. Bagaimana mungkin ada tuhan yang tidak mampu melakukan sesuatu? Kemudian andaikata yang dipuja itu adalah Tuhan Sejati yang disebutkan juga dalam Veda, maka Tuhan menganggap selain Vedadharma tidak pantas atau tidak cukup layak mendapatkan perhatian yang besar. Buktinya Beliau tidak bersedia secara langsung turun ke dunia menjaga dharma non-vedik itu.</span></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hanya dari tiga kenyataan ini saja kita sudah mampu melihat bahwa Veda<span style="font-size: small;"> </span>dharma ini memang sungguh-sungguh berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Sebenarnya lebih mudah membuktikankeabsahan Veda dibandingkan ajaran-ajaran agama bernabi. Siapa bisa menjamin kalau manusia-manusia yang disebut nabi, yang lahir tidak lebih dari beberapa ribu tahun yang lalu itu, memang benar menerima wahyu dari Tuhan? Mereka hanya membawa suatu ajaran yang berasal entah dari mana dan bersifat eksternal (external unknown source). Mereka memaksa suatu masyarakat berubah di bawah ancaman dan hukuman. </span></span>
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><span style="font-size: small;">Berbeda dengan para Maharishi. Para Maharishi menyatakan bahwa mereka hanyalah menyampaikan dharma yang kekal, dharma yang terkandung dalam diri sejati kita. Mereka hanyalah berusaha mengembalikan apa yang sesungguhnya memang milik kita, menyatu dengan jati diri kita yang asli. Para Maharishi tidak datang untuk sekedar menyuruh kita tunduk kepada Tuhan dan diri mereka sebagai utusan-Nya. Beliau-beliau ini hanya menyatakan diri sebagai orang yang lebih dahulu menginsafi Brahman Tertinggi, kemudian mengajak kita untuk turut mengalami sendiri potensi tak terbatas kita dalam berhubungan dengan Brahman. Ajarannya merupakan cara kita melatih diri menginsafi dharma sejati kita. Inilah yang menjadi dasar ajaran rohani yang kini disebut Hindu itu. <span style="font-size: small;"> </span></span></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">U</span>ntuk tambahan silakan baca <a href="http://lingganarayana.blogspot.com/2009/08/pewahyuan-weda-dan-misteri-wahyu.html">http://lingganarayana.blogspot.com/2009/08/pewahyuan-weda-dan-misteri-wahyu.html</a><br />Sambil mencoba mengisi content blog dan usaha untuk belajar untuk menjadi seorang narablogger(bahasa orang yang senang ngeblog versi dagdigdug.com) biar ke tingkat advance, dengan melakukan survey atau lebih tepatnya mengamalkan ilmu follow the competitor, sampailah ke satu situs yang membuat jari-jari ini berhenti ngeklik dan membaca dengan intense. Karena apa? di salah satu situs yang sangat luar biasa saya menemukan satu artikel yang menguatkan atau melengkapi postingan awal saya(Wedangga=Weda Sruti?...). Situs ini layak mendapat 4 jempol(sampai jempol kaki), saya rekomendasikan dan saya jadikan inspirasi/patokan/referensi dalam konteks pengkajian wedangga baik secara keilmuan weda maupun keilmuan ilmiah. Situs yang beralamat di http://ngarayana.web.ugm.ac.id/ ini dikelola oleh admin dengan nickname ngarayana, yang sangat lugas dan cerdas, mengulas keilmuan weda yang dikomparasikan dengan keilmuan ilmiah, sungguh ruarrrr biasa, salut!<br />Kembali ke judul post, pada postigan tanggal Rabu, 12 Agustus 2009, Ngarayana menulis postingan judul "Poster kronologi pewahyuan Veda", saat membacanya hati saya langsung berkata "nah ini dia yang saya cari", langsung saya minta ijin untuk mengutipnya, membaginya disini dan mencoba mekomparasinya dengan wahyu wedangga.</span></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Pewahyuan Weda</span></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Dalam artikel tersebut, dijelaskan bagaimana proses kitab suci Weda diturunkan (Sruti) kepada 7 Sapta Maha Rsi yang akhirnya disusun menjadi kitab (Smerti) oleh Bagawan Abiyasa/Vyasa. Bahkan sampai-sampai menyertakan posternya segala (speechless saya bro, 4 thumbs up).<br />Menurut Kitab Weda yang konon telah diturunkan 1,9 Milyar tahun yang lalu (buset) dengan cara lisan(Sruti), akhirnya pada tahun 3.138 sm dikodifikasi, dikumpulkan dan ditulis ulang oleh Maha Rsi Vyasa. </span></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><span style="font-size: small;">Proses pewahyuan/penurunan weda ini dapat dilihat di kitab yajurveda 30.7:<br />Yajurveda 30.7<br />Tasmad Yajnat sarvahuta<br />Rcah samani jajnire<br />Chandami jajnire tasmad<br />Yajus tasmad ajayata<br />Artinya;<br />“Dari Tuhan Yang Maha Agung dan kepadanya umat manusia mempersembahkan berbagai yadnya dan daripadanya muncul Rgveda dan Sama veda. Daripadanya muncul yajurveda dan Samaveda“</span></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Dalam proses pewahyuan Weda tersebut, ada beberapa cara yang dikenal, diantaranya adalah :<br />1. Svaranada, gema yang diterima oleh para Rsi yang kemudian menjadi sadba Tuhan yang kemudian disampaikan kepada murid-muridnya.<br />2. Upanisad, pikiran para Rsi dimasuki oleh sabda Brahman dan berfungsi sebagai penghubung dalam kondisi pendidikan “Param-para”<br />3. Darsana atau Darsanam, dimana para Rsi berhadapan secara rohani dalam suatu situasi gaib yang bersifat spiritual.<br />4. Avatara, yakni pewahyuan dengan menerima langsung dari perwujudan Tuhan yang menjelma langsung ke dunia, seperti Arjuna menerima ajaran Bhagavad Gita dari Sri Krsna dalam medan perang Kurusetra<br />Sebagaimana dijelaskan dalam Brahma Samhita, Catur Veda diterima pertama kali dari Tuhan Yang Maha Esa oleh mahluk hidup yang pertama, yaitu Dewa Brahma. Dewa Brahma menurunkan ajaran Veda kepada sapta rsi (7 Rsi) yaitu;<br />1. Rsi Grtsamada, yang banyak disebut dalam hubungannya dengan turunya wahyu-wahyu pada Rgveda Mandala 2.<br />2. Rsi Visvamitra, yang dikaitkan dengan seluruh Mandala 3 Rgveda.<br />3. Rsi Vamadeva, yang dikaitkan dengan Mandala 4 Rgveda<br />4. Rsi Atri, yang berhubungan dengan Mandala 5 Rgveda. Dalam keluarga Rsi Atri disebut bahwa terdapat 36 Rsi penerima wahyu.<br />5. Rsi Bharadvaja, yang banyak dikaitkan dengan turunnya Mandala 6 Rgveda, kecuali beberapa bagian yang berhubungan dengan nama Sahotra dan Sarahotra.<br />6. Rsi Vasistha, yang banyak berhubungan dengan Mandala 7 Rgveda. Dalam kisah Mahabrata, rsi ini juga sering disamakan dengan Rsi Visvamitra.<br />7. Rsi Kanva, yang merupakan nama pribadi dan nama keluarga yang banyak dikaitkan dengan mandala 8 Rgveda. Adapun mandala 9 dan 10 adalah kumpulan wahyu yang diterima oleh beberapa Rsi yang lain.</span></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Penyampaian Veda kepada seluruh umat manusia berlangsung melalui sistem parampara dan sebagian besar hanya disampaikan secara lisan dari guru ke murid. Hal ini berlangsung selama jutaan tahun. Sampai akhirnya pada akhir jaman Dvaparayuga atau pada awal jaman Kaliyuga, Maha Rsi Vyasa (Veda Vyasa) yang diyakini sebagai Avatara Tuhan melakukan kodifikasi, pengumpulan dan penulisan ulang Veda. Hal ini beliau lakukan karena beliau sadar bahwa pada jaman Kaliyuga ingatan manusia akan merosot tajam sehingga untuk membantu pengajaran Veda selanjutnya diperlukan teks-teks Veda yang ditulis dalam kulit kayu, batu dan sejenisnya (ngarayana,2009, Poster kronologi pewahyuan weda,( <a href="http://www.ngarayana.web.ugm.ac.id/">www.ngarayana.web.ugm.ac.id</a> ).<br />Misteri Pewahyuan Wedangga<br />Nah wedangga atau diartikan "Weda Ana Ring Angga" adalah satu tingkatan spiritual dimana orang yang telah sampai di tingkat tersebut, akan bisa membahasakan bahasa roh dalam bentuk mantra atau bahasa, berkomunikasi dengan roh-roh suci, mempunyai kemampuan spiritual khusus dan dapat mendapat wahyu berupa pengetahuan spiritual.<br />Wedangga ini identik dengan kemampuan berbahasa (bahkan bisa berbicara arab, china, yahudi, latin/kristen dll, padahal orangnya gak pernah mempelajari bahasa tersebut) atau mengucapkan mantra-mantra tertentu sesuai maksud penggunaannya (sembahyang, pengobatan dan jaga diri) dan gerak-gerak (mudra) yang sangat kentara sebelum melakukan kegiatan terutama persembahyangan. Pewahyuan wedangga biasanya berlangsung dimana oarang tersebut masih dalam keadaan sadar ketika menyampaikan wahyu tersebut. Ini berbeda dengan praktek spiritual balian/mangku/jero dasaran (shamanic) yang umum di Bali. Kalau di Bali masih dipercaya satu orang dengan tingkatan tertentu yang dianggap mampu untuk menyampaikan pesan-pesan dari roh-roh. Biasanya menyampaikan pesan dari pitara/leluhur atau ida sesuhunan(roh yang menjadi sungsungannya dalam praktek spiritual) berupa pesan kehidupan, kesembuhan/sebab-sebab penyakit/malapetaka dan pengetahuan tentang kehidupan spiritual. Untuk Di Bali praktek-praktek pewahyuan dapat dibagi menjadi beberapa bagian:<br />1. Kerauhan<br />dimana mediator tidak sadarkan diri (trance) dalam menyampaikan pesannya, bisa melaksanakan kegiatan yang diluar nalar seperti: mendadak bisa menari, menusuk dirinya, bertingkah seperti binatang tertentu, di suatu kondisi tertentu berbahasa yang diluar kemampuannya (jawa kuno dll). Jika dilihat dari kaca spiritual, tampaknya mediator tersebut dipinjam raganya oleh roh-roh dengan energi yang lebih besar sehingga kadang-kadang terlihat mediator menjadi lemas setelah proses kerauhan tersebut dan pesannya kadang-kadang gak jelas (kadang dalam keadaan menangis atau marah-marah gak karuan.<br />2. Jero Dasaran/Mangku Tapakan<br />Ini biasanya dilaksanakan oleh seseorang yang mendapat pengakuan sosial dari masyarakat atau bisa dikatakan telah menjadi profesi di tingkat spiritual. Orang tersebut hanya bisa mengarahkan roh-roh mana yang akan dimasukan (katanya) sesuai dengan keinginan klien dengan perantaraan sarana sesajen tertentu(beras, air,dll). Biasanya pesannya dapat didengar dengan jelas dan terkontrol, namun masih bersifat kerauhan dimana mediator tidak sadarkan diri atau menggunan sarana dupa sebagai pertanda waktu mediator untuk menyadarkan diri, ketika dupa telah habis dan menyentuh tangannya (ya iyalah panas bok).<br />3. Titah/sabda<br />Ini biasanya diterima dimana kesadaran mediator masih dikontrol, biasanya mediator dalam prosesi spiritual tertentu (sembahyang, meditasi, bertapa). hanya didengar oleh mediator sendiri tidak bisa dibahasakan secara langsung bersifat pribadi.<br />4. Tutur<br />Ini berbeda dengan kerauhan dimana mediator melakukannya secara sadar. Namun pada waktu bicara, apa yang dibicarakan bukan berasal dari kehendak mediator. Biasanya berisi ajaran-ajaran atau ilmu pengetahuan spiritual untuk berkehidupan. Bahasanya dapat dimengerti, biasanya menggunakan bahasa Bali atau bahkan bahasa indonesia.Tentu hal ini sangat sulit dan hanya dapat dilakukan di tingkat spiritual tertentu, dimana keikhlasan dan pikiran mediator telah dapat dikendalikan, sehingga tidak bercampur dengan tutur tersebut. Ini biasanya dapat ditemukan setiap mengadakan persembahyangan bersama di pesraman(Purnama Tilem atau Tirtayathra). Tentu yang mampu sebagai mediator "tutur" tingkat wedangga-nya telah mumpuni dan telah mengetahui mantra kunci-kunci tertentu, agar pesan yang datang tersebut betul-betul dari beliau bukan dari roh-roh lain.<br />Jika dikaitkan dengan pewahyuan weda di atas nampak jelas beberapa persamaan dalam konteks pewahyuan terutama dalam Svaranada (gema yang diterima oleh para Rsi yang kemudian menjadi sadba Tuhan yang kemudian disampaikan kepada murid-muridnya). Namun tetap kami ingatkan Weda bersifat universal sedangkan wedangga untuk diri sendiri. Tutur hanya salah satu dari banyaknya ajaran agama untuk menuntun kita dalam kehidupan. Semoga bermanfaat.</span></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Om Shanti Shanti Shanti om...</span></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Sumber : Vedanta Yoga <a href="http://www.facebook.com/groups/diskusi.agama/">http://www.facebook.com/groups/diskusi.agama/</a></span></span>
</div>Unknownnoreply@blogger.com19tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-41972248487388769202013-03-31T22:41:00.001-07:002013-03-31T22:41:57.664-07:00Pemahaman dan Arti Simbol Ongkare Om Swastiastu...<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Salam Bhineka Tunggal Ika, hari ini saya ingin menyampaikan suatu karya tentang pemahaman simbol simbol dalam Hindu dimana simbol simbol tersebut sangat banyak macamnya dimana salah satunya adalah ONGKARE.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Para generasi Muda Hindu yang saya banggakan...wawasan akan Simbul Ongkare ini adalah karya tulis seorang teman bernama Dede Yasa Varmadeva, yang menjelaskan arti simbol simbol pada Ongkare. Untuk itu mari kita simak.</span></span><br /><div class="fullpost">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibaFxa991H_5cb4sPQ4sAqksQ6ZMEJw4NRw8NKPYpCW6nph262TRRvbBYrEUMInVZp1-oeujqs7TF3C1EXOoR0DqckPtxCr0rR1oKCwvIH4SKkH1F6s6cc6A6uCwRI5XYSBIb_a9bY6WDG/s1600/ongkare.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibaFxa991H_5cb4sPQ4sAqksQ6ZMEJw4NRw8NKPYpCW6nph262TRRvbBYrEUMInVZp1-oeujqs7TF3C1EXOoR0DqckPtxCr0rR1oKCwvIH4SKkH1F6s6cc6A6uCwRI5XYSBIb_a9bY6WDG/s640/ongkare.jpg" width="403" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<span class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"type":45}" id="fbPhotoPageCaption" tabindex="0"><span class="hasCaption"></span></span><br />
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_515919903ae5f8197280650">
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Sat = Yang tak berwujud<br /><br />
Untuk memudahkan manusia menuju Sat, maka dimunculkanlah Ong Kara. Dari
Ong Kara muncullah Dwi Aksara yaitu Ang dan Ah. Dwi Aksara juga adalah
perlambang Rwabhineda (Dualitas), Ang adalah Purusa (Bapa Akasha) dan Ah
adalah Prakerti (Ibu Prtivi).<br /><br /> Pada tahapan berikutnya, dari
Dwi Aksara ini muncullah Tri Aksara, yaitu Ang, Ung dan Mang. Dari
banyak sumber pustaka, dikataka<span class="text_exposed_show">n bahwa AUM inilah yang mengawali sehingga muncullah OM. (Apakah ini petunjuk bahwa ONG itu lebih dulu/tua daripada OM?)</span><br /><span class="text_exposed_show"> </span><br /><span class="text_exposed_show">
Pada tahapan berikutnya, dari Tri Aksara muncullah Panca Aksara, yaitu
SANG, BANG, TANG, ANG, dan ING. Dari Panca Aksara kemudian muncullah
Dasa Aksara, yaitu SANG, BANG, TANG, ANG, ING, NANG, MANG, SING, WANG,
dan YANG.</span><br /><span class="text_exposed_show"> </span><br /><span class="text_exposed_show"> Pada arah mata angin, Dasa Aksara terletak berurutan
dari Timur = SANG, Selatan = BANG, Barat = TANG, Utara = ANG, dan
tengah-tengah/poros/pusat = ING, kemudian Tenggara = Nang, Barat Daya =
Mang, Barat Laut = SING, Timur Laut = WANG dan tengah-tengah/poros/pusat
= YANG. Ada dua aksara yang menumpuk di tengah-tengah, yaitu ING dan
YANG. (Apakah ini asal muasal YING dan YANG?)</span><br /><span class="text_exposed_show"> </span><br /><span class="text_exposed_show"><span> Tapak Dara
(+) adalah simbol penyatuan Rwabhineda (Dualitas), (|) dan segitiga yang
puncaknya ke atas, mewakili Purusa/Bapa Akasha/Maskulin/Al/El/God/</span><wbr></wbr><span class="word_break"></span><span>Phallus. Sedangkan (-) dan segitiga yang puncaknya ke bawah mewakili Prakerti/Ibu Prtivi/Feminim/Aloah/</span><wbr></wbr><span class="word_break"></span>Eloah/Goddess/Uterus.</span><br /><span class="text_exposed_show"> </span><br /><span class="text_exposed_show">
Hanya dengan melampaui Rwabhineda (dualitas), menyatukan/melihat dalam
satu kesatuan yang utuh/keuTUHAN, maka pintu gerbang menuju Sat akan
ditemukan. KeuTUHAN disini, bukan menjadikan satu, namun merangkum
semuanya, menemukan intisari dari semua perbedaan yang ada tanpa
menghilangkan atau menghapus perbedaan yang ada. Bukan juga merangkul
semuanya dalam satu sistem tertentu, bukan juga untuk satu agama
tertentu, tapi temukan dan kumpulkanlah semua serpihan kebenaran yang
ada di setiap perbedaan yang membungkusnya. Inilah BHINEKA TUNGGAL IKA
TAN HANNA DHARMA MANGRWA.</span><br /><span class="text_exposed_show"> </span><br /><span class="text_exposed_show"> Memang pemahaman ini masih sulit
diterima oleh mereka yang terjebak dalam dogma dan doktrin agama
masing-masing. Pemahaman ini memang diperuntukkan bagi mereka yang akan
dan sedang menapaki jalan spiritual. Dan bagi mereka yang telah
melampaui jalan spiritualitas silahkan digunakan seperlunya.</span></span></span></div>
<span class="text_exposed_show"></span></div>
<span class="text_exposed_show"> <br /> Damai dan Cinta Kasih untuk semua... _/\_<br /> <br /> Ah... Ang... Ong _/\_</span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_515919903ae5f8197280650">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_515919903ae5f8197280650">
<span class="text_exposed_show">Sumber : <a href="http://www.facebook.com/photo.php?fbid=4713448956393&set=a.1056194087307.2009543.1299504799&type=1&ref=nf" target="_blank">http://www.facebook.com/photo.php?fbid=4713448956393&set=a.1056194087307.2009543.1299504799&type=1&ref=nf</a></span></div>
<span class="fbPhotoTagList" id="fbPhotoPageTagList"><span class="fcg"></span></span><br />
<span class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"type":45}" id="fbPhotoPageCaption" tabindex="0"><span class="hasCaption"></span></span>
</div>Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-10118524884428623892013-03-09T00:18:00.000-08:002013-03-09T00:35:48.550-08:00Filosofi, Arti dan Makna Warna Poleng Menurut Hindu Bali<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><span style="font-size: small;">O<span style="font-size: small;">m</span> Swastiastu...</span></span><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Hallooo...para gener<span style="font-size: small;">as</span>i muda hindu seluruh nusantara<span style="font-size: small;"> yang saya banggakan<span style="font-size: small;">, agak sedikit melenceng sesuai judul tetapi ini adalah ungkapan hati saya setelah sekian kali dan terus menerus terjadi di nusantara ini<span style="font-size: small;">,</span> b<span style="font-size: small;">elum kering kejadian Di Lampung Selatan sudah ada lagi luka baru di Sumbawa silakan baca ini <a href="http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-01-23/kerusuhan-berbau-etnis-terjadi-di-sumbawa/1077770" target="_blank">kerusuhan-berbau-etnis-terjadi-di-sumbawa</a></span></span></span></span></span></span></span> sungguh ironis negeri ini<span style="font-size: small;">.<span style="font-size: small;"> Dimana mana negeri ini sepertinya tidak bisa menghargai lagi arti PANCASILA dan Bhineka Tunggal Ika<span style="font-size: small;">. </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">K</span>ita sebagai gener<span style="font-size: small;">asi Hindu semestinya <span style="font-size: small;">menjadi lebih kuat dan Dharma dalam menerima semua kejadian itu...Karena KARMA<span style="font-size: small;">P<span style="font-size: small;">ALA akan berjalan <span style="font-size: small;">seiring waktu yang tidak bisa di lawan maupun dihancurkan<span style="font-size: small;">, <span style="font-size: small;">dimana setelah kerusuhan Sumbawa tersebut <span style="font-size: small;">pihak penegak hukum kembali melakukan Otopsi ulang <span style="font-size: small;">dengan akhir cerita hasil otopsi tersebut sangat di luar dugaan silakan baca ini <a href="http://www.sumbawanews.com/berita/dokter-forensik-kematian-arniati-disebabkan-kecelakaan" target="_blank">dokter-forensik-kematian-arniati-disebabkan-kecelakaan</a></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span> akhirnya <span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><u style="color: #073763;"><i><b><span class="hasCaption"> </span></b></i></u></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><u style="color: #073763;"><i><b><span class="hasCaption">Satyam Eva Jayate", "pada saatnya kebenaran lah yang akan menang".</span></b></i></u></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Tetapi <span style="font-size: small;">apa daya <span style="font-size: small;">setelah semua menjadi abu dan pengungsi yang mencapai ribuan <span style="font-size: small;">yang menjadi korban yang tidak bersalah<span style="font-size: small;">. </span></span></span>M</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span>udah mudahan untuk <span style="font-size: small;">berikutnya <span style="font-size: small;">tidak ada lagi keja<span style="font-size: small;">dian yang mengatasnamakan SARA di negeri ini. </span></span></span></div>
<div class="fullpost">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Untuk itu<span style="font-size: small;"> marilah kita membahas sesuai <span style="font-size: small;">judul diatas yaitu Filosofi, Arti dan Makna Warna Menurut Hindu Bali. Para generasi muda hindu kita saat ini <span style="font-size: small;">yang tidak mengetahui arti warna dan ma<span style="font-size: small;">k<span style="font-size: small;">nanya walaupun sangat sepele t<span style="font-size: small;">tetapi mempunyai arti yang sangat dalam bagi umat hind<span style="font-size: small;">u khususnya. <span style="font-size: small;">Agar nanti jika ada pertanyaan tentang hal tersebut dari si K ataupun <span style="font-size: small;">I kita bisa memberikan arti yang sesungguhnya mulai dari " kenapa pohon beringin itu dikasi/dililitkan kan <span style="font-size: small;">kain poleng ? dengan begitu <span style="font-size: small;">para generasi muda bisa memberikan arti penjelasan yang sebenarnya.</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<br />
<div class="mbl notesBlogText clearfix">
<br />
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Warna Poleng di
Bali mengandung makna yang tersendiri. Secara umum Poleng adalah
merupakan perpaduan warna hitam dan putih yang banyak sekali bisa kita
temukan di Bali. Warna ini merupakan makna sakral di Bali yang sampai
saat ini tetap ajeg dipergunakan dalam simbol-simbol kehidupan budaya
orang Bali. Orang Bali sudah terbiasa dengan warna ini dan
mempergunakannya dalam keseharian mereka, dan didalam permaknaan dalam
kehidupan mereka. Mereka secara sadar ataupun tidak telah ikut menjaga
dan melestarikan simbol-simbol budaya para leluhurnya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Dalam kehidupan orang Bali sebenarnya dikenal ada tiga macam warna Poleng.</span></span></div>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Poleng yang pertama, Warna poleng ”Hitam dan Putih” seperti warna
papan catur ini disebut dengan Poleng ”Rwa Bhineda”. Warna Poleng ini
terdiri dari warna hitam dan putih yang merupakan simbolik dari Dharma
dan Adharma, atau unsur positif dan unsur negatif.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Poleng yang kedua, perpaduan warna antara warna Hitam, warna Abu-abu,
dan warna Putih. Warna Poleng ini disebut dengan ”Poleng Sudhamala”.
Makna yang terkandung didalamnya yaitu warna Hitam merupakan simbol dari
Adharma/ unsur negatif, warna putih merupakan simbol dari Dharma/
unsur positif. Sedangkan warna abu-abu ini merupakan sebagai warna
penyelaras dari makna Dharma/ unsur Positif (Warna Putih) dan Adharma/
unsur negatif (warna Hitam).</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Warna Poleng yang ketiga, ”Poleng Tridatu” yaitu : kombinasi
perpaduan dari tiga warna yaitu : Warna Merah, Warna Hitam dan Warna
Putih. Warna Merah dalam ”Tridatu” ini merupakan lambang dari Rajas,
sifat energik. Warna hitam dalam Tridatu ini melambangkan Tamas, atau
sifat malas dan Warna Putih simbol dari Satwam yaitu kebijaksanaan atau
kebaikan. Adapula yang memaknai Warna tridatu ini sebagai perlambang
penyatuan dari Tri Murti yang mana warna Merah merupakan simbolik dari
Dewa Brahma, Warna Hitam simbolik dari Dewa Wisnu dan Putih merupakan
simbolik dari Dewa Siwa.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Warna Poleng secara umum pada masyarakat Hindu Bali biasa kita bisa
lihat dan dipergunakan pada pakaian Para Pecalang, pada Kul kul
(kentongan), patung-patung Penjaga Pintu Gerbang, atau juga biasanya
dipakai oleh para Balian. Kesemuanya itu tadi merupakan perlambang dari
Penjaga. </span></span></div>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br /></span></div>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;"></span></span><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;"></span></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Makna Filosofi dari Warna Poleng,<span style="font-size: small;"> </span>Poleng merupakan kampanye
sosial kita kepada masyarakat di seluruh dunia. Dengan makna poleng
hendaknya kita sebagai manusia merupakan p<span style="font-size: small;">e</span>njaga bagi kelestarian alam
dan warisan tradisi budaya kita. Melalui tema warna Poleng, menyerukan kepada kita semua ’Kita harus berbuat dalam rangka
Kelestarian Alam, pelestarian, pengembangan dan penggalian budaya
leluhur”. Dengan demikian, kita juga ikut menjaga alam Bali dan Budaya
masyarakat Bali khususny<span style="font-size: small;">.</span> </span></span></div>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Harapan kita bersama,<span style="font-size: small;"> </span>Makna Poleng merupakan sebuah kewajiban dan Dharma kita sebagai
manusia<span style="font-size: small;">.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Om <span style="font-size: small;">Shanti Shanti Shanti <span style="font-size: small;">Om...</span></span> </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"> </span> </span></span></div>
<i>Sumber: sujanatanahlot.com</i><span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-14255672376239555392012-12-03T23:48:00.001-08:002012-12-03T23:54:33.818-08:00MAKNA PURA MERU Dengan TUMPANGNYA<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Kali ini dalam tulisan ini saya mengangkat tentang Meru dengan Tumpangnya, dimana banyak sekali anak-anak maupun Generasi Muda Hindu yang belum mengetahuinya dikarenakan kebanyakan jawaban akan filosofinya belum memuaskan terutama jawaban orang tua kita dulu. <br />Sering Sekali termasuk saya sendiri kadang kadang tidak mengetahui arti dari Tumpang dari Pure Meru tersebut untuk itu maru kita membahasnya, mudahan pembahasan tulisan ini bisa memberikan pencerahan agar kita menjadi generasi muda Hindu kedepannya tidak ASBUT ( asal bunyi hehehe ) ketika ada pertanyaan tentang arti Tumpang dalam Pure Meru itu. Mari kita Simak di bawah ini :<br /><br /></span></div>
<div class="fullpost">
<span style="font-size: small;"><b>Om swastyastu</b></span><br />
<span style="font-size: small;"><b>Sy ingin mendiskusikan sesuatu sekiranya bila berkenan bg yg tahu mohon untuk disampaikan.</b></span><br />
<span style="font-size: small;"><b>1. Apa itu pura Meru?</b></span><br />
<span style="font-size: small;"><b>2. Apa fungsi dr pura meru itu sendiri??</b></span><br />
<span style="font-size: small;"><b>3. Mengapa ada Meru tumpang 11 dan tidak ada selebihnya?</b></span><br />
<span style="font-size: small;"><b>__/\__ rahayu</b></span> <br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;"><b>#Makna dan Fungsi Meru</b></span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Meru,
didasarkan kepada kutipan yang tercantum pada lontar-lontar warisan
leluhur seperti Lontar Andha Bhunana, mengandung makna simbolis atau
filsafat sbb.;</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Matang nyan meru mateges, me, ngaran meme,
ngaran ibu, ngaran pradana tattwa; muah ru, ngaran guru, ngaran bapa,
ngaran purusa tattwa, panunggalannya meru ngaran batur kalawasan petak.
Meru ngaran pratiwimbha andha bhuana tumpangnya pawakan patalaning
bhuana agung alit.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Artinya, "Oleh karena itu meru berasal
dari kata me, berarti meme = ibu = pradana tattwa, sedangkan ru berarti
guru = bapak = purusa tattwa, sehingga meru berarti batur kelawasan
petak (cikal bakal leluhur). Meru berarti lambang atau simbol alam
semesta, tingkatan atapnya merupakan simbol tingkatan lapisan alam
yaitu bhuana agung dan bhuana alit</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;"><b>Filosofi Atap..</b></span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Keindahan
dan keagungan meru ditonjolkan oleh bentuk atapnya yang
bertingkat-tingkat yang disebut atap tumpang. Ini dapat dibedakan atas
meru tumpang satu, dua, tiga, lima, tujuh, sembilan, dan sebelas.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Meru
sebagai perlambang atau simbolis alam semesta, tingkatan atapnya
merupakan simbolis tingkatan lapisan alam yaitu bhuana agung (alam besar
atau makrokosmos) dan bhuana alit (alam kecil atau mikrokosmos) dari
bawah ke atas sebanyak sebelas tingkatan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Tingkatan
tersebut yaitu 1 = Sekala, 2 = Niskala, 3 = Cunya, 4 = Taya, 5 =
Nirbana, 6 = Moksa, 7 = Suksmataya, 8 = Turnyanta, 9 = Ghoryanta, 10 =
Acintyataya, dan 11 = Cayen.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Ada juga meru beratap 21,
namun biasanya ini dapat dilihat pada wadah atau bade pada saat ada
upacara ngaben di Bali. Meru "khusus" ini memiliki pengertian Dasa
Dewata sebagai dasar pokok, kemudian ditambah 11 tangga atma sebagai
kelanjutannya. ampura.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Apa fungsi pura meru?..., meru
bermakna sebagai perlambang Gunung Mahameru, perlambang Tuhan Yang Maha
Esa (alam semesta) dan "Ibu Bapak" (purusa pradhana), berfungsi sebagai
tempat pemujaan atau stana para dewa-dewi, betara batari, dan roh suci
leluhur. Hal ini lebih tegas juga diuraikan dalam Lontar Purana Dewa,
Kesuma Dewa, Widhi Sastra, Wariga Catur Winasa Sari dan Jaya Purana.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Tingkatan-tingkatan
atap meru adalah simbolisasi penyatuan dasa aksara (huruf suci)
sebagai urip (jiwa) dari meru atau alam semesta. Sepuluh huruf suci ini
merupakan urip bhuana yang letaknya di 10 penjuru alam semesta
termasuk di tengah.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Ke-10 huruf itu adalah huruf suci sa (letaknya
di timur, dewanya Iswara dan warnanya putih), ba (selatan, Brahma,
merah), ta (barat, Mahadewa, kuning) a (utara, Wisnu, hitam), i
(tengah, Ciwa, campuran atau panca warna), na (tenggara, Mahesora,
merah muda atau dadu), ma (barat daya, Rudra, jingga), si (barat laut,
Sangkara, hijau), wa (timur laut, Sambu, biru) dan ya (tengah atas,
Ciwa, panca warna).</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Penunggalan 10 huruf itu menjadi satu
lambang aksara suci bagi umat Hindu yaitu Omkara (huruf suci Sanghyang
Widi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa). Sedangkan pengejawatahan ke-10 huruf
suci dan huruf suci Omkara dalam meru diuraikan sbb.:</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">* Meru beratap 11 adalah lambang dari 11 huruf suci -- 10 huruf suci + huruf suci Omkara sebagai lambang Eka Dasa Dewata.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">*
Meru beratap 9 adalah lambang 8 huruf di seluruh penjuru (sa, ba, ta,
a, na, ma, si, wa) + satu huruf Omkara di tengah, 9 huruf itu lambang
Dewata Nawa Sanga.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">* Meru beratap 7 adalah lambang 4 huruf (sa, ba, ta, a) + 3 huruf di tengah (i, Omkara, ya). Ini lambang Sapta Dewata/Rsi.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">* Meru beratap 5 adalah simbolis dari 5 huruf (sa, ba, ta, a) + satu huruf Omkara di tengah. Ini lambang Panca Dewata.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">*
Meru beratap 3 adalah simbolis dari 3 huruf di tengah (i, Omkara, ya),
merupakan lambang Tri Purusa yaitu Parama Siwa, Sada Siwa dan Siwa.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">* Meru beratap 2 adalah simbolis dari dua huruf di tengah (i, ya) adalah lambang dari Purusa dan Pradhana (Ibu-Bapak).</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">*
Meru beratap satu adalah simbolis dari penunggalan ke-10 huruf suci
itu yaitu "Om" atau Omkara sebagai perlambang Sang Hyang Tunggal
(Sanghyang Widi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa).<br /><br />Demikianlah diatas tentang Pure Meru dan Tumpangnya , semoga Hal tersebut bisa memberikan penjelasan yang berarti buat Generasi Muda Hindu untuk kedepannya dengan mejadi SDM Hindu yang kritis dalam setiap Waktu.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;"><b>Om Shanti Shanti Shanti Om...</b></span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">SUMBER :</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Lontar dan Purana</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">http://www.facebook.com/bram.palapa</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">http://www.facebook.com/groups/106340702721484/</span><br />
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-3962398488220694582012-11-06T23:24:00.000-08:002012-11-08T21:50:32.104-08:00Sejarah/Babad Penaklukan Bali atas Majapahit<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-weight: normal;">
<span style="font-size: small;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Mendengar
kisah duka di Lampung dan adanya wacana "Bali Merdeka",..tiba-tiba
timbul keinginan hati utk membuka lg sejarah/Babad Penaklukan Bali atas
Majapahit....Konon kabarnya selama Patih Kebo Iwa dari Bali tetap hidup,
Bali tak bisa dikalahkan.....<br /> <br /> Ketika perang tanding terjadi,
disaat Patih Gajahmada sudah tercekik , mendadak timbul niat Kebo Iwa
untuk menunda kematian Gajahmada dengan cara ingin tahu mengapa
Gajahmada seorang Mahapatih yang begitu tersohor namanya, menghadapi
Kebo Iwa seorang diri saja masih mempergunakan tipu daya dengan cara
mengubur Kebo Iwa dalam sumur- hidup hidup.<br /> <br /><div class="fullpost">
<div class="text_exposed_show">
Gajahmada dengan Isak tangisnya menyatakan bahwa : Disatu sisi dia
mengakui kedigjayaan Kebo Iwa Ksatria Bali, tapi disisi lain dia harus
konsisten dengan keinginan luhurnya mempersatukan Nusantara.<br />
<br />
Begitu Kebo Iwa mendengarkan kesaksian Gajahmada yang jujur dan misi
yang luar biasa ini "MEMPERSATUKAN NUSANTARA" maka menangislah Kebo Iwa ,
disatu sisi dia adalah kesatria yang pantang menyerah, disisi lain Kebo
Iwa ingin mensuport perjuangan untuk mempersatukan Nusantara, akhirnya
Kebo Iwa memilih jalan Ksatria, dengan jalan membuka rahasia
kelemahannya<br />
<br />
“Wahai Patih Gajah Mada ! Cita-citamu untuk
membuat nusantara menjadi satu dan kuat kiranya dapat aku mengerti,
namun selama ragaku tetap hidup sebagai abdi rajaku, aku akan menjadi
penghalangmu. Maka, taklukkan aku, hilangkan kesaktianku dengan
menyiramkan bubuk kapur ke tubuhku.<br />
..............................<wbr></wbr><span class="word_break"></span>....................<br />
<br />
Akhirnya , sebelum kepergiannya, dengan sisa tenaga yang ada, Patih
Kebo Iwa mengutarakan apa yang ingin dikatakan untuk terakhir kali.<br />
Patih Kebo Iwa :<br />
“Kiranya kematianku tidak sia-sia …biarlah nusantara yang kuat bersatu
sebagai hasil yang pantas atas harga hidupku”. … dan pertiwi pun ikut
menangis melepas kepergian salah satu putra terbaiknya.<br />
<br />
Patih Gajah Mada dengan raut muka sedih, memberikan jawaban atas perkataan Patih Kebo Iwa.<br />
Gajah Mada :<br />
“Kepergianmu sebagai tokoh besar akan terkenang dalam sejarah… "SEJARAH
SUATU NUSANTARA YANG SATU DAN KUAT”. Semesta akan tetap mencatat bahwa
pernah dalam suatu masa hidup seorang patih tertangguh dalam sejarah
Bali<br />
<br />
Menyimak akan tulisan diatas mengingatkan kita bagaimana para pahlawan Bali memberikan kemerdekaan itu kepada kita, maka gunakanlah kemerdekaan itu dangan sebaek-baeknya. Walau kecewa, sedih dan Emosi tingkat tinggi tapi Pikiran mesti tetap dingin dalam menanggapi segala sesuatunya karena suatu saat kebenaran akan terjawab atas Karma yang telah dilakukan...<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>Dalam Buku Slokantara Sloka 78 (176-182) </b><br />
<b>tentang keutamaan dan sebutan lain Kali Yuga:</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Di masa besar zaman Kali ialah pemberian itu yang diutamakan dan
dihargai setinggi awan oleh masyarakat. Oleh karena inilah, di zaman
Kali ini orang-orang jahat dan gila (tetapi kaya), tegasnya yang jahat
dan rusuh itu sumber-sumber kehancuran, mereka menyakiti orang-orang
baik. Zaman ini juga dinamai Zaman Besi, terbukti di mana-mana terjadi
peperangan, kekerasan lawan kekerasan (besi lawan besi).</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Dalam
Kitab Kakawin Niti Çastra Sargah IV, Kakawin Wirama Dasar: </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Wirat, Kadang
Wirama: Ragakusuma, 13-14 (31-32), tentang sifat, letak hidup, umur
manusia dan panjang jaman Kali Yuga :<span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Dan zaman sekarang ini
dimaksudkan dalam zaman Kali, saat mana ada-ada saja yang menjadi bahan
perselisihan, bahan perkelahian selalu timbul kekerasan dan dilawan
pula dengan kekerasan, tidak ada manusia berhati emas, semua berhati
besi untuk menghancurkan manusia lainnya, hidup teletak di sumsum
tulang, umur manusia tinggal 100 tahun dan akhirnya umur manusia hanya
tinggal ± 83 tahun (1.000 bulan) dan pada jaman penghabisan umur manusia
di zaman Kali 40 tahunlah batas umur manusia.</span></span></b></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyT3UohjbiC1rdCh87yp-Im0x7p_82y1WHla-Qc8beczmGDc0ofaZxHIu5O3MxZTrkQMkEl4_rQTvCTVOMXZE4lIjtEV1L06hulGss2HVyj1K1cBYTxiHJYPqoamMFriHEiVVLmAZsT-aT/s1600/siattipat1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="168" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyT3UohjbiC1rdCh87yp-Im0x7p_82y1WHla-Qc8beczmGDc0ofaZxHIu5O3MxZTrkQMkEl4_rQTvCTVOMXZE4lIjtEV1L06hulGss2HVyj1K1cBYTxiHJYPqoamMFriHEiVVLmAZsT-aT/s320/siattipat1.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<span style="font-size: small;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Sahabat Generasi Muda Hindu,</span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Mari kita merenung,...dalam
menyikapi "Tragedi Lampung",...masihkah kita ingin Bali Merdeka atau
tetap mempertahankan misi pendahulu kita, : Kebo Iwa dan Gajah Mada
...NUSANTARA YANG SATU DAN KUAT ????</span></span></span><br />
<br />
<br />
Sumber : http://www.facebook.com/groups/bangkithindu/</div>
</div>
</span></span></span></h5>
Unknownnoreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-28804073397652971052012-11-01T23:52:00.003-07:002012-11-22T21:04:47.241-08:00Aksi Solidaritas Umat Hindu Untuk Lampung Selatan<b>OM Swastiastu,</b><br />
<br />
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Salam sejahtera bagi kita semua...</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Seperti kita ketahui disana sekarang tengah berlangsung konflik dan tragedi kemanusiaan, dimana karena salah paham, dimana saudara kita ceritanya berniat menolong yang jatuh dari sepeda motor, namun oleh warga lampung mengira bahwa saudara kita itu melakukan pelecehan seksual.. dan juga karena alasan yang lain, saudara kita para transmigran dari Bali di kepung dan di serang sehingga banyak jatuh korban. Ratusan rumah hancur terbakar karena penyerangan ini.. Transmigran bali banyak yang mengungsi..Mengenai Kronologi yang di Rilis Resmi oleh POLRI silakan baca disini <span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><a href="http://www.polri.go.id/berita/15831" rel="nofollow nofollow" target="_blank">http://www.polri.go.id/berita/<wbr></wbr>15831</a></span></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
YJHN berkerjasama dengan Hindu-Bali untuk pengumpulan dana punie, setelah terkumpul dari perwakilan YJHN akan pergi ke Lampung Selatan tempat para pengungsi Korban konflik dengan membawakan bantuan dan juga biasanya melaksanakan Dharma Wacana untuk pencerahan Rohani terhadap umat yang mungkin trauma dgn kejadian konflik tersebut, karena biasanya setiap berangkat selalu bersama Sulinggih ngiring Ida ke daerah yang di tuju.</div>
<div class="fullpost">
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b>Untuk itu kami memutuskan untuk membuka program penggalangan dana bantuan Kemanusian, dimana punia ini saudara semua bisa transfer langsung ke rekening YJHN dengan nomor rekening :</b></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<b>Bank BNI 46 :</b></div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> 5111120113</span> >>> (a/n: Yayasan Jaringan Hindu Nusantara)</b></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b>Teknis pelaksanaan punia ini adalah, saudara semua melakukan transfer ke rekening YJHN, setelah itu kami mohon sekali untuk melakukan konfirmasi punia ke inbox Hindu Bali disini dan juga ke nomor pribadi Bapak Kantha Adnyana selaku ketua YJHN di nomor : 08123627489.</b></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b>atau dengan mengklik menu pilihan di atas ( Dana Punie YHJN ).</b></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Nanti setelah penutupan, punia akan di rekap dan akan di laporkan ke Forum Hindu-Bali dan Forum YHJN di facebook, dan kami akan menerbitkan note khusus siapa-siapa saja yang telah melakukan punia secara transparant.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Setelah itu kami akan mengupdate info perihal keberangkatan pengiriman bantuan kemanusian dan yadnya ke lampung baik berita dan juga foto untuk transparansinya. Rekapan Sementara Dana Punie yang terkumpul bisa dilihat disini <a href="http://www.facebook.com/notes/hindu-bali/rekapan-sementara-dompet-peduli-saudara-di-lampung-rp10680178-/503163279706323" target="_blank">Hindu Bali</a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Semua punia yang masuk tidak akan dikurangi biaya keberangkatan, jadi biaya akan di tanggung sendiri oleh YJHN dan tidak akan di ambil dari dana punia.. karena kami disini memang misi untuk ngayah dan mekarma yang baik.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Akhir kata, tiyang mengetuk pintu hati semeton dan mohon untuk ikut berpartisipasi mengirimkan punianya kepada semeton kita di Lampung, sekecil apapun dana yang diberikan akan sangat bernilai dan berguna.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Untuk sementara kami belum membuka punia di luar uang dikarenakan masalah transportasi kesana supaya prosesnya tidak semakin lama karena ekspedisi dan pengiriman ke daerah tujuan, jadi paling praktis dan cepat adalah punia berupa uang, disana nanti bisa kami gunakan untuk membeli keperluan yang mendesak bagi saudara kita disana seperti sandang pangan dan lainnya.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b>NB: Mohon membantu menshare postingan ini ke rekan yang lain agar program ini bisa berjalan dengan sukses. </b><br />
<b>Penutupan Dana Punie ini terakhir Tgl 9 November 2012.Terimakasih. Total Dana Yang sudah masuk bisa dilihat bawah ini. Mengenai detailnya silakan Masuk Page Hindu Bali dan Yayasan Jaringan Hindu Nusantara di Facebook. </b><br />
<b><br /></b>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8i_TbJmx-gVxMYDfW0Vc_BHN7Sku4TMNd38m5qhGWrbeWxUL8pkEzrC5A80xZbsNIwpS8c8N2eZJ-akfrrlVQFHIBKDPDvjzhKUNZeWi9boYkRALsTOFMYGH46b4sdzVegGZlAHQYuVtl/s1600/total+dana+punie+yg+masuk.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8i_TbJmx-gVxMYDfW0Vc_BHN7Sku4TMNd38m5qhGWrbeWxUL8pkEzrC5A80xZbsNIwpS8c8N2eZJ-akfrrlVQFHIBKDPDvjzhKUNZeWi9boYkRALsTOFMYGH46b4sdzVegGZlAHQYuVtl/s320/total+dana+punie+yg+masuk.jpg" width="320" /></a></div>
<b><br /></b></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiy-0CjXE2HgIhemlFl_isAsvgVpLylwCVBvqyb4nOVVfFyEOcwJAxEqq1Ln_gmSRU4L2E2cPQTCGA3VvTX7lgvnBTorVDnVOptrZRhW2c2UIUpBx0NS6jJw67UCAwQnY4VjQbWx5MIXaJR/s1600/balinuraga.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiy-0CjXE2HgIhemlFl_isAsvgVpLylwCVBvqyb4nOVVfFyEOcwJAxEqq1Ln_gmSRU4L2E2cPQTCGA3VvTX7lgvnBTorVDnVOptrZRhW2c2UIUpBx0NS6jJw67UCAwQnY4VjQbWx5MIXaJR/s320/balinuraga.jpg" width="320" /></a></div>
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Semoga karma semeton semua mendapatkan Phala yang terbaik bagi semeton di kehidupan sekarang dan anak cucu nanti... Suksma,</div>
<br />
<b>OM Shanti, Shanti, Shanti OM</b><br />
<br />
<b>Sumber :</b><br />
Hindu Bali<br />
YHJN
</div>
Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-89913217083951708002012-09-19T22:26:00.000-07:002012-09-20T00:51:14.910-07:00Adat Dapat Menyesatkan Tanpa Dasar Kitab Suci Weda<b><i> Om Swastiastu...</i></b><br />
<i><br /></i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Adat Bali yang begitu komplek dan luas sebagai panutan masyarakat Bali bisa menjadi kesalah pahaman dan menjurus ke hal hal yang jauh dari konsep kehidupan bermasyarakat dengan istilah Menyame Braye. Contoh kecil dimana adat itu masih digunakan sampai sekarang adalah Tajen ( Sabung ayam ). Memang diakui tajen ini adalah salah satu peninggalan leluhur yang biasa disebut dengan Upacara Tabuh Rah. Tapi sebenarnya sekarang samakah Tajen dengan Tabuh Rah maka saya disini akan membahasnya sedikit agar para generasi muda berikutnya tidak menjadi salah paham dan diartikan negatif oleh orang dauh tukad. </span></div>
<div class="fullpost">
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-WUCm5SMBzboHhM30SU4KC7jueTi1YMPHXvOQve88v9q816K1sEiW5lxFYeQDoXcYi7V5e1cNV9kxDB4viIKHYDi25GwRkGk_Y5cOv4xOUPENHnozcR9jCN-pQHRkv25z8N3BlvyuuwjS/s1600/DSC_7390a+%28Small%29.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="208" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-WUCm5SMBzboHhM30SU4KC7jueTi1YMPHXvOQve88v9q816K1sEiW5lxFYeQDoXcYi7V5e1cNV9kxDB4viIKHYDi25GwRkGk_Y5cOv4xOUPENHnozcR9jCN-pQHRkv25z8N3BlvyuuwjS/s320/DSC_7390a+%28Small%29.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>TABUH RAH TIDAK SAMA DENGAN TAJEN</b></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Tabuh Rah adalah bagian dari upacara
agama khususnya dalam upacara pecaruan. Tajen adalah adu ayam bertujuan
judi dan pertaruhan.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Mengenai Tabuh Rah, sudah diatur dalam
Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-aspek Agama Hindu hasil seminar PHDI
tahun 1976 di Denpasar. Sumber sastra Tabuh Rah adalah: Lontar
Siwatattwapurana dan Yadnyaprakerti.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Pelaksanaan Tabuh Rah adalah upakara
(banten) diiringi puja mantra yang dilengkapi dengan taburan darah
binatang korban antara lain ayam, itik, babi, kerbau di mana darahnya
keluar dari di sambleh atau perang sata, dilanjutkan dengan mengadu
kemiri, telor, kelapa.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Perang sata (adu ayam) dalam Tabuh Rah
hanya dilaksanakan tiga ronde (telung perahatan) di tempat melaksanakan
upacara agama, dapat menggunakan toh (taruhan) tetapi hasil kemenangan
taruhan itu dihaturkan seluruhnya sebagai dana punia kepada Sang
Yajamana.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Adu ayam yang pelaksanaannya menyimpang dari ketentuan-ketentuan di atas tidak dapat disebut sebagai Tabuh Rah.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Maka Tajen otentik menjadi judi, karena dalam Hindu, Judi dilarang berdasarkan Kitab
suci Manawa Dharmasastra Buku IX (Atha Nawano dhyayah) sloka 221, 222,
223, 224, 225, 226, 227, dan 228 dengan jelas menyebutkan adanya
larangan itu.Sloka 223 membedakan antara perjudian
dengan pertaruhan. Bila objeknya benda-benda tak berjiwa disebut
perjudian, sedangkan bila objeknya mahluk hidup disebut pertaruhan. <span id="more-465"></span>Benda tak berjiwa misalnya uang, mobil,
tanah, rumah, dsb. Mahluk hidup misalnya binatang peliharaan, manusia,
bahkan istri sendiri seperti yang dilakukan oleh Panca Pandawa dalam
ephos Bharatha Yuda ketika Dewi Drupadi dijadikan objek pertaruhan
melawan Korawa.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Sehingga Tajen adalah salah satu contoh penyimpangan yang diadat adatkan yang sangat merugikan kita(Hindu) khususnya warga Bali, dengan akibat dan dampak segnifikan terhadap kehidupan sosial masyarakat Hindu Bali sekarang.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Generasi Muda yang saya banggakan untuk itu saya memulai tentang kenapa saya mengambil judul <b style="color: #990000;">Adat Dapat Menyesatkan Tanpa Dasar Kitab Suci Weda </b>yang saya dapatkan dari salah satu sumber tertulis Di <b>Bali Post </b>yang mungkin bisa menjadi intropeksi diri adat serta awig awig adat untuk dibenahi sesuai dengan konsep Nyame Braye kita.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<a href="http://www.facebook.com/notes/coon-bedude-punk/adat-dapat-menyesatkan-tanpa-dasar-kitab-suci/433848273333427"></a><i>Ya veda vahyah smrtayo</i><br />
<i>saryasca kasca kudrstayah</i><br />
<i>sarvasta nisphalah pretya</i><br />
<i>tamo nistha hitah smrtah</i><br />
(<b>Manawa Dharmasastra XII,95</b>).<br />
<br />
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>Maksudnya</b>:
Adat istiadat yang tidak berdasarkan kitab suci Veda (Sruti dan Smrti)
yang disebut kudrsta tidak akan memberikan pahala mulia karena
didasarkan pada kegelapan (guna tamas).</span></div>
<br />
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">MENGAMALKAN ajaran
suci Veda memang harus diadatkan atau dijadikan kebiasaan sehari-hari.
Kebiasaan-kebiasaan hidup ajakan untuk mentradisikan ajaran Veda ini
dinyatakan oleh Sarasamuscaya 260 dengan istilah Vedaabhyasa — artinya
tradisikanlah ajaran Veda tersebut.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Veda itu sabda suci
Tuhan, tradisi itu dibuat oleh manusia. Veda itu kebenaran yang kekal
abadi atau sanatana dharma, sedangkan penerapannya oleh manusia
bersifat nutana yang artinya terus menerus diremajakan dalam metode
penerapannya sehingga dapat mengikuti perkembangan zaman. Dalam adat
itu harus terus menerus ada proses nutana.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Mengendalikan
dinamika adat tidaklah gampang. Karena itu, dalam melakukan perubahan,
adat itu harus terus menerus mendapatkan tuntunan dari Hyang Widhi
Wasa. Hal inilah yang menyebabkan Mpu Kuturan menganjurkan cara di
setiap Desa Pakraman didirikan pemujaan Sang Hyang Widhi Wasa dalam
manifestasinya sebagai Sang Hyang Tri Murti. Pemujaan itu untuk
menuntun agar umat Hindu di Desa Pakraman menjadikan ajaran tri kona
itu sebagai dasar mengendalikan dinamika adat istiadat.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Ajaran
tn kona adalah atpati (kreatif menciptakan Sesuatu yang sepatutnya
thciptakan), shiti (berupaya untuk memelihara dan melindungi sesuatu
yang sepatutnya dipelihara dan dilindungi) dan pralina artinya berusaha
keras untuk menghilangkan sesuatu yang sudah usang dan amat menjadi
penglialang tegaknya dharma. Ajaran tri kona inilah yang memelihara
dinamika adat-istiadat Hindu agar nutana itu menjaga sanatana dharma.
Artinya, dinamika adat istiadat itu justru untuk menguatkan pengamalan
ajaràn suci Veda.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Karena itu, dinamika adat itu hendaknya
dikendalikan dengan sikap yang didasarkan pada pemahaman kitab suci
yang benar. Tujuan mengadatkan ajaran suci itu agar ajaran suci itu
langgeng (sanatana dharma) menjadi landasan hidup dan kehidupan di bumi
ini. Hidup ini adalah proses perubahan yang terus menerus, karena itu
penerapannya pun harus .terus diproses dengan konsep tri kona.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dalam
kasus adat umat Hindu di Bali, banyak hal yang seharusnya dikerjakan
oleh berbagai pihak. Masih banyak adat-istiadat yang belum diproses
secara sadar dengan baik dan benar bendasarkan konsep sanatana dharma,
nutana dan tri kona. Misalnya menyangkut kedudukan wanita, masih banyak
adat yang tidak mendudukkan wanita setara dengan kaum pria. Umumnya,
dalam adat di kalangan umat Hindu di Bali wanita tidak boleh menjadi
akhli waris.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pun soal kesalahpahaman tentang konsep
wangsa. Wangsa adalah sistem sosial umat Hindu berdasarkan keturunan
untuk menguatkan bhakti pada leluhur (dewa pitara). Konsep wangsa bukan
untuk menentukan tinggi rendahnya harkat dan martabat wangsa itu.
Dalam setiap wangsa ada yang berprofesi sebagai brahmana, sebagai
ksatriya, vaisya dan sudra. Tinggi rendahnya harkat dan martabat
seseorang ditentukan oleh perbuatannya (vrtam eva itu karanam), bukan
oleh wangsa-nya maupun varna-nya.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pun setiap varna
berasal dari berbagai wangsa. Umat Hindu yang menjadi pandita berasal
dari berbagai wangsa atau keturunan. Pada kenyataannya, orang yang sama
keturunannya tidak sama profesi atau vanna-nya. Ma yang menjadi
pandita, dosen, ada pengusaha, jadi birokrat, petani, buruh, dan
seterusnya.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pada kenyataannya, antara satu profesi dan
profesi yang lainnya saling membutuhkan secara sinergis. Brahmana varna
membutuhkan adanya ksatriya varna. Demikian juga pada varna-varna yang
lainnya. Hubungan antar-varna dalam konsep catur varna itu adalah
hubungan yang setara dan horizontal. Bukan hubungan vertikal genealogis
seperti pengertian orang pada kasta dewasa ini.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Untuk
tidak mengacaukan kehidupan umat oleh kesalahan dalam menerapkan adat
istiadat itu, hendaknya dikembalikan konsepnya pada konsep wangsa,
varna dan kasta yang ditetapkan sesuai dengan konsepnya yang benar
menurut ketentuan kitab suci. Dengan demikian, semua itu agar
eksistensinya sesuai dengan konsepnya yang benar.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Ada
anggota krama adat yang dianggap bersalah, ketika meninggal dunia,
jenazahnya tidak boleh dikubur. Ada juga pelarangan mengubur karena
sebab-sebab lain. Adat ini perlu direnungkan kembali agar tidak semakin
jauh dari konsep ajaran pustaka suci. Menurut Lontar Gayatri, atma
atau roh orang yang meninggal disebut preta. Selama ia belum di-aben,
sang preta dikuasai oleh sedahan setra di kuburan.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Sementara
kalau sudah diaben, atma atau roh itu disebut pitara — sudah boleh
kembali ke rumah asal dan berada di balai gede. Maka setiap Galungan
diaturkan sodahan di balai gede. Kalau sudah diupacarai atma wedana,
Sang Hyang Atma sudah disebut dewa pitara. Menurut Lontar Purwa Bumi
Kamula dan lontar-lontar lainnya, Sang Hyang Atma yang sudah disebut
dewa pitara distanakan dengan upacara dewa pitara pratista atau
ngalinggihang Dewa Hyang di palinggih Kamulan.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Di
palinggih Kamulan inilah stana Sang Hyang Atma menetap, bukan di
kuburan. Kuburan hanya tempat sementara. Karena itu, tidaklah tepat
adat menghukum umat dilarang mengubur. Penggunaan kuburan oleh orang
yang meninggal bersifat tidak permanen. Demikian juga umat Hindu punya
ajaran ”tattwam asi” — wasu dewa kutum bhakam.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Semua
manusia bersaudara. Di Bali juga ada adat “penanjung batu”. Artinya,
orang boleh mengubur di kuburan dimana yang bersangkutan tidak sebagai
krama Desa Adat di Desa Pakraman tersebut dengan cara melakukan tata
cara adat “penanjung batu”. Dengan demikian, umat Hindu yang tidak
sebagai anggota krama di suatu Desa Adat dapat melaksanakan penguburan.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Nah,
adat dalam hal ini menjadi tidak menakutkan. Marilah benahi adat
istiadat yang sudah usang itu dan bangun adat yang berdasarkan kitab
suci. Rahayu...</span></div>
<br />
Dimensi – Balipost Minggu, 24 Januari 2010.<br />
<b>Adat Dapat Menyesatkan</b><br />
<b> Tanpa Dasar Kitab Suci</b> Oleh : Drs. I Ketut Wiana, M.Ag.<br />
<b>Sumber Referensi :</b><br />
http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=1537&Itemid=79<br />
http://stitidharma.org/judi-dalam-pandangan-hindu/<br />
<br />
<b><i>Om Shanti Shanti Shanti om...</i></b>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-16787977133176252052012-09-13T00:44:00.002-07:002012-09-13T00:58:00.891-07:00Peranan Wanita didalam Hindu dan Weda<b>Om Swastiastu....</b><br />
<br />
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;">Ada suatu pertanyaan yang kadang kadang membuat kita sebagai umat Hindu keturunan Bali, Kenapa lebih mengutamakan seorang anak keturunan Putra ( Laki ) dari pada anak seorang Putri ( Wanita ). karena hal ini lah yang membuat generasi Hindu terutama yang keturunan Bali maupun tetangga sebelah kita juga sering mempertanyakannya, sehingga anak Putri sering kali merasa diabaikan atau tidak diutamakan bukan berarti tidak menyetarakannya terhadap anak Putra tapi ada hal lain yang membuat orang tua Hindu-Bali lebih mengutamakan seorang anak Putra daripada Putri walau sebenarnya akhir dari kehidupan kita doa seorang anak Putri lah yang mengantarkan sang atman dalam perjalanannya menuju Brahman. untuk itu sebelumnya saya akan membahas sedikit tentang anak Putri atau Wanita untuk pendahuluannya sebelum membahas tentang anak Putra yang akan saya angkat dalam topik berikutnya. </span></div><div class="fullpost"><br />
<br /><span style="font-size: normal;">
Maka saya sebagai penulis juga ingin menyampaikan sebuah pesan bahwa " Anak Putri lah yang mempunyai peranan penting diakhir suatu kehidupan orang tua dan leluhur kita, untuk itu jangan abaikan anak seorang Putri di kemudian hari jadi jagalah sodara dan teman Putri kita agar merasa tidak diabaikan di kehidupan ini. Karena begitu banyak saya lihat Putri / Wanita Hindu merasa diabaikan melarikan diri menuju dauh tukad atau diambil oleh tetangga sebelah kita yang selalu memanfaatkan hal tersebut, maka dengan mudahnya mereka mengambil Putri kita tanpa ada halangan yang berarti jika sebaliknya mereka akan berbuat militan dan berjuang mempertahakannya bagaimanapun caranya, generasi Hindu yang saya banggakan marilah mulai sekarang kita jangan terlalu meremehkan seorang Anak Putri maupun Ibu dalam keluarga Hindu-Bali karena akhir sebuah cerita Do'a anak Putri lah yang mengantarkan leluhur kita menuju Brahman, termasuk pentingnya juga kita sebagai umat Hindu mempunyai keturunan ( anak ) kehidupan ini.</span>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;"><br /></span>
<span style="font-size: normal;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJr96GK5YKjiTtkGegqP3wgrzHCqyFICd4D5FCZcGjO6P1yN1n4s0qHSlRePGpILN62geHftTG9Uf9NCJRO0wOU81zXa6xGZPtCx1_dM3cWsloxPc2pyJoV8Vizv5rBAAioy6PP92mkuOG/s1600/YASODA1.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJr96GK5YKjiTtkGegqP3wgrzHCqyFICd4D5FCZcGjO6P1yN1n4s0qHSlRePGpILN62geHftTG9Uf9NCJRO0wOU81zXa6xGZPtCx1_dM3cWsloxPc2pyJoV8Vizv5rBAAioy6PP92mkuOG/s320/YASODA1.JPG" width="264" /></a></div>
<span style="font-size: normal;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;">Wanita berasal dari Bahasa Sanskrit,
yaitu Svanittha, di mana kata Sva artinya “sendiri” dan Nittha artinya
“suci”. Jadi Svanittha artinya “mensucikan sendiri” kemudian berkembang
menjadi pengertian tentang manusia yang berperan luas dalam Dharma atau
“pengamal Dharma”.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;">Dari sini juga berkembang perkataan
Sukla Svanittha yang artinya “bibit” atau janin yang dikandung oleh
manusia, dalam hal ini, peranan perempuan. Wanita sangat diperhatikan
sebagai penerus keturunan dan sekaligus “sarana” terwujudnya Punarbhava
atau re-inkarnasi, sebagai salah satu srada (kepercayaan/ keyakinan)
Hindu.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;">Lihatlah kisah Mahabharata ketika
Drupadi, istri Pandawa yang menjadi korban taruhan
kekalahan berjudi Dharmawangsa dari Pandawa melawan Sakuni di pihak
Korawa. Ia diseret keluar dan coba ditelanjangi oleh Dursasana di depan
sidang. Dewa Dharma melindungi Drupadi sehingga
kain penutup badan Drupadi tidak pernah habis, tetap melindungi tubuh
walau bermeter-meter telah ditarik darinya.
</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;">Sejak awal Drupadi sudah mengingatkan
Dursasana, bahwa ia wanita, tidak boleh diperlakukan kasar dan
dipaksa demikian. Akhirnya dalam perang Bharatayuda, Dursasana
dibinasakan Bima, dan Drupadi menebus kaul dengan mencuci rambutnya
dengan darah Dursasana. </span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span class="fullpost" style="font-size: normal;">Dapat dilihat juga bersama dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat memberikan penghargaan yang besar terhadap perempuan.
Masyarakat melakukan pemujaan kepada Dewi yang dapat membantu kehidupan
manusia di dunia ini, seperti Dewi Sri (Dewi padi) yang merupakan sumber
kehidupan manusia, pemujaan sebagai tanda bakti dan terima kasih juga
ditujukan kepada Dewi Saraswati (Dewi Pengetahuan) yang dilambangkan
sebagai seorang perempuan yang bertangan empat, berdiri di atas bunga
teratai. Ia merupakan simbol perempuan yang harus di teladani karena
dengan tasbih di tangan pertama, ia menyembah Hyang Widhi Wasa, dengan
daun lontar di tangan kedua ia mendalami ilmu pengetahuan, dengan alat
musik di tangan ketiga ia menikmati dan mengumandangkan keindahan dan
seni,dan dengan sekuntum bunga di tangan keempat ia menyabarkan
keharuman dan kelembutan. <br /><br />Dewi Saraswati berdiri di atas bunga
teratai melambangkan ia sebagai perempuan mampu berdiri dalam situasi
apa pun. Dewi Durga mempunyai kekuatan magis yang luar biasa, yang dapat
memberi kekuatan dan menghancurkan kehidupan ini. Dewi Sri Sedana,
merupakan Dewi uang yang mempengaruhi perekonomian seseorang. Tugas yang
di lakukan para Dewi itu adalah sama dengan Dewa sesuai manifestasinya. </span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span class="fullpost" style="font-size: normal;">Di dalam kitab suci Weda juga terdapat sloka sloka tentang peranan Wanita di dunia ini sangatlah penting sebagai berikut : </span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span class="fullpost" style="font-size: normal;"><br /></span><span style="font-size: normal;">
<b>“Istri hendaknya taat melaksanakan upacara-upacara keagamaan” (Yajurveda XIX.94)</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: normal;">“Wanita adalah pengawas keluarga, dia cemerlang, dia mengatur yang lain-lain dan dia sendiri yang taat kepada aturan-aturan, dia adalah aset keluarga sekaligus yang menopang (kesejahteraan) keluarga” (Yajurveda XIV.22)</span></b></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: normal;">“Wahai mempelai wanita, jadilah nyonya rumah dan bimbinglah ayah mertua, ibu mertua, saudara dan saudari ipar” (Ṛgveda X.85.46).</span></b></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: normal;">Ucapan “sorga ada ditangan wanita” bukanlah suatu slogan kosong, karena ditulis dalam MD.III.56:</span></b></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;"> <b>YATRA NARYASTU PUJYANTE, RAMANTE TATRA DEVATAH, YATRAITASTU NA PUJYANTE, SARVASTATRAPHALAH KRIYAH</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: normal;">artinya :</span></b></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;">Di mana wanita dihormati, di sanalah pada Dewa-Dewa merasa senang, tetapi di mana mereka tidak dihormati, tidak ada upacara suci apapun yang akan berpahala.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;">Lebih tegas lagi dalam pasal berikutnya: 57:</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;"> <b>SOCANTI JAMAYO YATRA, VINASYATYACU TATKULAM, NA SOCANTI TU YATRAITA, VARDHATE TADDHI SARVADA</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: normal;">artinya :</span></b></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;">Di mana wanita hidup dalam kesedihan, keluarga itu akan cepat hancur, tetapi di mana wanita tidak menderita, keluarga itu akan selalu bahagia.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;">Dan pasal 58:</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;"> <b>JAMAYO YANI GEHANI, CAPANTYA PATRI PUJITAH, TANI KRTYAHATANEVA, VINASYANTI SAMANTARAH</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: normal;">artinya :</span></b></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;">Rumah di mana wanitanya tidak dihormati sewajarnya, mengucapkan kata-kata kutukan, keluarga itu akan hancur seluruhnya seolah-olah dihancurkan oleh kekuatan gaib.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;">Tapi dalam kehidupan Hindu di Bali hal ini sangatlah berbeda dengan banyak istilah " nak mule keto " belum lagi banyak orang dauh tukad menganggap Peranan wanita dalam Hindu sangat rendah , Hal tersebut sangatlah SALAH karena dalam kitab Weda sudah jelas dikatakan bahwa Wanita mempunyai Peranan penting. </span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span class="fullpost" style="font-size: normal;">Dalam adat Bali pun yang menganut patriarki
perbedaan perlakuan terhadap perempuan sungguh sangat kentara. Adat
Bali menempatkan perempuan sebagai subordinasi karena ada pengertian
yang keliru terhadap konsep purusa dan pradana. Sejatinya purusa dan
pradana ada pada setiap laki-laki termasuk pula pada diri perempuan.
Purusa adalah jiwa dan pradana adalah raga. Akan tetapi dalam realisasi
purusa memang tetap dimaknai sebagai jiwa, hanya pradana diartikan
sebagai benda. Kalau jiwa tidak pernah mati alias akan hidup terus
sedangkan benda itu adalah barang mati sehingga tidak perlu diperlakukan
secara manusiawi. Pendapat keliru inilah yang terus berlangsung dalam
kehidupan keseharian perempuan Hindu di Bali. Adanya laki-laki dan
perempuan adalah bukan untuk dipertentangkan, tetapi adalah saling
melengkapi demi terlaksananya dampati dalam kehidupan.<br /><br />Oleh
karena laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Tuhan melalui yadnya,
maka sudah sewajarnyalah manusia saling beryadnya dalam menggerakkan
cakra yadnya Kalau hal tersebut dapat terlaksana, itu menandakan bahwa
Hindu sangat berpihak pada gender bahkan kesetaraan karena perempuan
tidak dilahirkan dari tulang rusuk kanan adam. Dalam Padma Purana
disebutkan bahwa Dewa Brahma membagi setengah dirinya dalam menciptakan
Dewi Saraswati. Bukan hanya setengah badan tetapi juga adalah setengah
jiwanya. Hal inilah yang dimaksud dengan konsep Ardanariswari dalam
Hindu.<br /><br />Wanita dalam theologi Hindu bukanlah merupakan serbitan
kecil dari personifikasi lelaki, tetapi merupakan suatu bagian yang sama
besar, sama kuat, sama menentukan dalam perwujudan kehidupan yang utuh.
Istilah theologisnya ialah “Ardhanareswari”. Ardha artinya setengah,
belahan yang sama. Nara artinya (manusia) laki-laki. Iswari artinya
(manusia) wanita. Tanpa unsur kewanitaan, suatu penjelmaan tidak akan
terjadi secara utuh dan dalam agama Hindu unsur ini mendapatkan porsi
yang sama sebagaiman belahan kanan dan kiri pada manusia. Sebagaimana
belahan bumi atas yaitu langit dengan belahan bumi bawah yaitu bumi yang
kedua-duanya mempunyai tugas, kekuatan yang seimbang guna tercapainya
keharmonisan dalam alam dan kehidupan manusia di alam ini. <br /><br />Dalam
Siwatattwa dikenal konsep Ardhanareswari yaitu simbol Tuhan dalam
manifestasi sebagai setengah purusa dan pradana. Kedudukan dan peranan
purusa disimbolkan dengan Siwa sedangkan Pradana disimbolkan dengan
Dewi Uma. Di dalam proses penciptaan, Siwa memerankan fungsi maskulin
sedangkan Dewi Uma memerankan fungsi feminim. Tiada suatu apa pun akan
tercipta jika kekuatan purusa dan pradana tidak menyatu. Penyatuan
kedua unsur itu diyakini tetap memberikan bayu bagi terciptanya
berbagai mahluk dan tumbuhan yang ada.<br /><br />Makna simbolis dari
konsep Ardhanareswari, kedudukan dan peranan perempuan setara dan
saling melengkapi dengan laki-laki bahkan sangat dimuliakan. Tidak ada
alasan serta dan argumentasi teologis yang menyatakan bahwa kedudukan
perempuan berada di bawah laki-laki. Itulah sebabnya di dalam berbagai
sloka Hindu dapat ditemukan aspek yang menguatkan kedudukan perempuan
di antara laki-laki.<br /><b>Dalam Manawa Dharmasastra I.32 disebutkan</b><br /><br /><b>Dwidha kartwatmanodeham<br />Ardhena purusa bhawat<br />Ardhena nari tasyam sa<br />Wirayama smrjat prabhuh</b><br /><b><br />Terjemahannya:</b><br />Tuhan membagi dirinya menjadi sebagian laki-laki dan sebagian menjadi perempuan (ardha nari). Darinya terciptalah viraja.<br /><br />Sloka
di atas menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama diciptakan
oleh Tuhan. Laki-laki dan perempuan menurut pandangan Hindu memiliki
kesetaraan karena keduanya tercipta dari Tuhan. Dengan demikian, maka
perempuan dalam Hindu bukan merupakan subordinasi dari laki-laki.
Demikian pula sebaliknya. Kedua makhluk yang berbeda jenis kelamin ini
memang tidak sama. Perbedaan tersebut adalah untuk saling melengkapi.
Mengapa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan? Manawa Dharmasastra
IX.96 menyebutkan sebagai berikut.<br /><br /><b>Prajanartha striyah srtah<br />Samtanartam ca manawah<br />Tasmat saharano dharmah<br />Srutao patnya sahaditah</b><br /><br /><b>Terjemahannya:</b><br />Tujuan
Tuhan menciptakan wanita, untuk menjadi ibu. Laki-laki diciptakan
untuk menjadi ayah. Tujuan diciptakan suami istri sebagai keluarga
untuk melangsungkan upacara keagamaan sebagaimana ditetapkan menurut
Veda.<br /><br />Dari konsep Ardhanariswari tersebut mengisyaratkan bahwa
perempuan memiliki kedudukan yang setara dengan laki-laki. Perempuan
dalam teologi Hindu bukanlah tanpa arti. Malahan dia dianggap sangat
berarti dan mulia sebagai dasar kebahagiaan rumah tangga. Di dalam
Yayurveda (XIV.21) dijelaskan bahwa perempuan adalah perintis, orang
yang senantiasa menganjurkan tentang pentingnya aturan dan dia sendiri
melaksanakan aturan itu. Perempuan adalah pembawa kemakmuran, kesuburan,
dan kesejahteraan, sebagaimana tertera pada Yajurveda, XIV. 21
berikut.<br /><br /><b>Murdha asi rad dhuva asi<br />Daruna dhartri asi dharani<br />Ayusa twa varcase tva krsyai tva ksemaya twa<br /> </b><br /><b>Terjemahannya</b><br />Oh
perempuan engkau adalah perintis, cemerlang, pendukung yang memberi
makan dan menjalankan aturan-aturan seperti bumi. Kami memiliki engkau
di dalam keluarga untuk usia panjang, kecemerlangan, kemakmuran,
kesuburan pertanian, dan kesejahteraan.<br /><br />Perempuan adalah ciptaan
Tuhan dalam fungsinya sebagai pradana. Ia juga disimbolkan dengan yoni,
sumber kesuburan dan kearifan. Laki-laki ciptaan Tuhan dalam fungsi
sebagai purusa yang disimbolkan dengan lingga. Oleh karena perempuan
juga, maka berbagai bentuk persembahan akan terlaksana, karena perempuan
pula ketenangan dan ketentraman akan terwujud. Oleh karena itu orang
yang ingin sejahtera seyogyanya menghormati perempuan, terlebih dalam
hari raya dengan memberinya hadiah berupa perhiasan, pakaian, dan
makanan sebagaimana tersurat dalam kutipan Manawa Dharmasastra III.59
berikut.<br /> </span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span class="fullpost" style="font-size: normal;"><b>Tasmadetah sada pujya<br />Busanaccha dana sanaih<br />Buthi kamair narair mityam<br />Satkaresutsa vesu ca</b><br /><b> </b></span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: normal;"><b>Terjemahan :</b><br />Hal
yang dapat dimaknai dari uraian di atas adalah perempuan adalah mahluk
Tuhan yang memiliki kompleksitas peran dan kemuliaannya sendiri (
religius, estetis, ekonomi, maupun sosial). Sebagai makhluk religius,
dia menjadi sempurna di hadapan Tuhan, dia juga sekaligus pengatur
detail aspek-aspek kerumahtanggaan, sekaligus sebagai kasir yang jujur
untuk keluarga mereka. <br /><br />Dalam konsep purusa-pradana ini, maka
pertemuan unsur Purusa dengan Pradhana menimbulkan terciptanya
kesuburan. Memuja Tuhan dalam aspeknya sebagai Purusa untuk memohon
kekuatan untuk dapat mengembangkan hidup yang bahagia secara rohaniah,
sedangkan memuja Tuhan sebagai Pradhana adalah untuk mendapatkan
kekuatan rokhani dalam membangun kehidupan jasmani yang sehat dan
makmur.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: normal;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: normal;">Itulah kilasan mengapa saya katakan peranan wanita sangat penting dalam kehidupan seorang umat hindu baik dia sebagai ibu maupun anak putri, karena sistem adatlah yang memberikan porsi lain bukan Hindu jadi selayaknya generasi kita sekarang lebih baik menjaga dan memberikan bimbingan tentang Hindu kepada putri dan wanita hindu termasuk kita sebagai kaum lelaki yang tidak semestinya mengabaikan kewajiban mereka terhadap leluhur. Namaste...</span></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMBJ5oMZyX2YJbmd1hiy081Hxi9pqecM_Y7jsFo-kWvplX4x74amP8HkREUeZr27yFfifRFBDy3l0pPXuLTXsONfLFJKqAQax5f8OZ07t0NvSH8gqyRcxhbScDFx0en6_vEE2W5N9N4UrE/s1600/wanita+hindu+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="199" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMBJ5oMZyX2YJbmd1hiy081Hxi9pqecM_Y7jsFo-kWvplX4x74amP8HkREUeZr27yFfifRFBDy3l0pPXuLTXsONfLFJKqAQax5f8OZ07t0NvSH8gqyRcxhbScDFx0en6_vEE2W5N9N4UrE/s320/wanita+hindu+1.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>Om shanti shanti shanti om</b></div>
<br />
<b>Sumber referensi :</b><br />
http://stitidharma.org/wanita-dalam-pandangan-hindu/<br />
http://majalahhinduraditya.blogspot.com/2012/04/ardanareswari-dalam-hindu.html<br />
http://stahdnj.ac.id/?p=209<br />
http://www.scribd.com/doc/96275318/Peranan-Wanita-Dalam-Agama-Hindu
</div>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-76497695664994135252012-09-10T02:08:00.003-07:002012-09-10T02:31:45.156-07:00Sloka dan Makna yang Indah di CANAKYA NITI SASTRA<br />
<b>Om swastiastu</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;"><span style="font-weight: normal;">Saya hanyalah seorng manusia biasa yag tak luput dari kesalahan di dunia ini, dan saya adalah seorang yang senang akan ke indahan dan kedamaian, dimana kata kata indah terdapat dalam Weda ( Canakya Niti Sastra ) yang bisa memberikan kententraman hati kita. Semoga Sloka dan Maknanya ini dapat memberikan rasa Kebahagian dan Kedamaian didalam dunia. </span></span></b></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div class="fullpost">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzggF_nUrT6ZRpJaagjfI9WZVc0ycGwE6jJiV45XvKH47-bylYfPnordPXe4XrdQTZwzrbT8wHkVvECzNe9GMArMx517uheF2UFeRMKlxlgUm4C34kd3C83HIlqBqfBkdyx543eV0KbP0b/s1600/canakyia+niti+sastra.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzggF_nUrT6ZRpJaagjfI9WZVc0ycGwE6jJiV45XvKH47-bylYfPnordPXe4XrdQTZwzrbT8wHkVvECzNe9GMArMx517uheF2UFeRMKlxlgUm4C34kd3C83HIlqBqfBkdyx543eV0KbP0b/s400/canakyia+niti+sastra.jpg" width="301" /></a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB I Sloka 16.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Visadapyamrtam grahyam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Amedhyadapi kancanam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Nicadapyuttaman vidyam </i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Stri-ratnam duskuladapi</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya:
Saringlah Amerta meskipun ada dalam racun, ambilah emas meskipun ada
di dalam kotoran. Pelajari ilmu pengetahuan keinsyafan diri walaupun
dari seorang yang masih anak-anak atau orang kelahiran rendah. Dan juga
meskipun seorang wanita lahir di keluarga yang jahat dan hina, tetapi
kalau ia berkelakuan mulia bijaksana ia patut diambil sebagai istri.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB II Sloka 6.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Na visvaset kumitre ca</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Mitre capi na visvaset </i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Kadacit kupitam mitram</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Sarva guhyam prakasayet.</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: janganlah menaruh kepercayaan kepada teman jahat/kumitra. Juga
jangan terlalu percaya kepada teman dekat sekalipun, sebab kalau ia
marah, segala rahasia anda akan dibukanya.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB II Sloka 7.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Manasa cintitam karyam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Vacasa na prakasayet</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Mantrena raksayed gudham</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Karya capi niyojayet</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: Pekerjaan/rencana apapun berada dalam pikiran, jangan sama sekali
anda keluarkan dalam kata-kata. Simpanlah dalam-dalam di dalam pikiran
anda, dan diam-diam lakukan pekerjaan tersebut dengan penuh
kemantapan.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB II Sloka 13.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Slokena va tadardhena</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Tadarddharddhaksarena va</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Avandhyam divasam kuryad</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Danadhyayana-karmabhih. </i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: isilah waktu setiap hari dengan menghafalkan satu sloka satu ayat,
atau setengah sloka, atau seperempat sloka ataupun satu huruf dari
sloka tersebut. Atau isilah hari-hari anda dengan bersedekah, belajar
kitab-kitab suci dan kegiatan bermanfaat lainnya. Dengan demikian
hari-hari anda akan menjadi berarti.<i> </i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB II Sloka 19. </b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Duracari duradrstih </i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Duravasi ca durjanah</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Yan maitri kriyate pumsa</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Sa tu sighram vinasyati</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: Kalau seseorang berteman dengan orang yang tingkah lakunya tidak
baik, dengan orang yang penglihatannya jahat, dengan orang yang tinggal
di tempat-tempat kotor dan tidak suci, bergaul dengan penjahat, segera
menemui kebinasaan.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB III Sloka 7.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Murkhastu parihartavyah</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Pratyakso dvipadah pasuh</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Bhinatti vakyasulyena </i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Adrsyam kantakam yatha</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: Menjauhlah dari orang bodoh jahat dalam rupa binatang berkaki dua.
Bagaikan duri tidak kelihatan ia menusuk dengan pisau tajam
kata-katanya.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB III Sloka 8.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Rupa yauvana sampanna</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Visala kula sambhavah</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Vidyahina na sobhante</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Nirghandha iva kimsukah</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: Ada orang yang tampan, dalam keadaan yang masih muda, serta lahir di
keluarga bangsawan terhormat. Tapi kalau ia miskin dengan pengetahuan
keinsyafan diri, sebenarnya orang begini sama sekali tidak berarti
apa-apa, bagaikan bunga kimsuka kemerahan menarik tapi tidak berbau
wangi.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB III Sloka 9. </b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Kokilanam svaro rupam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Nari rupam pativratam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Vidya rupam kurupanam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Ksama rupam tapasvinam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: Burung tekukur menjadi indah menarik karena suaranya, seorang istri
menarik karena kesetiannya kepada suami, orang yang rupanya buruk
menjadi menarik karena ilmu pengetahuannya dan karena memiliki sifat
maha pengampun pendeta menjadi menarik.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB IV Sloka 4.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Yavat svastho hyayam dehe</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Yavan mrtyus ca duratah </i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Tavad atma-hitam kuryat</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Pranante kim karisyam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: Selama badan masih kuat dan sehat dan selama kematian masih jauh,
lakukanlah sesuatu yang menyebabkan kebaikan bagi roh anda, yaitu
keinsyafan diri. Pada saat kematian menjelang apa yang bisa dilakukan ?</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB IV Sloka 15.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Anabhyase visam sastram </i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Ajirne bhojanam visam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Daridrasya visam gosthi</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Vrddhasya taruni visam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: Ilmu pengetahuan ( kitab-kitab suci ) yang tidak diterapkan dalam
praktek adalah racun, makanan yang tidak dicernakan adalah racun, bagi
orang miskin pesta/kumpul-kumpul dan pertemuan-pertemuan adalah racun,
dan untuk orang tua, wanita muda adalah racun.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB V Sloka 10.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Anyatha vedapandityam </i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Sastramacaramanyatha</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Anyatha vadanacchantam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Lokah klisyanti canyatha.</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: Meremehkan kebijaksanaan ajaran Veda, menghina tingkah laku/kegiatan
yang sesuai dengan ajaran-ajaran sastra/Veda, menjelekan orang yang
selalu berkata-kata lembut bijaksana, tidak lain lagi inilah yang
menyebabkan kekalutan dunia.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB V Sloka 11.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Daridraya-nasanam danam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Silam durgati-nasanam </i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Ajnana-nasim prajnya</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Bhavana bhaya-nasini.</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: Kedermawanan menghapuskan kemiskinan, perbuatan yang baik
menghilangkan kemalangan kecerdasan rohani menghapuskan
kegelapan/kebodohan, dan bhaya atau rasa takut bisa dihilangkan dengan
merenungkannya baik-baik.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB V Sloka 17.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Nasti meghasaman toyam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Nasti catmasamam balam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Nasti caksuh samam tejo</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Nasti canna samam priyam.</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: Tidak air yang menyamai air hujan, tidak ada kekuatan yang lebih
dari kekuatan diri sendiri, tidak ada sinar yang melebihi sinar
matahari dan selain beras tidak ada sesuatu lain yang lebih disenangi
orang.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB X Sloka 9.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Yasya nasti svayam prajnya </i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Sastram tasya karoti kim</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Lokanabhyam vihinasya</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Darpanah kim karisyati</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: Bagi mereka yang tidak mempunyai budi pekerti yang baik dalam
dirinya, apa yang akan dilakukan dengan kitab suci? Bagaikan orang yang
buta, apa gunanya cermin bagi orang buta ini.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br />
<span style="font-size: small;"><b>BAB XI Sloka 8.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Na veti yo yasya guna-prakarsam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Sa tam sada nindati natra citram</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Yatha kirati kari-kumbha-labdaham</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Muktam prityajya vibharti gunjam.</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: Hal ini tidak usah membuat heran, bahwa orang yang belum mengetahui
sesuatu dengan sebenarnya selalu menjelek-jelekan hal yang belum
diketahui secara jelas. Seperti halnya permaisuri para <i>kirata</i> ( golongan pemburu pada zaman purba ) menolak permata dari kepala gajah, sebaliknya memakai perhiasan biji <i>gunja</i> ( biji-bijian yang terdapat di semak belukar.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB XI Sloka 10.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Kaham krodham tatha lobham</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Svadam srnggara kautukam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Ati nidrati seva ca</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Vidyarthi hyasta varjayet</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya : Seorang <i>brahmacari</i>/pelajar
kerohanian hendaknya meninggalkan delapan kecenderungan berikut, yaitu
: hawa nafsu, amarah, loba, kenikmatan lidah, rasa cenderung berhias,
bermain-main, terlalu banyak tidur dan terlalu banyak bekerja.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB XIII Sloka 2.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Gate soko na kartavyo</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Bhavisyam naiva cintayet</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Vartamanena kalena</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Pravartante vicaksanah</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: Jangan bersedih terhadap apa yang sudah berlalu, jangan pula risau
terhadap apa yang akan datang, orang-orang bijaksana hanya melihat masa
sekarang dan berusaha sebaik-baiknya.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB XIII Sloka 9.<i> </i></b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Jivantam mrtavan-manye</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Dehinam dharma-varjitam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Yato dharmena samyukto</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Dirgha-jivi na samsayah</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya : Orang yang perbuatannya tidak sesuai dengan <i>dharma,</i>sebenarnya ia sudah mati, walaupun masih hidup. Seorang <i>dharmatma</i> yaitu orang yang perbuatannya sepenuhnya sesuai dengan <i>dharma</i>, sebenarnya ia masih hidup, walaupun sudah mati.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB XIV Sloka 16.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Susidhomausadhom dharmam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Grhachidram ca maithunam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Kubhuktam kusrutam caiva</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Matiman na prakasayet</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: Orang bijaksana tidak akan mengungkapkan keamat-manjuran obatnya,
kegiatan saleh yang dilakukan, kejelekan keluarga, hubungan dengan
istri, makanan jelek dan kata-kata kotor.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB XVI Sloka 17.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Priya-vakya-pradanena</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Sarve tusyanti jantavah</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Tasmat-tadeva vaktavyam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Vacane kim daridrata</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: Setiap orang akan menjadi senang kalau diberikan kata-kata yang
manis menarik. Oleh karena itu, perlu sekali berbicara yang manis
menarik. Sesungguhnya apa kekurangan berkata-kata manis?</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB VII Sloka 1.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Arthanasam manastapam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Grhe duscaritani ca</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Vancanam capamanam ca</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Matiman na prakasayet</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: Orang bijaksana hendaknya tidak mengatakan kepada orang lain tentang
kehancuran harta bendanya, tentang kesedihan pikirannya, tentang
kelakuan istrinya yang jelek, tentang penipuan yang dilakukan oeh orang
lain kepada dirinya, atau kalau ada orang yang membuatnya malu.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB VII Sloka 4.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Santosa trisu kartavyah</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Svadare bhojane dhane</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Trisucaiva na kartavyo</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Dhyayane japa danayoh</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: Hendaknya orang merasa puas terhadap tiga hal ini, yaitu : terhadap
istri sendiri, terhadap makanan dan terhadap kekayaan yang didapat
dengan cara yang halal. Tetapi terhadap tiga hal, yaitu : mempelajari
ilmu pengetahuan suci, ber-<i>japa</i>/memuji nama-nama suci Tuhan dan <i>berdana-punya,</i> haruslah orang tidak merasa puas.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>BAB VII Sloka 12.</b></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Natyantam saralair bhavyam</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Gatva pasya vanasthalim</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Chidyante saralas tatra</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Kubjas tisthanti padapah,</i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i> </i></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya
: Janganlah hidup terlalu lurus atau terlalu jujur, sebab begitu Anda
pergi ke hutan Anda akan melihat bahwa pohon-pohon yang lurus ditebang,
sedangkan pohon-pohon yang bengkok dibiarkan hidup.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><i>Catatan : Ada saat-saat diperbolehkan berbohong disebut Pancanrta.</i></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><i><b>Om Shanti Shanti Shanti om..</b></i></span><br />
<span style="font-size: small;"><i><b><br /></b></i></span><span style="font-size: x-small;">Sumber : http://www.hukumhindu.or.id/canakya-niti-sastra-sloka-sloka-indah/</span><span style="font-size: small;"><i><br /></i></span></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-11463565253692048112012-09-03T00:42:00.001-07:002012-09-03T00:44:20.943-07:00 Sejarah Agama Hindu di Akui Resmi di Indonesia<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><i><b>Om Swastiastu..</b></i><br /><br />Perjuangan pemeluk agama Hindu agar eksistensinya sebagai agama negara diakui atau lebih tepatnya secara eksplisit mendapat perhatian sebagai mana mestinya oleh pemerintah. Memang suatu agama tidak perlu pengakuan pemerintah karena suatu agama lahir atas wahyu Tuhan yang diterima para resi atau nabi masing-masing agama. Namun demikian, oleh karena pemeluk suatu agama berhimpun dalam suatu wilayah tertentu dalam suatu negara sehingga disebut suatu bangsa, maka pengakuan tersebut menjadi penting. <br />
<br />
<div class="fullpost"> Sebagai agama tertua yang berkembang di Indonesia perkembangan agama Hindu mengalami pasang surut, terutama dari segi kuantitas. Masa kejayaan Kerajaan Majapahit sekaligus dipandang sebagai masa jaya agama Hindu di Indonesia dan Sandyakalaning Majapahit, runtuhnya Kerajaan Majapahit sekaligus pula merupakan runtuhnya perkembangan agama Hindu di Indonesia sampai titik terendah. Namun, demikian sisa-sisa kejayaan agama Hindu di Indonesia dipertahankan dengan taat hingga oleh sebagian masyarakat di Pulau Bali, Lombok, Jawa, Sumbawa, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Irian, dan daerah lainnya. Mula-mula, dipertahankan oleh masyarakat dengan sistem kerajaan dan kelompok masyarakat hinduistis, kemudian juga masih dipertahankan oleh masyarakat pasca kemerdekaan Republik Indonesia.<br /><br />Pada saat bangsa Indonesia melakukan perjuangan untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, banyak putra Bali berjuang sampai titik darah penghabisan untuk membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejak jaman kerajaan terbukti I Gusti Agung Jelantik memimpin perjuangan masyarakat Bali dan melakukan “Perang Jagaraga” untuk menentang pendudukan Pemerintah Hindia Belanda di Bali. Ida Cokorda Mantuk Ring Rana memimpin rakyat Kerajaan Badung, melakukan “Perang Puputan Badung”, Ida Cokorda Istri Kania bersama rakyat Kerajaan Klungkung melakukan “Perang Puputan Klungkung” dan masih banyak lagi peristiwa bersejarah perlu mendapat catatan emas tinta sejarah bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Demikian pula pada masa pergerakan, I Gusti Ngurah Rai telah melakukan peperangan tiada akhir melawan usaha invasi Belanda ke Bali.</span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRfhlUrmOaVm5lId4P0zrVWMieNcO57WbYNtGsT7XGVTcZl9UnBtDbEAdDwC0RVVlxBBbLhcImf1Fq0s3fYdr6Z_VQyjInB1hEsKWcnkSJgKbffy7YY5RJVgA9PIGH9FLBsuGQd2RKwN_0/s1600/557px-Coat_of_Arms_of_Indonesia_Garuda_Pancasila.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRfhlUrmOaVm5lId4P0zrVWMieNcO57WbYNtGsT7XGVTcZl9UnBtDbEAdDwC0RVVlxBBbLhcImf1Fq0s3fYdr6Z_VQyjInB1hEsKWcnkSJgKbffy7YY5RJVgA9PIGH9FLBsuGQd2RKwN_0/s200/557px-Coat_of_Arms_of_Indonesia_Garuda_Pancasila.jpg" width="185" /></a></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Setelah pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk, dan meskipun heruisme masyarakat Bali yang beragama Hindu diakui partisipasinya dalam perang kemerdekaan, namun secara formal, agama Hindu yang dipeluk oleh mayoritas masyarakat Bali belum diakui oleh pemerintah.</span></span><br />
<ol>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Pada tanggal tanggal 26 Desember 1950, Menteri Agama (K.H. Masykur) bersama Sekjen mendatangi Kantor Daerah Bali yang diterima oleh I Gusti Bagus Sugriwa sebagai salah satu Anggota Dewan Pemerintahan Daerah Bali (D.P.D. Bali) bersoal jawab mengenai agama Hindu Bali. Setelah itu, Menteri Agama dapat menerima alasan mengapa Agama Hindu Bali harus diakui sebagai agama negara dan menjanjikan akan mengesahkannya setelah selesai keliling di Sunda Kecil.</span></span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Pada Tanggal 10 Oktober 1952, Menteri Agama, Sekjen Menteri Agama (R. Moh. Kafrawi) disertai Kepala Jawatan Pendidikan Agama Islam memberi ceramah di Balai Masyarakat Denpasar dan menyatakan bahwa “.... tidak dapat mengakui dengan resmi Agama Hindu Bali karena tidak ada peraturan untuk itu berbeda dengan Agama Islam dan Agama Kristen memang telah ada peraturannya ......”.</span></span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Pada Pertengahan Tahun 1953, Pemerintah Daerah Bali membentuk Jawatan Agama Otonoom Daerah Bali dengan tujuan untuk mengatur pelaksanaan agama umat Hindu Bali, karena belum diatur dari pusat. Pimpinan lembaga tersebut dipercayakan kepada Ida Padanda Oka Telaga dan I Putu Serangan. Di tiap-tiap Kapupaten dibentuk Kantor Agama Otonoom yang diketuai oleh seorang Padanda. Pada tahun ini pula D.P.D. Bali atas persetujuan D.P.R.D. Bali mencabut hukuman: Asu Pundung, Anglangkahi Karang Hulu, Manak Salah, Salah Pati Angulah Pati, karena tidak sesuai lagi dalam suasana demokrasi.</span></span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Pada tanggal 29 Juni 1958 lima orang utusan organisasi agama dan sosial di Bali menghadap Presiden Soekarno di Tampaksiring. Diantar oleh Ketua DPR Daerah Peralihan Daerah Bali I Gusti Putu Mertha. Rombongan utusan itu adalah Ida Pedanda Made Kumenuh, I Gusti Ananda Kusuma, Ida Bagus Wayan Gede, Ida Bagus Dosther dan I Ketut Kandia. Pokok masalah yang diajukan adalah supaya dalam kementrian Kementriann Agama Republik Indonesia ada Bahagian Hindu Bali, sebagaimana yang telah diperoleh oleh Islam, Katholik dan Kristen.</span></span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Permohonan tersebut memperoleh response yang positif dari Pemerintah karena pada tanggal 5 September 1958 terbitlah Surat Keputusan Menteri Agama RI yang mengakui keberadaan Agama Hindu Bali. Selanjutnya terhitung mulai tanggal 2 Januari 1959 pada Kementerian Agama Republik Indonesia dibentuk Biro Urusan Agama Hindu Bali pada Kementrian Agama Republik Indonesia. Biro tersebut pertama kali dipimpin oleh I Gusti Gede Raka dibantu oleh I Gusti Gede Raka dibantu oleh I Nyoman Kajeng. Setelah I Gusti Gede Raka meninggal dunia saat masih menjabat, lalu digantikan oleh I Nyoman Kajeng (Agastia, 2008: 9).</span></span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Mengantisipasi hal tersebut Pada tanggal 7 Oktober 1958, diadakan pertemuan kembali antara Pemerintah Daerah Bali dengan Pimpinan Organisasi Keagamaan di Bali di Balai Masyarakat Denpasar. Pada pertemuan tersebut diputuskan membentuk panitia yang bertugas mempersiapkan Dewan Agama Hindu Bali. Panitia terdiri atas Paruman Para Padanda, Panitia Agama Hindu Bali, Angkatan Muda Hindu Bali, Doktor Ida Bagus Mantra dan I Gusti Bagus Sugriwa. Pada tanggal 6 Desember 1958, panitia tersebut menyelenggarakan rapat di Pasanggrahan Bedugul dan memutuskan bahwa Hindu Bali Sabha akan diadakan pada bulan Januari 1959 (Dana (ed), 2005: 13).</span></span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Pesamuhan Agung Hindu Bali pada tanggal 21-22-23 Februari 1959 di Gedung Fakultas Sastra Universitas Udayana Denpasar yang dihadiri oleh pejabat dan staf Pemerintah Daerah Tingkat I Bali, pimpinan berbagai organisasi agama di Bali, Yayasan Yayasan Hindu bahkan Perhimpunan Buddhis Indonesia dan Partai Nasional Hindu Bali yang pada akhirnya membentuk Parisada yamng melahirkan “Piagam Parisada”. Hindu Bali Sabha atau Pasamuhan Agung Hindu Bali tersebut kemudian dikenal sebagai Sidang Pembentukan Parisada Dharma Hindu Bali.</span></span></li>
</ol>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ada sejumlah tantangan (challenge) yang menyebabkan putra-putra terbaik Bali membentuk PHDI pada waktu itu, baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Menurut Ida Padanda Putra Telaga salah seorang yang ikut membidani kelahiran PHDI yang dicatat Ida Bagus Gede Agastia (WHD, 2001), bahwa tantangan dari luar disebabkan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia di mana masing-masing agama digiring untuk mewadahi dirinya dalam suatu lembaga agar mempermudah komunikasi antarlembaga, termasuk negara sebagai sebuah lembaga. Ini tentu merupakan tantangan positif, bahwa gagasan mewadahi diri dalam satu lembaga bagi pemeluk agama Hindu di Indonesia berarti pula melakukan penataan diri sehingga terbentuk peradaban Hindu berdasarkan dharma.<br /><br />Sementara itu, di tengah situasi politik yang memanas, Partai Komunis Indonesia (PKI) sangat tidak menghendaki berdirinya PHDI. Namun, karena keteguhan sejumlah orang yang bersemangat tinggi mengabdikan diri pada bidang agama Hindu—bak bintang bersinar di tengah malam paling gelap—demikian dinyatakan Ida Padanda Putra Telaga, menyebabkan PHDI akhirnya terbentuk juga, sudah tentu dengan mabela pati (resiko mati). Dari dalam, desakan untuk membentuk lembaga ini disebabkan karena kesadaran kaum intelektual pada waktu itu untuk menata kehidupan beragama Hindu agar benar-benar berlandaskah ajaran dharma.<br /><br />Pembentukan PHDI memang dilandasi cita-cita mulia pendirinya untuk menata diri (dharma agama) agar peradaban Hindu benar-benar berdasarkan ajaran dharma dan menjadi mitra pemerintah menciptakan negara jagadhita (dharma nagara). Dari aula Fakultas Sastra Unud yang sederhana akhirnya pada tanggal 23 Pebruari 1959 lahirlah apa yang disebut Piagam Parisadha yang merupakan cikal bakal terbentuknya PHDI sebagai lembaga nasional yang diakui dunia. Dengan demikian, dapat dikatakan tonggak kelahiran PHDI sekaligus merupakan tonggak kebangkitan Hindu Indonesia sehingga 50 tahun PHDI berarti pula Setengah Abad Kebangkitan Hindu Indonesia yang harus diperingati secara istimewa oleh masyarakat Hindu di Indonesia. <br /><br />Tulisan atau artikel diatas merupakan tulisan dari : <span style="color: blue;">DOKTOR I WAYAN SUKARMA</span> dengan blognya sukarma-puseh.blogspot.com<br />Sedangkan versi dari blog tulisan <b><span style="color: blue;">Iman Brotoseno</span></b> yang saya kutip dan salin disini adalah Tahun 1953, terjadi peristiwa yang mengherankan. Fakih Usman, Menteri Agama dalam kabinet Wilopo, menyatakan bahwa syarat syarat yang harus dipenuhi sesuatu agama agar diakui Pemerintah, adalah harus memiliki kitab suci, mempunyai nabi, harus ada kesatuan ajaran serta pengakuan dari luar negeri. Menteri Agama berargumantasi bahwa Sila Pertama Pancasila harus diartikan monoteisme, sehingga kepercayaan kepada Roh-roh, dewa dewa tidak diperkenankan.<br /><br />Tak lama kemudian serombongan pegawai Departemen Agama datang ke Bali dan memberitahu penduduk bahwa agama mereka tidak memenuhi syarat, maka penduduk Bali mesti mendaftarkan diri sebagai golongan Islam statistik. Mendadak sontak, Bali menjadi geger sampai ke pelosok, Penduduk Bali merasa terkejut. Roh, dewa, pura dan kebudayaan Bali akan dipisahkan dari penduduk. Protes keras dilancarkan seantero Bali.<br /><br />Anggota parlemen asal bali, Ida Bagus Mauaba di Jakarta mengatakan, Indonesia Timur akan memisahkan diri jika Bali akan di Islamkan. Kita akan meminta perlindungan kepada Australia, Pemerintah buru buru mengatakan itu pendapat pribadi Menteri Agama. Presiden Soekarno sendiri merasa kecolongan, sehingga memutuskan memulai kampanye di seluruh negeri tentang negara Pancasila. Hasil gerakan tersebut akhirnya memaksa Jakarta memenuhi permintaan Bali bahwa Hindu Bali diakui sebagai agama resmi. <br /><br />Tulisan ataupun artikel diatas bukan untuk dibandingkan melainkan untuk mengingatkan kita sebagai Generasi Hindu akan Sejarah Agama HIndu Diakui di Indonesia ini dan tulisan tersebut sangat menyentuh saya sebagai seorang generasi Hindu di NKRI ini, Mudah mudahan dengan cerita sejarah diatas dapat membuat generasi Hindu nusantara ini menjadikan bahwa sejarah adalah salah satu aspek penting yang menjadikan kita lebih mantap berjalan di masa depan bumi pertiwi Indonesia.Bung Karno pernah mengucapkan : “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961)...Rahayu<br /><br /><i><b>Om Shanti Shanti Shanti om...</b></i><br /><b>Sumber Referensi dari : </b><br />http://sukarma-puseh.blogspot.com/2011/06/parisada.html<br />http://blog.imanbrotoseno.com/?p=1731</span></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">http://www.facebook.com/groups/bangkithindu/permalink/459335830755301/?comment_id=459369894085228&notif_t=like</span></span></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-74911031572494036732012-08-31T00:25:00.000-07:002012-08-31T00:30:31.159-07:00Mengapa Weda dan Kitab Hindu Lainnya dianggap Mitologi?<i><b>Om Swastiastu...</b></i><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Begitu banyak tulisan maupun artikel yang saya lihat dengan judul judul berisi kata tentang kitab suci Weda adalah MITOLOGI sehingga kebanyakan Kaum Muda generasi Hindu menjadikan Kitab Suci Weda mungkin menganggap benar adalah MITOLOGI , hal ini perlu saya angkat walaupun banyak artikel yang menyangkal bahwa Weda Bukanlah Mitologi dengan penjelasan penjelasan secara logika dan ilmiah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Marilah generasi muda hindu yang saya banggakan hentikan penggunaan kata kata Mitologi dalam blog maupun wordpress anda gunakanlah kitab suci Weda yang merupakan wahyu bukanlah Mitologi sesuai dengan artikel yang saya tulis tentang <a href="http://kebangkitan-hindu.blogspot.com/2012/05/kronologi-pewahyuan-dan-penulisan-weda.html" target="_blank">Kronologi Pewahyuan dan Penulisan Weda </a></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika pun ada dari tetangga sebelah atau istilah dauh tukad yang menganggap Weda sebgai Mitologi lebih baek berikan pandangan dan sanggahan secara Hindu bukan dengan emosi dan membabi buta . Untuk itu tingkatkan terus SDM kita sebagai Hindu untuk menambah wawasan yang lebih mumpuni. Semoga penjelasan di bawah ini yang saya dapat dari berbagai blog teman Hindu bisa memberikan sedikit arti dalam hati dan pikiran untuk Bangkit.</div>
<br />
<div class="fullpost">
<div style="text-align: justify;">
<b>Memang</b>, masih menjadi
paradigma yang kuat dalam pikiran orang, bahkan orang Hindu sendiri,
bahwa Weda dan Purana hanya berisi epos dan mitologi. Ambillah contoh
kitab Bhagavadgita. Bhagavad-gita berisi wejangan rohani yang
disampaikan oleh Sri Krishna kepada Arjuna menjelang berlangsungnya
perang Bharata Yudha, yang konon terjadi sekitar lima ribu tahun yang
lalu. Kita semua tahu bahwa Bhagavad-gita sebenarnya adalah bagian dari <i>Bhisma Parwa</i>,
salah satu diantara 18 Parwa kitab Mahabharata. Sri Krishna, Arjuna,
beserta para Pandawa adalah tokoh-tokoh utama dalam kisah Mahabharata.
Tetapi dalam anggapan sebagian besar masyarakat Hindu sekalipun,
Mahabharata tidak lebih daripada sekedar sebuah epos, cerita
kepahlawanan yang dikarang oleh Rsi Vyasa. Ketika kita jelaskan bahwa
tempat-tempat yang disebutkan dalam kitab Mahabharata saat ini masih
bisa kita telusuri lokasinya, orang masih akan menyangkal dan meragukan
penjelasan itu. Menurut mereka, Rsi Vyasa terinspirasi oleh nama-nama
tempat itu, lantas mengarang cerita fiksi, yang mengambil nama-nama
seperti Hastinapura. (sekarang New Delhi), Dwaraka, dan lain-lain
sebagai latar atau setting terjadinya kisah dalam Mahabharata.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apalagi, dalam masyarakat Indonesia,
terutama masyarakat Jawa, Krishna dan Arjuna dikenal sekedar sebagai
tokoh-tokoh dalam dunia pewayangan. Bahkan, ada orang Jawa yang akan
marah besar, kalau dikatakan bahwa Mahabharata berasal dari India.
Mereka meyakini bahwa kisah Mahabharata terjadi di Jawa, dibuktikan
dengan adanya nama nama tempat dan gunung di Indonesia yang diberi nama
Arjuna, Bima, dan lain-lain. Ajaran-ajaran yang terkandung dalam cerita
pewayangan telah menjadi filosofi hidup bagi sebagian besar orang jawa.
Karena itu, kalau kita katakan perang Mahabharata betul-betul terjadi
dalam sejarah, mereka menyangsikan kebenarannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b> </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pengertian Mitologi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Apa sebenarnya arti kata mitos atau mitologi? Kata mitologi, diadaptasi dari bahasa Inggris <span id="more-495"></span>“myth”. Dalam kamus <i>Webster New World College Dictionary 3rd Edition</i>, kata “myth” diartikan sebagai : <i>“1)
any fictitious story; or unscientific account, theory,belief,etc 2)
any imaginary persons or thing spoken as though existing”.</i> Artinya :
1) sembarang kisah atau cerita fiksi (tidak nyata/hayalan/dongeng);
atau kejadian, teori dan kepercayaan dan lain-lain yang tidak bersifat
ilmiah. 2) sembarang orang atau sesuatu yang dianggap seolah-olah
benar-benar ada.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEkprgCJ-pD9r9kChbPdMzKiBxwAqLOcgP8oEy55a-uUBRPzhOrOJ8TqRLetrMP3YYDL5YRkMYbvJMEoA5OtHRZPNY6j7nuJy70qqOSIIsEDFhUHw2ZJCJCKV1remWegtkcI7v8kRSAsam/s1600/krishna_arjuna_Mahabharata-Kurukshetra.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEkprgCJ-pD9r9kChbPdMzKiBxwAqLOcgP8oEy55a-uUBRPzhOrOJ8TqRLetrMP3YYDL5YRkMYbvJMEoA5OtHRZPNY6j7nuJy70qqOSIIsEDFhUHw2ZJCJCKV1remWegtkcI7v8kRSAsam/s320/krishna_arjuna_Mahabharata-Kurukshetra.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, menurut definisi di atas, kalau orang menyebut <b>Mahabharata</b>, atau <b>Ramayana</b>,
sebagai mitologi atau mitos, itu berarti bahwa kedua kisah itu hanyalah
sebuah dongeng, sebuah cerita fiksi, yang sebenarnya tidak pernah
benar-benar terjadi di alam nyata. Bukankah secara ilmiah, tidak ada
bukti-bukti kuat yang mendukung kebenaran kisah-kisah Purana itu?
Bukankah itu juga berard uraian tentang <i>dasa awatara</i> (sepuluh
awatara Wishnu) dalam Purana-Purana tidak lebih dari dongeng? Lantas,
apakah dapat disimpulkan bahwa umat Hindu memuja Tuhan dan para dewa
yang hanya ada dalam dongeng?</div>
<div style="text-align: justify;">
<b> </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Dari Mana Asal Sebutan Mitologi itu? </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Kalau kita telusuri asal mula mengapa
kitab-kitab Purana dijuluki mitologi, kita akan temukan beberapa alasan.
Setidaknya, kami melihat ada dua alasan penting. Pertama, kata “Purana”
secara harfiah berarti sejarah. Memang, kitab-kitab Purana mengandung
banyak sejarah tentang kegiatan atau <i>lila </i>Tuhan, Para dewa, atau penyembah-penyembah mulia Tuhan. <i>Matsya Purana</i>,
misalnya, berisi kisah tentang kemunculan Sri Wishnu yang menjelma
sebagai seekor ikan raksasa yang menyelamatkan seorang raja saleh bemama
Raja Satyavrata. Kisah ini sebenamya sangat mirip dengan kisah Nabi Nuh
dalam Islam yang juga diselamatkan dari Banjir Besar. Sayangnya, dalam
Mastya Purana tersebut tidak disebutkan kapan persisnya peristiwa
tersebut terjadi Padahal, dalam dunia akademik dan ilmiah, adanya angka
tahun ini merupakan syarat penting bagi kita untuk percaya bahwa sesuatu
peristiwa benar benar terjadi. Kalau kita tanyakan kepada umat Islam,
kapan terjadinya Banjir Besar itupun, mereka juga akan kesulitan
menyebutkan angka tahun yang pasti.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalaupun kemudian kita berikan penjelasan
bahwa Matsya Awatara muncul pada jaman Satya Yuga, ratusan juta tahun
yang lalu, orang masih akan mendebat dengan menyatakan bahwa. menurut
Teori Evolusi Darwin, adanya jenis kehidupan seperti kera (belum jadi
manusia, lho) baru mulai sekitar 100 ribu tahun yang lalu. Manusia jenis
<i>homo sapien</i>, yang dikatakan sebagai cikal bakal manusia modern
seperti kita baru ada sekitar 5 ribu tahun yang lalu. jadi, bagaimana
mungkin telah ada seorang raja bernama Satyavrata jutaan tahun yang
lalu?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqberAnbhq64L05AEl3inJZj8ZpLpbQouXch_xY2RZU3pfWZqdvoY3fa8cxSu9JkuDcInexFrBowBlAwGCLHOj4CuOGbk3O94f5k6UYYfUu2ORqYFRZi4Z8gzM3bBRwvMqXzUbZyhyphenhyphenM9f8/s1600/Krishna-Arjuna-Mahabharata.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqberAnbhq64L05AEl3inJZj8ZpLpbQouXch_xY2RZU3pfWZqdvoY3fa8cxSu9JkuDcInexFrBowBlAwGCLHOj4CuOGbk3O94f5k6UYYfUu2ORqYFRZi4Z8gzM3bBRwvMqXzUbZyhyphenhyphenM9f8/s320/Krishna-Arjuna-Mahabharata.jpg" width="317" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitupun dengan kisah Mahabharata.
Menurut Professor K. Srinivasaraghavan, dalam perhitungan ilmu
perbintangan Weda (Jyotishastra), perang di Kuruksetra tersebut terjadi
pada tanggal 22 November 3067 Sebelum Masehi. Kesimpulan itu didasarkan
pada keterangan-keterangan waktu yang terdapat dalam ayat-ayat
Mahabharata itu sendiri. Namur, angka tahun itu ditolak oleh sebagian
kalangan sejarawan Barat, karena menurut Teori Invasi (Penyerangan)
bangsa Arya ke Dravida ciptaan Max Muller, bangsa Arya diperkirakan
datang ke India baru pada sekitar tahun 1500 Sebelum Masehi. Menurut
teori yang sudah terlanjur dianggap benar itu, Bangsa Arya lah yang
merupakan pembawa Rg Weda ke India. jadi, kalau teori ini benar, bahkan
Weda dan peradaban Hindu tidak murni lahir dari India, melainkan berasal
dari wilayah Indo-jerman, tempat asal bangsa Arya. jadi, <i>tidak adanya kronologi peristiwa yang runtut itulah yang menyebabkan Purana disebut mitologi</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alasan kedua, julukan mitologi pada Weda
tidak dapat kita lepaskan begitu saja dari konteks sejarah penjajahan
India oleh Inggris selama ratusan tahun. Kolonial Inggris mulai resmi
menjajah India sejak mereka memenangkan pertempuran yang dikenal sebagai
<i>Battle of Plassey</i> tahun 1757 (Satsvarupa, 1977). Adalah sebuah
fakta bahwa. penjajahan Inggris di India dimanfaatkan oleh Para
misionaris Kristen untuk mengalihkan agama penduduk India dari Hindu
menjadi Kristen. Mereka mulai membuka sekolah dan perguruan tinggi
Kristen. Alexander Duff (1806 – 1878) mendirikan Scots College di
Calcutta, yang ia cita-citakan menjadi <i>“headquarters for a great campaign against Hinduism”</i> (Pusat kampanye besar melawan Hindu).</div>
<div style="text-align: justify;">
Para misionaris itu tidak segan-segan menyebut kitab-kitab Weda sebagai <i>“absurdities meant for the amusement of children “</i> yang artinya <i>“serangkaian takhayul yang dimaksudkan untuk hiburan anak anak”</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan tujuan besar seperti di atas,
mulailah muncul kalangan intelektual Inggris yang menggangap perlu untuk
mendidik orang-orang India dengan ilmu pengetahuan Barat. Upaya itu
dimulai dengan lahirnya beberapa, orang Inggris yang mempelajari budaya
India dan menguasai bahasa Sanskerta. Terbentuklah sebuah organisasi
yang bernama <i>Royal Asiatic Society</i>. Mereka-mereka ini selanjutnya dikenal sebagai <i>indologists</i>,
yang kemudian menjadi para penterjemah kitab-100kitab Weda ke dalam
bahasa Inggris. Sir William Jones (1746 – 1794), Charles Wilkins (1749 –
1836), dan Thomas Colebrooke (1756 – 1837) dianggap sebagai para
pelopor <i>indologist</i> (indology adalah bidang ilmu yang mengkaji budaya dan peradaban India).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tentu saja, mereka adalah orang-orang
Kristen yang sangat taat dan terpelajar, sehingga tujuan mereka
menterjemahkan kitab-kitab Weda. ke dalam. bahasa Inggris bukannya tanpa
maksud tertentu. Mereka sadar bahwa tidaklah mudah untuk mengubah
keyakinan orang India terhadap tradisi turun temurun mereka yang
bersumber pada kitab-kitab Weda. Karena itulah, mereka berpendapat bahwa
satu-satunya cara adalah menunjukkan kepada orang-orang India bahwa
kitab Weda yang mereka yakini tidak lebih dari sekedar takhayul,
dongeng, dan mitologi yang tidak masuk akal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
William Jones misalnya, menyebut Bhagavata Purana sebagai “kisah saduran” dan ia berspekulasi bahwa <i>Bhagavata</i>
sebenarnya meniru Gospel Kristen yang dibawa ke India, dan bahwa
Kesava. (nama lain Krishna) sebenarnya adalah Apollo pahlawan Yunani.
Teori ini telah terbukti salah, karena berbagai temuan arkeologi yang
berhubungan dengan. legenda Krishna menunjukkan bahwa Krishna telah ada
jauh sebelum agama Kristen lahir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwc51hcItUmTGgKsYjztXzOJwDZybjLj-DLPujhwpiP2BcNklWLHxjB7EVpGYaVnxRbklDjge9FhtupygkhwuvC-jVnqiJnS7LAqscRHO4FjPHOP2N9bjlQuRoskp6NSeCMJca-SXhsw3m/s1600/maxmuller-1.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwc51hcItUmTGgKsYjztXzOJwDZybjLj-DLPujhwpiP2BcNklWLHxjB7EVpGYaVnxRbklDjge9FhtupygkhwuvC-jVnqiJnS7LAqscRHO4FjPHOP2N9bjlQuRoskp6NSeCMJca-SXhsw3m/s1600/maxmuller-1.jpg" /></a></div>
Tokoh <i>Indologist</i> lain yang
sangat besar pengaruhnya pada kesan masyarakat dunia terhadap Weda
adalah Frederick Max Muller (1823 – 1900). Muller adalah ahli bahasa
Sanskerta asal Jerman yang kemudian bekerja pada <i>East India Company</i>, dan dipercaya untuk menterjemahkan kitab <i>Rg Veda</i>
ke dalam bahasa Inggris. Muller inilah yang kemudian menciptakan teori
“Legenda Arya” dan “Invasi bangsa Arya ke Dravida”. dengan mendasarkan
argumentasinya pada ayat-ayat dalam kitab <i>Rg Veda</i> itu sendiri.
Bahwa ada sebuah suku bangsa Arya yang telah memiliki peradaban yang
tinggi, berasal dari kawasan Iran. Bangsa Arya ini hidup
berpindah-pindah, berperang dan menaklukkan suku bangsa lainnya,
termasuk suku bangsa Dravida berkulit hitam, yang merupakan suku asli
India.
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kebanyakan buku-buku tentang Hindu dan
Weda yang bertebaran di perpustakaan dunia saat ini, yang berbahasa
Inggris, adalah hasil terjemahan dan tulisan para <i>indologist</i>
tersebut dan mengharap orang beralih menjadi Kristen. Karena itulah,
tidak mengherankan kalau orang-orang mengenal. kitab Weda sebagai
mitologi dan dongeng, karena mereka membaca buku-buku yang memang
ditulis untuk misi-misi khusus pada masa itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b> </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>WEDA BUKAN MITOLOGI!</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari uraian di atas, jelas menjadi sebuah
tantangan bagi kita untuk paling tidak meyakinkan diri kita sendiri,
sebelum meyakinkan orang lain, bahwa Weda khususnya Itihasa dan Purana,
bukan sekedar mitologi. Bagaimana caranya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Pertama, berhubungan dengan bukti-bukti
ilmiah yang sering dianggap tidak memadai untuk mendukung kebenaran
sejarah Weda. Dalam Weda, disebutkan bahwa ada berbagai metode atau cara
yang dapat kita tempuh untuk mernperoleh pengetahuan. Salah satunya
adalah <i>pratyaksa</i>, yang berarti persepsi langsung dengan mengandalkan indera kita sebagai alat utamanya. Metode kedua adalah <i>anumana</i>, yaitu pengambilan kesimpulan (inferensi). Metode yang lain disebut <i>sabdha</i>, atau mendengar dari sumber yang dibenarkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari ketiga metode itu, ilmu pengetahuan modern lebih didasarkan pada dua metode yang pertama, yaitu <i>pratyaksa</i> dan <i>anumana</i>.
Sebaliknya, Weda lebih mendasarkan pada metode sabdha, mendengarkan
dari penguasa atau sumber rohani. Yang dimaksud penguasa disini bukanlah
sebuah rezim yang diktator atau pun seorang raja atau pemimpin yang
memiliki kekuasaan mutlak. Ambillah contoh sebuah buku, orang yang
paling paham dengan maksud yang ada dalam buku itu, adalah sang penulis
buku itu sendiri. Dalam hal. ini penulis itu disebut sebagai penguasa
(author) bagi buku itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mendapatkan pengetahuan rohani atau spiritual, Weda menolak penggunaan metode <i>pratyaksa</i> dan <i>anumana,</i> Mengapa? Karena <i>pratyaksa pramana</i>
mengandalkan pada kemampuan indera kita dalam menangkap atau memahami
sesuatu. Sedangkan indera-indera kita jelas-jelas memiliki banyak
kelemahan. Kita tidak bisa melihat benda yang terlalu dekat, atau benda
yang terlalu jauh. Dalam ilmu fisika, banyak sekali dipelajari tentang
kelemahan mata, telinga, dan kulit kita. Meskipun kemudian kita
menciptakan alat-alat untuk membantu penglihatan dan pendengaran kita,
akan tetapi jangan lupa bahwa alat-alat itupun kita buat dengan
menggunakan indera yang tidak sempurna. Alat-alat itu digunakan oleh
manusia yang inderanya tidak sempurna, dan dianalisa oleh orang yang
inderanya tidak sempurna.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah menyadari bahwa <i>pratyaksa</i>
memiliki banyak kelemahan, para ilmuwan sekarang mengandalkan metode
anumana, yang kadang mengarah pada spekulasi, interpolasi dan
interpretasi untuk mengambil kesimpulan mengenai hal-hal yang tidak
dapat diamati secara langsung oleh panca indera manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Contoh nyata spekulasi itu adalah teori
tentang penciptaan alam semesta. Manusia adalah makhluk yang serba
terbatas, dan hidup hanya di satu planet bumi ini. Ada jutaan planet di
alam semesta ini, dan mungkin jutaan galaxy, yang kita tidak pernah
mengetahuinya. Umur manusia pendek, hanya ratusan tahun, dan ilmu
pengetahuan modern juga baru berkembang beberapa ratus tahun terakhir
ini. Namun demikian, para ilmuwan itu telah berani dengan lantang
menyatakan kepada kita, apa yang telah terjadi jutaan tahun yang lalu.
Mereka menyimpulkan bahwa, alam semesta tercipta karena adanya sebuah
ledakan atau dentuman besar yang disebut dengan <i>Big Bang Theory</i>.
Bukankah tidak seorang ilmuwanpun yang hadir dan menyaksikan pada saat
alam semesta tercipta? Kalau ada pihak-pihak yang meragukan atau
mempertanyakan kebenaran teori itu, maka akan dilabeli dengan sebutan
dogmatis, tidak ilmiah dan rasional, penganut agama yang fanatik,
sentimentalis, dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b> </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>TEORI BIG BANG (DENTUMAN BESAR) TELAH DIURAIKAN DALAM WEDA.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekarang marilah kita coba bandingkan,
apa yang diuraikan dalam Weda yang sering dianggap sebagai takhayul atau
mitologi, dengan hasil temuan terakhir para ilmuwan mengenai
terciptanya alam semesta. Anehnya, apa yang akhir-akhir ini ditemukan
oleh para ilmuwan itu, semuanya telah dijelaskan dalam Weda beribu-ribu
tahun sebelum para ilmuwan menyadarinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-CShy5Bi7y4avODjicl4359IkgEhQi2Q1uUvjaxemkisdwjIgg_SoB2DkRQNVW1hyphenhyphenUZxsPe3Pguh0HPJ6X8Paz9iGLzFbOEWmX37mAX58ti9znGdaFSRC3j7Rfhp_grlketVkvfvzM5Bx/s1600/bang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="295" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-CShy5Bi7y4avODjicl4359IkgEhQi2Q1uUvjaxemkisdwjIgg_SoB2DkRQNVW1hyphenhyphenUZxsPe3Pguh0HPJ6X8Paz9iGLzFbOEWmX37mAX58ti9znGdaFSRC3j7Rfhp_grlketVkvfvzM5Bx/s320/bang.jpg" width="320" /></a></div>
<br /></div>
Tahun-tahun terakhir ini ilmuwan fisika
dan astronomi mengusulkan teori terbaru terciptanya alam semesta. Mereka
menyebut teori itu <i>Big Bang Theory</i>. Teori ini muncul bermula
dari pengamatan ahli astronomi Edwin Hubble pada tahun 1920-an (Cremo,
2003) yang menemukan fakta bahwa alam semesta ini tampak mengembang. Ada
penjelasan teknis yang cukup rumit mengenai hal ini, yang menyangkut
panjang gelombang dan spektrum cahaya. Secara sederhana, terbukti bahwa
cahaya yang terpancar dari berbagai galaxy yang ditangkap oleh bumi kita
ini makin lama makin besar panjang gelombangnya. Ini menunjukkan bahwa,
jarak antara bumi dan galaxy-galaxy itu semakin jauh. Jarak yang
bertambah itu menunjukkan bahwa alam semesta ini mengembang! Untuk
memudahkan memahaminya, galaxy-galaxy itu dapat diibaratkan sebagai
bintik-bintik warna yang terdapat pada kulit balon mainan anak-anak.
Bila balon ditiup, lama-kelamaan bintik-bintik warna, pada kulit balon
itu akan memiliki jarak yang makin besar satu sama lain.
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan temuan ini, para ahli
astronomi dan ahli fisika mengemukakan sebuah teori, bahwa alam semesta
ini mulai muncul sebagai sebuah fluktuasi <i>quantum mechanical vacuum</i>,
atau mekanika kuantum kosong, yang secara mudah digambarkan sebagai
lautan energi yang tak terdefinisikan. Menurut teori itu, pada tahap
awal, alam semesta ini dalam bentuk benih alam semesta (<i>seedlike universes</i>)
yang sangat-sangat kecil, padat, dan panas. Lalu dalam waktu singkat ia
menggelembung dengan pesat, kemudian seiring dengan proses mengembang
itu, benih alam semesta tersebut dipenuhi dengan plasma yang bersuhu
sangat tinggi (<i>super hot plasma</i>).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah mengembang dalam kurun waktu
sangat lama, dan sekaligus mengalami pendinginan, plasma-plasma bersuhu
tinggi tersebut memadat menjadi sub partikel unsur-unsur hidrogen,
helium, dan deuterium. Proses-proses selanjutnya, yang memakan waktu
jutaan tahun, membuat bahan-bahan itu menjadi planet, bintang, dan
galaxy, lalu terbentuklah alam semesta yang kita huni saat ini. Soal
kapan persisnya hal itu terjadi, para ahli itu tak mampu menjelaskannya.
Dalam teori itu, para ilmuwan juga mengusulkan bahwa alam semesta
memancar dan mengembang dari sebuah lubang putih (<i>white hole</i>), kemudian akan mengalami penyusutan dan masuk ke dalam lubang hitam (<i>black hole</i>). Jadi, wh<i>ite hole </i>memunculkan alam semesta, lalu <i>black hole </i>menelan alam semesta itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana dengan uraian asal-usul alam semesta menurut Weda? Dalam Bhagavata Purana dan <i>Brahma Samhita</i> dijelaskan sebagai berikut : Diluar konsep ruang dan waktu seperti yang kita pahami saat ini, <i>Maha-Vishnu</i> berbaring di lautan <i>Karana</i> (Lautan Penyebab atau <i>Causal Ocean</i>. Dari pori-pori <i>Maha-Vishnu</i> ini bermunculanlah “benih-benih alam semesta” yang jumlahnya tak terhingga. Ketika <i>Maha-Vishnu</i>
memandang benih-benih itu, memberikan energi kepada elemen tersebut
dengan energi Beliau, maka mereka mulai mengembang dalam kecepatan yang
sangat tinggi. Dalam masing-masing alam semesta, perlahan-lahan
terbentuklah unsur-unsur alam, mulai dari yang paling ringan hingga yang
lebih berat. Dan alam semesta terus menerus mengembang. Alam
semesta-alam semesta tersebut eksis dalam kurun waktu satu kali nafas <i>Maha-Vishnu</i>. Saat <i>Maha-Vishnu</i> mengeluarkan nafas alam semesta diciptakan, dan pada saat Beliau menarik nafas, alam semesta dileburkan (Cremo, 2004: 465).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perhatikan bahwa baik Teori <i>Big Bang</i> maupun uraian Weda mengenai asal usul alam semesta memiliki banyak persamaan. Teori <i>Big Bang</i>
mengusulkan adanya lautan energi yang tidak dapat dipahami sebagai
sumber munculnya alam semesta. Kitab Weda juga menyatakan hal yang sama.
Beberapa ahli kosmologi mengusulkan bahwa ada <i>white hole</i> yang “memuntahkan” alam semesta, dan ada <i>black hole</i>
yang menelan alam semesta pada suatu masa. Weda juga menyebutkan bahwa
alam semesta muncul dan terserap ke dalam lubang, dalam hal ini adalah
pori-pori kulit <i>Maha-Wishnu</i>. Keduanya juga menyebutkan bahwa
pada tahap awal terjadi proses mengembang yang berlangsung dalam jangka
waktu yang sangat cepat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Teori <i>BigBang</i> dan uraian Weda
sama-sama menyatakan bahwa pada saat terjadinya proses mengembang, alam
semesta memancarkan cahaya radiasi, keduanya menyatakan bahwa alam
semesta terus menerus mengembang, dan sama-sama menyebutkan bahwa proses
itu melibatkan alam semesta yang jumlahnya tidak terhingga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tentu saja, perbedaan keduanya juga
tampak jelas. Uraian Weda menyatakan bahwa penciptaan alam semesta itu
terjadi melalui campur tangan Tuhan dalam wujudnya sebagai <i>Maha-Vishnu</i>, sedangkan teori <i>Big Bang</i>
menyatakan alam semesta “dimuntahkan” dari lautan energi, yang kalau
ditanya lebih jauh, apa dan bagaimana asal mula energi itu, para ahli
yang mengusulkan teori itu juga akan bungkam. Mereka akan menjawab bahwa
energi itu ada begitu saja …. tanpa ada kecerdasan ilahi (<i>divine intelligent</i>) yang mengatur dibalik semua proses tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disinilah letak tidak adilnya Para
ilmuwan modern yang mengkritik Weda. Ketika kita jelaskan bahwa alam
semesta ada karena diciptakan oleh Tuhan, maka mereka akan bertanya :
“Lalu, siapa yang menciptakan Tuhan?”. Kalau kita jawab “Tuhan itu ada
begitu saja tanpa ada yang menciptakan, dan tak-terdefinisikan, sebab
dari segala sebab, sumber segala sesuatu”, Para ilmuwan itu akan
menyebut kita dogmatis, fanatik, tidak ilmiah dan tidak rasional. Tapi
lihatlah, bukankah mereka juga berbuat dogmatis ketika mereka
mengusulkan teori Big Bang, dan teori teori lainnya? Ambillah contoh,
ketika kita tanyakan darimana asalnya “lautan energi”, yang mereka sebut
sebagai sumber pelontar ”benih-benih” alam semesta itu? Dari mana
asalnya <i>white hole</i> dan <i>black hole</i>… yang menjadi
“pelontar” dan “penelan” alam semesta itu? Mereka juga akan menjawab
“lautan energi itu ada begitu saja, terjadi secara kebetulan, tanpa ada
yang menyebabkan….” Nah, bukankah itu tidak menyelesaikan masalah???
Bukankah mereka mulai dari tengah-tengah, bukan dari asal usul alam
semesta itu sendiri? Bukankah seharusnya, kalau mereka menyebut
“asal-usul” alam semesta, mereka harus bisa menjelaskan asal-usul lautan
energi yang menjadi sumber munculnya alam semesta itu? Ilmuwan itu juga
menyebut bahwa “benih” alam semesta yang belum mengembang itu bersifat <i>“immeasurably smaIl, dense, and hot”</i>
yang artinya baik ukuran, sifat padat, maupun panasnya tidak dapat
dijelaskan secara ilmiah dan secara matematis. Dan karena mereka
scientist, kita dipaksa percaya begitu saja dengan penjelasan mereka,
yang sebenarnya juga sama dengan jawaban kita saat mereka bertanya siapa
yang mengadakan Tuhan … Bukankah itu juga dogmatis? Bukankah itu juga
mitologi??</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu ketika Mr. Carl Sagan, seorang ahli
kosmologi melakukan show di sebuah TV di Amerika. Dengan bantuan
animasi dan simulasi komputer, Mr. Sagan mempresentasikan semua teori
yang dikemukakan oleh Para ahli fisika astronomi saat ini. Dijelaskannya
tentang panjang gelombang cahaya galaxy yang terus bertambah, alam
semesta mengembang, teori Big Bang, efek Dopler, dan sebagainya. Para
pemirsa terkejut, ketika menjelang akhir acaranya Mr. Sagan terlihat
berada di India, berdiri di depan sebuah temple Krishna yang telah
berusia ribuan tahun. Mr. Sagan berkata “Para ilmuwan menemukan semua
teori yang telah saya paparkan tadi tahun-tahun akhir ini saja,
sedangkan di sini, di India, orang sudah mengetahui informasi itu sejak
ribuan tahun yang lalu, dari kitab-kitab Weda…” (Danavir Gosvarni,
2002).</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada alasan lain lagi, mengapa orang
menganggap Weda hanya dongeng atau mitologi. Menurut Stephen Knapp,
dalam kitab-kitab agama Abrahamis (Yahudi, Islam, Kristen) disebutkan
bahwa dunia ini baru berusia enam ribuan tahun. Max Muller, misalnya,
tokoh yang menciptakan teori penyerangan bangsa Arya ke India itu,
adalah seorang Kristen yang taat, dan ia percaya pada kronologi
penciptaan dunia beserta isinya menurut uraian kitab Injil. Menurut
Injil, dunia ini diciptakan pada tanggal 23 Oktober tahun 4004 Sebelum
Masehi, pukul 9 pagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itulah, kalau Weda menguraikan
adanya jaman Satya Yuga, Treta Yuga, dan Dvapara Yuga yang berlangsung
sejak jutaan tahun yang lalu, dari kacamata kitab suci agama-agama lain,
Weda hanya mendongeng. Apalagi, yang dipaparkan dalam Weda, tidak
sebatas hanya peristiwa atau sejarah yang pernah terjadi di bumi ini
saja, melainkan diseluruh alam semesta. Padahal dalam perjalanan sejarah
kita tahu bahwa banyak paparan dalam kitab suci itu yang tidak selalu
akurat. Bahwa bentuk bumi bulat, bumi bukan pusat tata surya, dan umur
bumi yang jauh lebih tua dibandingkan teori penciptaan dalam Injil,
hanyalah beberapa contoh yang nyata bahwa belum menjamin kitab suci lain
pun bisa bebas dari tuduhan sekedar sebagai dongeng semata.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, masihkah orang menganggap Weda dan
Purana sekedar mengajarkan mitologi, bila dari hari ke hari semakin
banyak penemuan ilmiah yang membuktikan kebenaran apa yang telah
diuraikan dalam Weda???</div>
<address>
<b> </b></address>
<address>
<b> Om Shanti Shanti Shanti om... </b></address>
<address>
<b> </b></address>
<address>
<span style="font-size: x-small;"><b>Sumber buku : Hindu dibalik tuduhan dan prasangka, Narayana Smrti Press, 2006.</b></span></address>
<span style="font-size: x-small;">http://vantheyologi.wordpress.com/2012/02/28/mengapa-weda-dan-kitab-hindu-lainnya-dianggap-mitologi/</span>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-340940370210729628.post-77058589591378809622012-08-29T22:11:00.000-07:002012-08-30T21:52:32.928-07:00Konflik Timur Tengah Berawal dari Jaman Mahabharata ?<b>Om Swastiastu..</b><br />
<br />
<b>Just Opini</b><br />
<br />
<div style="color: blue;">
Berita Mahabharata. Oleh : Ngarayana. </div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Timur Tengah adalah sebuah wilayah yang secara politis dan budaya merupakan bagian dari benua Asia, atau Afrika-Eurasia. Pusat dari wilayah ini adalah daratan di antara Laut Mediterania dan Teluk Persia serta wilayah yang memanjang dari Anatolia, Jazirah Arab dan Semenanjung Sinai. Wilayah tersebut mencakup beberapa kelompok suku dan budaya termasuk suku Iran, suku Arab, suku Yunani, suku Yahudi, suku Berber, suku Assyria, suku Kurdi dan suku Turki.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Yang unik dari daerah timur tengah yang kaya akan minyak bumi ini adalah adanya konflik berdarah yang tiada berkesudahan sejak jaman dahulu kala. Peperangan demi peperangan terus terjadi dan masih berlangsung sampai saat ini antara suku bangsa dan antara agama-agama serumpun yang berkiblat pada moyang yang sama, yaitu nabi Abraham/Ibrahim.</span></div><div class="fullpost">
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dalam kitab suci Yahudi, yaitu Taurat atau sering juga disebut Torah terdapat ayat yang menjelaskan adanya perjanjian antara Tuhan dengan tiga patriark Yahudi mengenai suatu daerah suci yang dijanjikan untuk kaum Yahudi. Tanah suci yang dijanjikan Tuhan tersebut selanjutnya dikenal sebagai Eretz Yisrael (tanah Israel), Zion, atau Judea. Setelah itu diperkirakan pada abad ke-11 SM sudah berdiri beberapa kerajaan bangsa Yahudi di tanah suci yang dijanjikan tersebut. Hanya saja setelah kegagalan dalam perang Bar Kokhba melawan Kekaisaran Romawi pada tahun 132 Masehi, kerajaan-kerajaan Yahudi ini mengalami kehancuran. Sampai abad ke-7 terjadi peperangan dan penguasaan silih berganti atas wilayah tersebut. Secara berurutan wilayah tersebut sempat dikuasai oleh pemerintahan Asiria, Babilonia, Persia, Yunani, Romawi, Sassania dan Bizantium. Pada masa pemerintahan Bizantium, Kaisar Heraklius memerintahkan pembantaian besar-besaran atas orang-orang Yahudi sehingga menyebabkan mobilitas pengungsian besar-besaran orang Yahudi meninggalkan tanah kelahirannya. Pada tahun 636 Masehi pemerintahan Bizantium berhasil ditaklukkan oleh para tentara muslim. Mereka berhasil menguasai daerah itu selama hampir sekitar 6 abad dibawah kontrol Umayyah dan Abbasiyah sebelum akhirnya jatuh lagi ke tangan Tentara Salib di bawah Kesulatanan Mameluk pada tahun 1260. Pada tahun 1516, Tanah Israel ini kembali jatuh dan menjadi bagian dari Kesultanan Utsmaniyah yang memerintah wilayah tersebut sampai awal abad ke-20.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Orang-orang keturunan Yahudi yang telah berdiaspora di berbagai belahan dunia masih menyimpan cita-cita yang kuat untuk dapat kembali ke tanah yang dijanjikan sebagaimana yang tertulisan dalam kitab suci agama mereka. Uniknya, harapan dan kerinduan untuk kembali ke tanah Zion yang dijanjikan itu juga tertulis dalam Alkitab, kitab suci Kristiani. Akibat adanya penindasan orang-orang Yahudi oleh katolik pada abad ke-12 mendorong perpindahan orang-orang Yahudi Eropa kembali ke tanah suci yang dijanjikan. Sehingga secara bertahap jumlah mereka di tanah leluhurnya tersebut semakin meningkat. Sampai pada abad ke-16, komunitas-komunitas besar Yahudi kebanyakan berpusat pada Empat Kota Suci Yahudi, yaitu Yerusalem, Hebron, Tiberias, dan Safed. Pada pertengahan kedua abad ke-18, keseluruhan komunitas Hasidut yang berasal dari Eropa Timur telah berpindah ke Tanah Suci. Periode imigrasi besar-besaran mulai terjadi lagi pada 1881 yakni pada saat orang-orang Yahudi melarikan diri dari pogrom di Eropa Timur dan dikenal dengan sebutan Aliyah pertama.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Theodor Herzl adalah orang Yahudi pertama yang mendirikan gerakan Zionisme yang mendorong terbentuknya Negara Yahudi dari sisi politik. Pada tahun 1896, Herzl menerbitkan buku Der Judenstaat (Negara Yahudi). Ia memaparkan visinya tentang negara masa depan Yahudi. Dan pada tahun berikutnya ia kemudian mengetuai Kongres Zionis Dunia pertama.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Kesuksesan gerakan politik Zionisme ini mendorong terjadinya migrasi besar-besaran selanjutnya ke wilayah tanah penjanjian yang saat itu sudah diduduki oleh pemerintahan Arab-Palestina. Dan berkat politik balas budi pemerintahan Britania Raya/Inggris terhadap jasa Dr. Chaim Weizmann, kimiawan Yahudi yang bekerja untuk Inggris yang berhasil mensintesiskan aseton melalui fermentasi yang sangat penting dalam teknologi persenjataan membuat Inggris melalui mentri luar negerinya, Arthur James Balfour mengeluarkan pernyataan yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour, yaitu deklarasi yang mendukung pendirian negara Yahudi di tanah Palestina. Legiun Yahudi, sekelompok batalion yang terdiri dari sukarelawan-sukarelawan Zionis, kemudian membantu Britania menaklukkan Palestina. Oposisi Arab terhadap rencana ini berujung pada Kerusuhan Palestina 1920 dan pembentukan organisasi Yahudi yang dikenal sebagai Haganah (dalam Bahasa Ibrani yang artinya “Pertahanan”). Setelah itu dan didorong oleh adanya gerakan Nazi mendorong terjadinya kembali imigrasi besar-besaran Yahudi ke daerah Palestina tersebut sehingga otomatis populasi Yahudi yang awalnya hanya 11% meningkat menjadi 33%.</span></div>
<br />
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Melalui Resolusi Majelis Umum PBB nomor 18 pada 29 November 1947 menetapkan daerah Palestina dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sebagian untuk orang-orang Yahudi dan sebagian lagi menjadi bagian dari Negara Arab. Sedangkan kota Yerusalem yang merupakan kota suci yang diyakini oleh ketiga agama serumpun dijadikan daerah Internasional. Komunitas Yahudi menerima rencana tersebut, tetapi Liga Arab dan Komite Tinggi Arab menolaknya atas alasan kaum Yahudi mendapat 55% dari seluruh wilayah tanah meskipun hanya merupakan 30% dari seluruh penduduk di daerah itu. Pada tanggal 1 Desember 1947, Komite Tinggi Arab mendeklarasikan pemogokan selama 3 hari, dan kelompok-kelompok Arab mulai menyerang target-target Yahudi. Perang saudara dimulai ketika kaum Yahudi yang mula-mulanya bersifat defensif perlahan-lahan menjadi ofensif. Ekonomi warga Arab-Palestina runtuh dan sekitar 250.000 warga Arab-Palestina diusir ataupun melarikan diri.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhb7R8e7Xj9BLO5306I5J_7gJaoRARdC6yqCSkl82tfPYd4W8jz26K5WXaJe6LhpLXDyagmi2X7PGprWdNg_hKPxQvDwOc851y8OEFWGsH-zFX0vtNzFvhyCaUjuxwz_WprnCfZphd4jaqG/s1600/konflik2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhb7R8e7Xj9BLO5306I5J_7gJaoRARdC6yqCSkl82tfPYd4W8jz26K5WXaJe6LhpLXDyagmi2X7PGprWdNg_hKPxQvDwOc851y8OEFWGsH-zFX0vtNzFvhyCaUjuxwz_WprnCfZphd4jaqG/s320/konflik2.jpg" width="264" /></a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pada tanggal 14 Mei 1948, sehari sebelum akhir Mandat Britania, Agensi Yahudi memproklamasikan kemerdekaan dan menamakan negara yang didirikan tersebut sebagai “Israel”. Sehari kemudian, gabungan lima negara Arab – Mesir, Suriah, Yordania, Lebanon dan Irak –menyerang Israel, menimbulkan Perang Arab-Israel 1948. Maroko, Sudan, Yemen dan Arab Saudi juga membantu mengirimkan pasukan. Setelah satu tahun pertempuran, genjatan senjata dideklarasikan dan batas wilayah sementara yang dikenal sebagai Garis Hijau ditentukan. Yordania kemudian menganeksasi wilayah yang dikenal sebagai Tepi Barat dan Yerusalem Timur, sedangkan Mesir mengontrol Jalur Gaza. Selama konflik ini, diperkirakan sekitar 711.000 orang Arab Palestina (80% populasi Arab) mengungsi keluar Palestina.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pada masa-masa awal kemerdekannya, gerakan Zionisme buruh yang dipimpin oleh Perdana Menteri David Ben-Gurion mendominasi politik Israel. Tahun-tahun ini ditandai dengan imigrasi masal para korban yang selamat dari Holocaust dan orang-orang Yahudi yang diusir dari tanah Arab menyebabkan populasi Israel meningkat dari 800.000 menjadi 2.000.000 dalam jangka waktu sepuluh tahun antara 1948 sampai dengan 1958.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Mulai sekitar tahun 1950-an, Israel terus menerus diserang oleh militan Palestina yang kebanyakan berasal dari Jalur Gaza yang diduduki oleh Mesir. Meski berbagai macam perjanjian dan mediasi damai sudah dilakukan, namun peperangan ini masih tetap berlanjut sampai saat ini dan telah merenggut ribuan korban jiwa dari kedua belah pihak. Terdapat motif-motif politis, kekuasaan dan keagamaan yang saling bercampur aduk dalam konflik ini yang menyebabkannya bagaikan benang kusut yang sangat susah diurai.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Kitab taurat mengklaim orang-orang Yahudi berhak atas tanah yang dijanjikan tersebut. Mereka juga mengklaim bahwa mereka adalah “anak emas” Tuhan di bumi ini. Umat Kristiani menganggap bahwa hanya melalui Yesus satu-satunya jalan keselamatan dan Yesus datang untuk menggenapi Taurat sehingga otomatis orang Kristiani mengklaim dirinya lebih benar dari orang Yahudi. Demikian juga Al-Qur’an menyatakan bahwa Islam adalah penyempurna agama-agama sebelumnya. Islam menyempurnakan agama Yahudi dan juga Kristen sehingga mereka mengklaim Islam adalah agama yang paling di ridhoi Allah. Dengan sikap egoisme beragama ini dan didorong oleh perebutan daerah yang sama-sama mereka klaim sebagai daerah suci mereka memperkeruh suasana yang juga tidak lepas dari kepentingan politik dan kekuasaan di Timur Tengah.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Kebanyakan penganut Islam, Kristen maupun Yahudi meyakini bahwa konflik yang terjadi di Timur Tengah adalah konflik yang tidak akan pernah ada habisnya sampai akhir jaman nanti. Mereka yakin jika sampai terjadi perdamaian antara pihak-pihak yang bertikai, maka itu artinya dunia ini sudah mendekati hari kiamat. Sebuah keyakinan unik dan menyedihkan, tetapi sudah sangat mendarah daging.</span></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD8ga_iBSVpBTFyTtdNvbintIGtEd79absplEmyWjzMU96OENCFwG7n2_nHk9LsKhFvT6K6K0SEnJczTbaDMsBS5yHsz_4hB7cyA38aUfo7xQCg87Oq_Tjku8d5PIQFqBnoP0q2VYEpppW/s1600/mahabharatawar.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD8ga_iBSVpBTFyTtdNvbintIGtEd79absplEmyWjzMU96OENCFwG7n2_nHk9LsKhFvT6K6K0SEnJczTbaDMsBS5yHsz_4hB7cyA38aUfo7xQCg87Oq_Tjku8d5PIQFqBnoP0q2VYEpppW/s320/mahabharatawar.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Konflik yang tidak berujung di daerah Timur Tengah ini ternyata memiliki korelasi yang erat dengan apa yang disampaikan dalam kitab suci Itihasa dalam Veda, yaitu dalam kitab Mahabharata. Pada bagian Sauptika Parva yang merupakan kitab ke-10 dari 18 bagian Mahabharata (Asta Dasa Parva) menceritakan tiga kesatria dari pihak Korawa yang melakukan serangan membabi buta pada malam harinya saat para tentara pihak Pandawa tertidur pulas. Mereka adalah Aswatama, Kripacharya dan Kritawarma. Mereka membantai kelima orang putra pandawa (pancawala, anak pancali/drupadi dengan pandawa), membunuh seluruh pasukan Panchala, Drestadyumna dan juga Srikandi di dalam kemahnya. Padahal pada saat itu peperangan dapat dikatakan sudah usai karena putra mahkota korawa, Duryodana telah tewas di tangan Bhima. Namun setelah kejadian itu Aswatama menyadari perbuatannya yang sangat jauh menyimpang dari Dharma dan memaksanya pergi ke tengah hutan dan mencoba berlindung di pertapaan Rsi Vyasa.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Drupadi yang sangat sedih dengan kejadian tersebut duduk bersimpuh di depan kelima putra-putranya tersebut dan berjanji tidak akan pergi sampai mayat Aswatama dibawa dibawa ke hadapannya. Sri Krishna yang maha mengetahui menjelaskan kepada Drupadi bahwa Aswatama telah mendapatkan anugrah berupa kehidupan yang kekal sampai akhir jaman dan tidak mungkin dibunuh sebelum waktunya tiba. Sehingga satu-satunya yang dapat dilakukan hanyalah menghukum Aswatama, bukan membunuhnya.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pandawa yang marah dengan perbuatan bejat Aswatama tersebut dengan ditemani oleh Sri Krishna berusaha mengejarnya. Di depan pertapaan Rsi Vyasa, Arjuna terlibat pertarungan dengan Aswatama. Aswatama mengeluarkan senjata Brahmastra yang memiliki kesaktian luar biasa dan dengan daya ledak sangat tinggi yang mungkin saat ini hanya bisa ditandingi oleh senjata nuklir. Melihat kejadian tersebut Arjuna juga mengeluarkan senjata yang sama. Rsi Vyasa mengetahui kehebatan dari senjata tersebut, dia takut jika kedua senjata tersebut beradu akan mengakibatkan malapetaka hebat di atas bumi ini. Karena itulah ia menyuruh kedua kesatria tersebut menarik kembali senjata Brahmastranya masing-masing. Arjuna mampu menarik kembali senjata tersebut, tetapi Aswatama tidak memiliki kemampu menariknya dan memaksa Rsi Vyasa memerintahkan Aswatama yang haus darah untuk mengarahkan senjatanya tersebut ke dirinya sendiri. Dengan rasa dendam, Aswatama mengatakan bahwa meskipun dia tidak mampu membunuh para Pandawa, tetapi setidaknya dia akan memusnahkan keturunan para Pandawa. Dan setelah itu dia mengarahkan senjata Brahmastra tersebut menuju rahim Dewi Utari/Utara, menantu Arjuna dari anaknya Abimayu yang sedang mengandung satu-satunya keturunan terakhir Pandawa.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Senjata itu berhasil membakar janin Utari. Sri Krishna yang mengetahui kelakuan bejat Aswatama tersebut langsung berteriak pada Aswatama. Sri Krishna mengingatkan bahwa Aswatama yang bertabiat buruk dan berperilaku ceroboh tidak akan berhasil memutus keturunan Pandawa. Sri Krishna yang merupakan Tuhan Yang Maha Esa sendiri akan menghidupkan janin yang telah terbakar oleh senjata Brahmastra tersebut. Aswatama dikutuk untuk tetap mengembara dan merana dalam kepedihan, tanpa rasa cinta, kekerasan yang tiada habisnya sebagai akibat dari kejahatannya sampai akhir Kali Yuga ke daerah Barat dimana di daerah tersebut terdapat banyak kuda. Sri Krishna juga memerintahkan permata berharga yang bersinar terang di kening Aswatama yang membuatnya tidak memiliki rasa takut terhadap segala jenis senjata, penyakit, para dewa, asura dan juga manusia dilepaskan dan digantikan dengan sebuah luka yang akan membuat Aswatama menjadi sangat menderita. Dengan kesadaran sendiri akhirnya Aswatama mencongkel permata berharga tersebut, menyerahkannya seraya memohon kepada Sri Krishna agar mencabut kutukan tersebut. Sri Krishna kembali menjelaskan bahwa hal tersebut bukanlah kutukan, tetapi akibat dari penyalahgunaan kesaktian, perbuatan jahat, bejat dan kecerobohan dari Aswatama sendiri. Aswatamapun akhirnya harus mengembara ke Barat, yaitu ke daerah Timur Tengah guna menjalani hukumannya.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Beberapa kalangan memperkirakan bahwa Aswatama yang merupakan seorang Kesatria Brahmana yang kehilangan kebrahmanaannya akibat kutukan tersebut mendapat panggilan baru sebagai seorang yang bukan Brahmana. Dalam bahasa Sansekerta kata bukan atau tidak disebut sebagai “A” sehingga otomatis panggilannya menjadi “Abrahmana”. Apakah kata “Abrahmana” ini akhirnya mengalami perubahan ejaan menjadi “Abraham” yang merupakan asal muasal ketiga agama rumpun Semitik? Apakah itu artinya ada kaitan yang sangat erat antara kutukan Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna dengan kekerasan, kepedihan dan penderitaan berkepanjangan yang terjadi di daerah Timur Tangah? Bukankah sebagian penganut agama Abrahamik juga meyakini bahwa kekerasan yang berlangsung di sana hanya akan berakhir pada akhir jaman?</span></div>
<br />
<b>Om shanti shanti shanti om..</b><br />
<br />
<span style="font-size: x-small;">Sumber acuan:</span><br />
<span style="font-size: x-small;">http://mahabharata-adiparwa.blogspot.com/2010/07/konflik-timur-tengah-berawal-dari-jaman.html</span><br />
<span style="font-size: x-small;">www.wikipedia.org</span><br />
<span style="font-size: x-small;">www.ladangtuhan.com</span><br />
<span style="font-size: x-small;">www.wikimu.com </span>
</div>Unknownnoreply@blogger.com13